"Even my existence is just a worthless pawn"
Pantulan cahaya bulan dengan permukaan air membuat kesan yang sangat menenangkan, sepasang kaki pucat terendam dalam kubangan air kolam. Matanya menatap lurus genangan air. Di bawah langit yang gelap, ditemani semilir angin yang menusuk kulit, tidak membuatnya beranjak dari duduknya. Terhitung sudah sejam berlalu dia duduk ditemani kesunyian malam.
Isi kepalanya sungguh berisik, apalagi setelah pertemuan singkat di ruang santai tadi. Sebuah strategi yang tidak masuk akal, akan sebuah pembalasan yang tidak berakar. Apakah ini balasan dari semua perbuatannya? Akan tetapi, ini bukan salahnya. Dia membela diri, tidak! Sama sekali tidak ada pembelaan untuk dirinya sendiri. Yang dia lakukan sudah bener, tapi kenapa balasannya seperti ini?
Bahkan orang yang dia paling percaya, menatapnya dengan pandangan cemooh.
"Hanya orang bodoh yang mau melakukannya."
"Lo kira selama ini gue menganggap Lo ada? Jangan harap!"
"Lo yang menjadi sumber kekacauan di sini!"
Rasa sesak tak bisa terelakkan lagi, Naomi memukul dadanya karena merasakan nyeri yang hebat. Sebuah fakta dan sandiwara yang ditutupi dengan baik oleh Isha membuatnya seperti orang bodoh. "Fakta apa lagi yang gue nggak ketahui?" kekehnya.
"The more you know, the more it hurts Naomi," ujarnya ikut duduk di sebelah Naomi.
"Maybe, you were surprised to learn about Isha's character just now, because she was able to play the role well. Bukan seperti kamu, bodoh dalam menjalankan peran yang kamu ciptakan sendiri." Gadis itu menepuk bahu Naomi, menyalurkan semangat. "Kamu belum terlambat," ujarnya bangkit.
Naomi tersenyum miring. "Actually, who are you?" Langkah gadis itu berhenti dan berbalik menatap Naomi. Senyum manis tercetak indah di wajahnya.
"I'm Yahana Meishana Xavier," ujarnya menatap manik emerald milik Naomi.
Deg!
"Nothing is impossible in this world, I am the daughter of Kirana Maishana Xavier," lanjutnya.
Dunia Naomi seakan berhenti, dia menunduk memutus kontak mata dengan Hana. "Apa lagi, apa lagi yang tidak gue ketahui, hah?!" tanyanya.
"Kenapa alam semesta tidak pernah sepihak denganku," batinnya menjerit.
"Seharusnya kamu tidak mengetahui ini Naomi, tapi kamu yang memintanya," ujar Hana meninggalkan gadis itu sendirian di bawah langit malam yang dingin.
"Bukankah dia sudah mengambil hak-nya?" tanya Ara menatap ke luar jendela, tepatnya ke arah kolam.
Ray melirik ke arah yang sama. "Belum, dia sama sekali belum mengambil hak-nya." Ara terdiam, menatap sedu ke arah Naomi.
"Dia pantas mendapatkannya, Ara," saut Ray menatap tak suka ke arah jendela. Jika ditanya, apakah Raymond adalah orang baik? Tidak, dia jauh dari kata baik. Semua orang sama saja, penuh dengan tipu muslihat dan kelicikan.
"Bagaimana dengan dia?" tanya Ara beralih menatap Ray. Ray mengehela napas, "Dia akan kembali, tidak lama lagi," ujarnya. Ara kembali terdiam, ternyata semuanya sudah direncanakan dengan baik oleh Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Life
Teen Fiction"One, but half. Intact, but fragile" Ini bukan tentang apa yang datang, bukan juga tentang apa yang pergi. Ini bagaimana bertahan, dalam hiruk-pikuk yang membuatmu bodoh dalam cerita orang lain. "Can I survive in fear and loneliness?" Sebuah omong...