9. Kontrol Luka Jahitan

1.8K 160 40
                                    

Flashback end

Wang Yibo membawa Wangji pulang ke apartemen tempat tinggal mereka saat ini. Karena Wangji masih tertidur, Yibo membersihkan tubuh anaknya dengan telaten menggunakan handuk dan air hangat. Setelah selesai ia memakaikan piyama bermotif panda, dan menarik selimut hingga ke dada sang bayi.

Yibo menatap sang anak dengan perasaan bersalah, mengusap lembut pipi anaknya dan berakhir mengusap mole di bawah bibir sebelah kanan menggunakan ibu jarinya. "Maafkan lelalaian Daddy." Gumamnya kemudian mengecup kening dan kedua mata Wangji, kebiasaannya dari 'dulu' hingga sekarang.

Matahari sudah mulai terbenam menampilkan siluet jingga pada langit senja. Setelah mandi, Yibo segera menuju dapur membuatkan bubur untuk Wangji. Setidaknya ini salah satu masakan yang bisa dia buat sendiri melalui drama yang menyebabkan dapur porak poranda tentunya.

Yibo mengaduk buburnya, membubuhkan daging salmon yang dipotong dadu dan potongan brokoli serta wortel. Dirasa kematangan sudah cukup, ia mematikan kompor, sambil menunggu buburnya sedikit dingin dia menyiapkan mangkok, gelas dan sendok bermotif panda kesukaan Wangji.

Wangji sangat menyukai Panda yang berasal dari Negeri Tirai Bambu atau lebih tepatnya kampung halamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wangji sangat menyukai Panda yang berasal dari Negeri Tirai Bambu atau lebih tepatnya kampung halamannya. Jika saja panda bukan hewan dilindungi, Wangji akan memeliharanya dan meminta sang Daddy membuatkan rumah khusus untuk pandanya itu. Beruntung Yibo mampu membuat sang bayi paham dan berjanji suatu saat nanti akan melihatnya langsung ke sana. Yibo tertawa hambar membayangkan negara yang ia maksud.

"Dy." Wangji menarik ujung baju sang Daddy dan sebelah tangannya mengucek mata.

"Jagoan Daddy sudah bangun rupanya." Yibo membawa sang bayi ke dalam gendongannya dan menjauhkan tangan gembul tersebut agar tidak terus mengucek mata. "Cuci muka aja ya, kalau dikucek matanya nanti perih." Wangji hanya mengangguk, nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Ia melingkarkan tangan di leher dan merebahkan kepalanya ke bahu Yibo. Menghirup aroma sang Daddy yang menenangkan.

"Dy, au num cu." (Mau minum susu). Wangji menduselkan hidungnya ke leher Yibo.

"Iya sayang, setelah makan malam Daddy buatkan susu. Sekarang Daddy bantu mencuci wajahnya ya supaya luka di kening Baby tidak basah." Yibo sudah membawa Wangji ke kamar mandi yang berada di dapur membantu membersihkan wajah dengan hati-hati agar tidak basah.

Kegiatan itu berlangsung beberapa menit, kemudian Yibo membawa sang anak ke meja makan. Mendudukannya di kursi khusus untuk memudahkan Wangji makan, dan menuangkan bubur yang terasa masih panas ke dalam mangkok panda milik Wangji. "Sebentar lagi ya, buburnya masih agak panas." Ujar Yibo sambil mencubit gemas pipi Wangji.

"Eum" Wangji mengangguk semangat karena bubur buatan Yibo adalah menu favoritnya.

"Good boy" Yibo tersenyum ke arah Wangji. Binar mata sang anak menunjukkan bahagia hanya karena semangkok bubur. "Mengapa dia menolak anugrah ini ?" Batin Yibo.

Hello Daddy, Appa ! [YiZhan] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang