Xiao Zhan sudah berada di rumah sakit, meninggalkan Wangji yang masih tertidur nyenyak. Sebelum berangkat Zhan sempat memasakkan bubur untuk sarapan Wangji. Ia merasa bersyukur menerima tawaran untuk terbang ke Korea sebagai Dokter yang akan menilai praktik lapangan pertukaran mahasiswa Korea-China. Dengan menerima tawaran ini akhirnya bertemu dengan Yibo dan anaknya. Terus menerus mengucap syukur dalam hati sebagai tanda terima kasih kepada semesta yang mempertemukan mereka.
Xiao Zhan cukup terkenal di kalangan Dokter selama tiga tahun terakhir. Karirnya yang melejit berkat jiwa sosialnya yang tinggi, sering menjadi relawan hampir di seluruh daratan China. Alasan lainnya adalah mencari keberadaan Yibo dan sang anak. Karena kebaikan dan kepiawannya sebagai Dokter, K-Hospital ingin merekrutnya sebagai Dokter tetap di sana. Ia yang hanya bertugas sebagai Dokter pembimbing Mahasiswa diperbolehkan untuk mengurus pasien dan diberikan ruang pribadi. Sangat kebetulan pasien pertamanya adalah Wangji, dan ia meminta agar perawatan selanjutnya di serahkan kepada Zhan.
Saat ini ia berada di ruangan khusus untuk menguji beberapa mahasiswa. Ujian kali ini berupa memasang infus pada pasien, mendiagnosa penyakit yang di derita beserta penanganan dan uji pemahaman mahasiswa pada kasus penyakit tertentu.
Satu persatu mahasiswa masuk ke ruangan khusus yang dipantau langsung oleh Xiao Zhan. Hal pertama yang mahasiswa lakukan adalah proses pemasangan infus pada alat peraga yang telah di sediakan. Selanjutnya Xiao Zhan akan berperan sebagai pasien dengan berbagai keluhan untuk di diagnosa penyakitnya. Hal itu dilakukan terus menerus hingga mahasiswa terakhir yang selesai tepat pukul 9 malam.
Xiao Zhan cukup lelah, ia hanya istirahat 15 menit untuk makan siang. Tapi ketika membayangkan bertemu dengan Wangji, rasa lelah mendadak sirna. Bergegas ia berkemas agar segera sampai ke rumah bertemu bayinya.
◦•●◉✿✿◉●•◦
Xiao Zhan mendapati Wangji tengah menangis di gendongan Hee Sun. Dengan sigap Xiao Zhan mengambil alih sang anak ke gendongannya.
"Eomma, Wangji kenapa ?"
"Wangji merindukan Daddynya."
"Au Dy hiks hiks." (Mau Daddy)
"Daddy masih kerja ya Nak, sekarang sama App___ Jussi dulu ya Nak. Husst anak pintar." Xiao Zhan menepuk-nepuk pantat Wangji pelan.
"Eomma istirahatlah, biar aku yang mengurus Wangji." Hee Sun yang betulan lelah hanya mengangguk, ia meninggalkan anak dan ayah itu menuju kamar untuk istirahat.
Hari ini Wangji benar-benar rewel, selama di butik juga sang bayi yang biasanya anteng tak berhenti menanyakan keberadaan sang Daddy dan melakukan panggilan video berkali-kali. Saat ini Yibo tidak bisa menggunakan ponsel karena berada di lapangan untuk uji kelayakan produk hingga Wangji tantrum selama hampir sejam karena tak bisa mengubungi Daddynya.
"Hiks.. Hik.. Dy"
Beruntungnya sebelum pulang Xiao Zhan menyempatkan mandi dan berganti pakaian jadi tidak perlu khawatir langsung menggendong Wangji. Ia membawa Wangji ke kamar, duduk di tepi ranjang sambil menyenderkan punggungnya ke headboard.
Wangji yang digendong ala koala menyembunyikan wajahnya di dada Xiao Zhan, yang dipastikan baju kemeja itu sudah basah oleh air mata.
"Dy... hik hiks... Au dyy huaaaa." (Mau Daddy)
Wangji kembali menangis kencang sambil memukul dada Xiao Zhan."Loh, kok jagoan Appa tantrum gini nak ? Sama Appa ya sayang." Xiao Zhan menangkup pipi gembul Wangji.
Matanya sembab dan hidung yang sudah memerah diiringi lelehan hingus yang mengalir hingga ke bibir. Dengan telaten Xiao Zhan mengelap air mata beserta hingus menggunakan tisu di nakas samping ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Daddy, Appa ! [YiZhan] END
RomansaSosok Wang Yibo saat ini, usia 20 tahun sudah memiliki seorang anak laki-laki. Menjadikannya sosok Ayah siaga dan pribadi yang dingin terhadap orang lain. Sesuai janjinya ia membawa buah hatinya pergi. Menikmati setiap momen bersama sang anak. Bagi...