Last day in London

432 25 13
                                    

Cittttttt.

Saat ini pukul dua malam, namun suara pintu dan hentakan kaki tiba-tiba terdengar di ruangan yang begitu senyap. Al langsung menoleh kearah suara itu berasal dan setelah melihat sosok yang ada dihadapannya saat ini ia pun langsung menyeringai.

"Maling maling" ucap Al sambil tertawa.

"Gw kira lu udah tidur" komentar Gavin.

"Ini lu dari rumah? Kapan dateng?".

"Engga, gw bener-bener relain dari bandara langsung dateng kerumah lu, lu harus bangga punya sahabat kayak gw" ucap Gavin dengan bangga.

"Cihhh, tapi kenapa? Tumben banget" Al langsung tertawa sambil berusaha untuk duduk.

"Apalagi? Kan lu udah mau balik Indo lagi, yakali kita and engga ketemu" ucap Gavin yang langsung memeluk sahabatnya itu.

Al langsung membalas pelukan Gavin sambil mengusap-usap pundknya.

"Gimana keadaan lu?" Tanya Gavin yang mulai duduk diranjang Al sambil mengusap pelan kaki Al.

"Sama saja" jawab Al sambil tersenyum,
"Lu sendiri gimana? Semuanya baik-baik aja kan?".

Gavin hanya menggidikan bahunya, "gw cukup tertekan akhir-akhir ini, gw harus banyak berlatih biar ga tertinggal, kualitas pemain disini ga main-main".

Al tersenyum sambil menepuk pundak sahabatnya itu
"Jangan sampai tertekan, itu yang bakal ngehancurin lu, lu harus yakin dan nikmatin semua prosesnya. Lu hebat Vin, Lu pasti bisa gw yakin..".

"Okay, makasi ya udah selalu percaya sama gw" ucap Gavin sambil tersenyum.

Al menggelengkan kepalanya sambil terus mengusap pundak sahabatnya itu.

"Oh ya, lu belum ngantuk kan?" Tanya Gavin.

"Belum, kambuh lagi insom gw".

"Hmm yaudah temenin gw minum gimana??" Tanya Gavin dengan tatapan penuh harap.

"Yaudah ayo".

"Yeay!" Teriak Gavin yang langsung beranjak dari tempat tidur Al.

Al pun memindahkan kedua kakinya kesisi kasur, Gavin sudah bersiap memasang badan untuk memangku Al dibelakang.

Ya seperti biasa, Gavin selalu memilih untuk menggendongnya dibanding meletakan Al dikursi roda, entahlah ini sudah menjadi kebiasaannya.

"Kasian banget kursi roda gw selalu terlupakan setiap ada lu" komentar Al.

Gavin hanya tertawa sambil terus memangku Al menuruni anak tangga untuk pergi ke halaman belakang. Sesampainya dihalaman belakang Al pun didudukan di sebuah sofa panjang menghadap kolam renang. Gavin langsung membantu Al memperbaiki posisi duduknya.

"Lu punya apa?".

"Ada whiskey di lemari".

"Okay good! Mau pake es ga?".

"Boleh".

Gavin pun langsung pergi menuju dapur. Tak lama ia kembali dengan nampan berisi dua rock glass, whiskey dan satu mangkuk berisi es batu.  Setelah setengah gelas sudah terisi, Gavin langsung memberikannya pada Al. Al pun langsung mengambilnya dengan kedua tangannya.

"Thank you".

Gavin tersenyum dan kembali menuangkan whiskey digelasnya.

"Cheerssss" mereka mendentingkan gelas mereka masing-masing.

"Arghhhh" mereka terlihat begitu puas.

Mereka terus meneguk minumannya dengan perlahan sambil ditemani angin malam yang menyegarkan dan juga obrolan yang begitu menyenangkan, sampai tak terasa mereka sudah menghabiskan lebih dari lima gelas whiskey.

Six Years ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang