Yibo yang sudah sampai di apartemen mewah milik Xiao Zhan segera masuk. Ia melangkah kan kaki dan mendapati sang kekasih duduk di sofa dengan tatapan kosong ke layar tv yang menyala.
Xiao Zhan yang tak menyadari kehadiran Yibo tersentak kaget saat matanya ditutup oleh telapak tangan Yibo. "Sudah pulang ?" Tanya Xiao Zhan seolah tak terjadi apa-apa. Yibo diam tak menjawab.
"Bayi singaku kok nakal." Goda Xiao Zhan.Yibo menurunkan tangannya, Xiao Zhan langsung mendongak melihat Yibo yang berada di belakangnya.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir Xiao Zhan. Yibo menyesap lembut bibir kekasihnya yang masih mendongak. Tak lama, karena takut menyakiti leher sang kekasih. Yibo kini berjalan dan duduk di samping Zhan, membawanya ke dalam pelukan dan ia sendiri menyenderkan bahunya ke sofa."Ada yang mengganggu pikiranmu Dear ?" Tanya Yibo sambil mengelus surai hitam Zhan.
Xiao Zhan mengetuk ngetuk dada Yibo dengan jari telunjuknya sambil menggeleng.
"Kau sungguh payah dalam berbohong." Yibo mengecup kepala Zhan. "Belum mau cerita ? Bagaimana jika makan siang terlebih dahulu, aku sangat lapar."
Xiao Zhan mengurai pelukannya dan mencium bibir Yibo sekilas. "Sebentar, aku akan menyiapkannya." Xiao Zhan berdiri menuju dapur menyiapkan perlengkapan makan di atas meja dan juga menuang air putih ke dalam gelas.
Sementara Yibo menunggu sambil merebahkan dirinya di sofa, menduga-duga apa penyebab kekasihnya menjadi murung.
Setelah beberapa menit berlalu, Xiao Zhan memanggil Yibo dengan sedikit berteriak memberi tahu jika sudah waktunya makan. Mereka duduk bersebelahan, menyantap makan siang dengan keheningan. Hanya sesekali suara sendok yang beradu dengan piring, selebihnya hening.
Yibo memperhatikan Xiao Zhan yang makan dengan porsi lebih sedikit dari biasanya. Padahal dia memasak Ma Po Tofu, makanan dengan cita rasa pedas kesukaannya. Sementara Yibo hanya memakan kwetiau yang dicampur dengan udang dan sayuran lainnya. Yibo tidak terbiasa dengan makanan pedas, berbanding terbalik dengan Zhan. Karena itu Zhan selalu membuatkan menu berbeda jika ia ingin makanan pedas.
Acara makan siang ini telah berakhir, Yibo membantu Zhan membersihkan meja makan dan menuju ke dapur mengambil alih tugas mencuci piring.
"Istirahat saja, biar aku yang mencuci piring." Ujar Yibo sambil menyarungkan tangannya pada sarung tangan karet berwarna merah. "Tidak ada bantahan Dear."Melihat Yibo mode serius, Zhan tidak bisa membantah sama sekali. "Mm, terima kasih sayang. Aku ke kamar." Ujarnya kemudian pergi ke lantai dua.
Xiao Zhan merebahkan badan dan menutup kedua matanya. Seketika kilatan bayangan ia di ruang operasi kembali melintas, layar monitor EKG dengan garis lurus dan suara panjang yang berdengung memenuhi rongga telinganya.
Xiao Zhan menutup kedua telinganya dengan tangan, tanpa ia sadari Yibo sudah masuk dan segera membawanya ke dalam pelukan.
"Tenang Dear, ini aku." Yibo berbaring miring dengan Zhan yang berada di dekapannya.
Tumpah sudah pertahanan Xiao Zhan, ia memeluk erat Yibo sambil terisak. "Temui keluarganya dan minta maaf dengan benar jika kamu masih merasa bersalah. Jika pihak keluarga ingin menempuh jalur hukum jangan takut, hmm. Kamu sudah melakukan prosedur operasi dengan benar dan tidak ada kesalahan, kondisi pasien saat itu memang sudah lemah."
"Apa mereka akan memaafkan ku ?" Xiao Zhan menatap Yibo, jarak mereka sangat dekat hingga nafas mereka terasa di kulit.
"Tidak akan tau jika tak mencoba. Mau ku temani ?"
Xiao Zhan menggeleng, ia bertekad akan menemui keluarga pasien nanti. "Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Baiklah, sekarang tidur dulu ya masih banyak waktu menjelang malam. Aku akan mengisi dayamu sampai full sehingga saat kerja nanti kau akan bersemangat sepanjang malam." Yibo mengusap kepala Zhan dengan tangan kiri yang dijadikan sebagai bantalan. Sementara tangan kanannya mulai meremas pantan sintal Xiao Zhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Daddy, Appa ! [YiZhan] END
RomanceSosok Wang Yibo saat ini, usia 20 tahun sudah memiliki seorang anak laki-laki. Menjadikannya sosok Ayah siaga dan pribadi yang dingin terhadap orang lain. Sesuai janjinya ia membawa buah hatinya pergi. Menikmati setiap momen bersama sang anak. Bagi...