Pepey House

578 40 11
                                    

"Jangan cepat-cepat punya pacar ya Pey".

Pernyataan yang ambigu. Ungkapan itu bisa menjadi dua arti, pertama ungkapan itu bisa dipakai oleh seorang ayah pada anaknya, seperti..

Jangan punya pacar cepat-cepat ya, ayah tidak mau kamu lebih peduli pada pacarmu dibanding ayah.

Dan yang kedua, ungkapan itu bisa dipakai oleh seorang laki - laki yang sedang fokus mengejar karir namun tidak ingin juga kehilangan wanita yang dia sukai.

Sial apa yang sedang aku pikirkan, yang kedua itu sangat konyol. Perkataan itu jelas-jelas seperti ungkapan dari seorang ayah. Jadi apa yang bisa aku harapkan dari perkataannya itu! Tapi karena perkataan itu diberikan padaku yang jelas-jelas menyukainya, tidak salah kan aku jadi berharap? Itu salahnya!

Fayre menghembuskan napasnya dalam-dalam, sel-sel otaknya sedang sibuk berdebat. Ia terus menatap kosong pemandangan jalanan melalui jendela mobil Al.

"Kamu sedang lihat apa ?" Tanya Al yang ikut memperhatikan jalanan yang Fayre lihat.

"Ah.. tidak.. aku hanya mengantuk"Fayre memberi alasan.

Tanpa basa-basi Al langsung menyentuh kepala Fayre lembut dan menyenderkan kepalanya dipundaknya.

"Tidurlah, nanti kalau sampai kakak bangunin".

Lihatlah gerak-geriknya, membuatku berharap lebih.

"Baiklah" Fayre memaksakan dirinya tidur. Ia ingin menghempas semua harapan-harapan konyol yang sejak tadi mengolok pikiran dan juga benaknya.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit, akhirnya mereka pun sampai dirumah Fayre. Saat ini Al ikut menginap di rumah Fayre karena kebetulan Fayre memang tinggal dijakarta.

"Pey.. bangun kita sudah sampai" panggil Al lembut.

Fayre mulai membuka matanya dengan perlahan dengan kepala yang masih menyender dipundak Al. Fayre melirik keatas untuk melihat Al, namun ia langsung tersentak setelah menyadari jarak antara wajah mereka benar-benar dekat. Fayre langsung meregangkan tubuhnya dikursi dan duduk menjauhi Al.

"Pundak kakak senyaman itu ya sampai kamu tidur begitu terlelap".

"Anggaplah begitu" ucap Fayre acuh.

Al langsung tertawa sambil mengacak rambut Fayre lembut. Mas Agus asisten Al langsung membantu Al untuk turun dan duduk dikursi rodanya.

"Selamat datang dirumah keluargaku! Meski tidak semewah rumah kakak, aku pastikan rumah ini nyaman dan hangat untuk ditempati" ucap Fayre bangga.

"Aku sudah bisa merasakannya".

Mereka pun langsung pergi menuju pintu masuk dengan Fayre memimpin, namun langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Kenapa aku melupakan hal yang sangat penting, aku lupa memberi tahu kakak kalau rumah ini memiliki banyak tangga".

"Tidak perlu khawatir, ada mas Agus ya ga ??" Tanya Al sambil menatap mas Agus.

"Tentu saja tuan, ini bukan masalah".

"Ahh aku jadi merasa tidak enak".

"Sudahlah santai saja".

Al pun mulai bangkit dari kursi rodanya dengan tongkat ditangan kirinya dan juga tangan kanan yang menggenggam erat tangan Fayre. Sedangkan mas Agus menaikan kursi rodanya keatas. Setelah itu barulah Mas Agus memangku Al dan naik menuju teras rumah Fayre.

"Sebenarnya ada lagi, tapi ini yang terakhir, i guess" ucap Fayre sambil memandangi enam buah anak tangga menuju ruang tengah.

Nt : Kalau kalian bisa
Bayangkan, jadi saat
hendak masuk menuju pintu
masuk utama kalian harus
menaiki sekitar sepuluh anak tangga.
Setelah itu kalian akan
memasuki lobby dengan
tanaman besar ditengahnya,
nah setelah
melewati lobby kalian harus
menuruni anak tangga
lagi sekitar enam buah
anak tangga untuk
Akses menuju ruang tengah
dan ruangan lainnya.

Six Years ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang