"How is this? I like seeing you mess up like that. You weak human."
***
"Is my mistake unforgivable?" tanyanya menunduk, menyesali perbuatannya.
Naomi menatap lurus kepada pria yang berada di hadapannya. Jantungnya berdenyut nyeri. "Apakah aku tidak ada kesempatan lagi?" tanyanya lagi.
Sky Adamaris-pria blasteran Indo-Australia, pria yang mengisi hari-hari Naomi. Namun, itu dulu.
"Omi," panggilnya lirih, karena gadis itu tidak kunjung menyaut perkataannya.
"What more chance could you ask for?" tanya Naomi membuka suaranya. Intensinya dialihkan, dia tidak mau menatap wajah Sky, menatap wajah tersebut sama halnya menancapkan pisau ke dalam dirinya.
"Kamu serius?!" tanya Sky, setitik harapan yang diberikan oleh Naomi merupakan sebuah kebahagian baginya.
"Katakan," suruhnya.
"Mari kita mulai dari nol," saut Sky dengan yakin. Sudut bibir Naomi terangkat ke atas, dia lantas menatap Sky dengan sorot mata kecewa, lagi dan lagi.
"Sebelum itu terjadi, mari kita akhiri semuanya," saut Naomi menatap manik mata Sky. Sky terbelalak, dia meraih tangan Naomi, tapi gadis itu langsung menepisnya.
"Sky, stop. Aku muak dengan semuanya. Lebih baik kita saling melupakan!" ujarnya dengan tegas.
"No, Mi. No!" Tolak Sky tegas, dia tidak mau kehilangan gadisnya, itu tidak akan pernah terjadi.
"Kamu egois!"
***
Isha menatap hamparan laut yang membentang luas, angin laut menyapa tubuhnya membuat rambutnya mengikuti ke mana arah angin itu berlabuh.
Tangannya memegang pagar pembatas-dermaga. "Semuanya makin rumit," ujar seorang gadis berdiri di sampingnya.
"Seharusnya ini tidak pernah terjadi," lanjutnya melirik pria tinggi di sampingnya.
"Ini gara-gara lo kak!" Isha hanya mendengarkan semua yang dikatakan gadis itu, tangannya mencengkram dengan kuat pada pembatas itu.
"Jadi lo nyalahin gue?" tanya Isha, membuat gadis itu bungkam.
"Tidak akan ada asap, kalau sebelumnya tidak ada api," lanjutnya, seakan dejavu dengan kata-kata tersebut.
Gadis itu juga mengalami dejavu, kata-kata tersebut terus terdengar oleh telinganya, dia menggelengkan kepalanya pelan, agar segera sadar.
"Gue udah terlalu jauh terlibat dalam masalah kalian, Minggu depan gue akan balik ke Swiss," jelasnya dan meninggalkan pria tersebut dengan kegaduhan dalam kepalanya.
Isha terkekeh. "Ini bener-bener gila," gumamnya.
***
Naomi menatap seorang gadis menunduk ke luar dari ruangan guru. Matanya mengikuti setiap gerak dari gadis itu, hingga tatapan gadis itu mengarah ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Life
Teen Fiction"One, but half. Intact, but fragile" Ini bukan tentang apa yang datang, bukan juga tentang apa yang pergi. Ini bagaimana bertahan, dalam hiruk-pikuk yang membuatmu bodoh dalam cerita orang lain. "Can I survive in fear and loneliness?" Sebuah omong...