A Gift

409 31 12
                                    

Al terus menggenggam tangan istrinya itu sambil berdoa, merenung dan meminta maaf atas semua perilaku buruk yang ia berikan pada Fayre. Al terus menangis mengingat semua apa yang ia lakukan pada Fayre akhir - akhir ini.

"Kenapa aku tidak pernah bisa berubah!" gerutunya sambil menidurkan kepalanya diranjang Fayre.

Tidak lama setelah itu, Al merasakan pergerakan dari jari jemari Fayre. Al tersentak dan langsung menatap istrinya itu penuh harap.

"Sayang.." panggil Al pelan.

Fayre mulai membuka matanya secara perlahan, ia terdiam untuk beberapa saat untuk mengingat kembali semua yang telah terjadi. Setelah sepenuhnya sadar, ia langsung menoleh kearah laki-laki yang saat ini sedang menggenggam tangannya. Dengan cepat Fayre langsung membuang muka, air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.

Al langsung menangis melihat istrinya yang terlihat begitu membencinya.

"Tidak apa, bencilah aku, bencilah aku Pey.. yang paling penting saat ini kamu sudah sadar, aku sangat bersyukur" ucap Al menunduk sambil menangis.

"Aku panggil dokter ya" ucap Al mulai memundurkan kursi rodanya.

Namun saat hendak pergi Fayre langsung menarik tangan Al menahannya untuk pergi.

"Kamu tau aku tidak bisa membencimu bukan? Jadi berhentilah melakukan hal buruk padaku" ucap Fayre masih membelakangi Al.

Rasanya seperti sedang dikeroyok, kepala dipukuli, perut ditendang, perasaan bersalah ini sungguh menyakitkan. Al benar-benar terpukul mendengar istrinya berbicara seperti itu.

"Maaf" ucap istrinya dengan tiba-tiba sambil menoleh kearah Al yang saat ini sedang menangis.

Rasanya semakin menyakitkan, bahkan dalam keadaan seperti ini istrinya masih sempat-sempatnya meminta maaf. Sambil mengatur napasnya, ia mulai berdiri dan berusaha untuk duduk diranjang Fayre.

"Istirahatlah sayang, cepat sembuh ya sayang" ucap Al sambil mengelus rambut Fayre lembut dengan air mata yang terus mengalir dipipinya.

Fayre terus menatap suaminya yang saat ini masih  menangis dihadapannya.

"Maaf" ucap Fayre lagi.

Al langsung menunduk dan menatap Fayre dengan kesal "kenapa kamu yang meminta maaf! Kenapa ?!!! Kenapa disaat seperti ini kamu masih saja mempedulikan aku!!".

Fayre langsung menarik tubuh Al dengan perlahan  dan membiarkan suaminya itu memeluknya, "kamu pasti ketakutan dan sangat khawatir, maaf aku bertindak tanpa berpikir panjang".

"Benar! Aku ketakutan sampai rasanya mau mati!!! aku tidak menyangka kamu bisa bertindak sampai sejauh ini sayang" teriak Al masih menangis dalam pelukan Fayre.

"Apa gunanya aku hidup tanpa kamu didalamnya, aku pikir kamu sudah tidak mencintaiku lagi" ucap Fayre sambil menahan tangis.

"Itu tidak akan pernah terjadi!".

"Awalnya aku tidak percaya dengan semua tingkahmu yang tiba-tiba saja berubah. Aku sangat mengenalmu, aku tau kamu  melakukan semua ini karena suatu alasan, tapi saat kamu kamu menyuruhku melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain.. rasanya aku  langsung hilang akal".

Al mulai duduk dan terus menunduk, ia tak sanggup menatap istrinya karena rasa bersalah yang begitu besar,
"Aku tau permintaan maaf ini tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kebodohan dan kesalahan yang telah aku perbuat, tapi biarkan aku menjelaskan semuanya padamu agar kita sama-sama merasa lega".

"Itu yang aku tunggu selama ini".

"Pertama-tama, aku sangat sadar bahwa aku ini egois, sangat egois. Semua tekanan yang aku terima aku lampiaskan padamu. Aku merasa hidup mu jadi terbuang sia-sia karena harus menikah denganku. Karena aku, kita jadi susah untuk memiliki anak. Oleh sebab itu aku berusah menjadi pria yang kamu benci, aku berperilaku buruk padamu, aku menahan diri untuk tidak mencium dan juga memelukmu yang tentu itu sangat menyiksaku. Tapi diluar dugaanku, meski aku begitu brengsek dimatamu, kamu tetap menghadapiku dengan penuh kesabaran.. tetap melayaniku dengan sangat baik.. itu benar-benar menyiksaku" jelas Al menahan tangis.

Six Years ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang