Zia menatap pemandangan di hadapannya dengan mata berbinar. Ini pertama kalinya ia benar-benar keluar dari lingkungan mansion.
Selain ke mansion Aziel terakhir kali, ia benar-benar tak pernah pergi kemanapun.
Wajahnya tercengang dan terpukau menatap pusat kota yang begitu menakjubkan.
"Wow, Zia ternyata benar-benar berada di luar negeri" lirihnya.
Selama ini ia hanya berada di dalam mansion, jadi menurutnya tak ada perbedaan jauh antara di Indonesia ataupun di Italia, Karna ia pun hanya di dalam rumah tak pernah keluar.
Namun saat ini, Zia akhirnya benar-benar menyadari jika ia tidak lagi berada di Indonesia, tempat ini terasa asing untuknya, namun juga membuatnya penasaran.
Selama ini, ia hanya melihat ini semua dari layar handphone. Tak menyangka jika suatu hari ia akan berada di tempat seperti ini dan menjadi salah satu warga negara ini.
Hari itu mereka habiskan untuk mengunjungi beberapa tempat di Milan, Zio membawa putrinya ke berbagai tempat dan memperkenalkan banyak hal termasuk gedung-gedung di sana.
Sebenarnya Zia benar-benar tak bisa sepenuhnya menikmati perjalanan ini. Hmm, Bagaimana cara menjelaskannya?
Lihatlah, errr.... Kemanapun ia pergi, tempat itu akan langsung di isolasi oleh ratusan bodyguard.
Tidak ada warga yang boleh mendekati tempat mereka berada, dari sudut matanya pun Zia dapat melihat puluhan atau bahkan ratusan orang yang mulai berkerumun walaupun dalam jarak yang lumayan jauh.
Bagaimana mungkin orang-orang tersebut akan mengabaikan keberadaan seorang Skelton.
Bisa melihat langsung seorang Skelton adalah sebuah keberuntungan. Walaupun dari jarak yang sangat jauh, setidaknya mereka bisa melihat bayangan seorang Skelton yang hampir 6 tahun ini jarang menunjukkan wajahnya ke hadapan publik.
Terkesan berlebihan memang, namun Zio tak ingin melakukan kesalahan dengan bersifat lengah. Musuhnya masih ada dimana-mana, walaupun ia tau setelah ini pasti berita tentang ia yang memiliki seorang putri akan segera terungkap di media.
Mau bagaimana lagi, Zio harus secara bertahap memperkenalkan putrinya, mungkin untuk wajah, Zio masih akan merahasiakannya.
Karna itu Zia memakan topi yang hampir menutupi separuh wajahnya.
Di dalam hatinya, walaupun ia tau jika yang kini berada di gendongannya bukanlah jiwa putri kandungnya. Namun, Zio tak berbohong jika ia menyayangi Zia.
Seperti perkataan Aleena, dia tetaplah putrinya. Karna itu, Zio akan tetap melakukan berbagai cara untuk melindungi dan membuat bahagia putrinya.
"Baby bersenang-senang?" Suara serak basah miliknya masuk kedalam pendengaran Zia.
Membuat Zia mengangguk dengan semangat dan senang.
"Eum! Italia benar-benar memukau, Zia merasa seperti di kerajaan dalam buku dongeng" ucapnya riang.
Zio tertawa ringan dan berjalan menuju mobil mereka.
" Mari kita ke mall"
"Yaa!!" Riangnya.
Zia sangat senang, setelah puas berjalan-jalan kini ia akan menuju mall bersama sang Daddy.
Sejujurnya ini pertama kalinya ia akan memasuki mall. Selama hidupnya dulu jangankan mall, memasuki toko sejenis minimarket pun ia tak pernah.
Karna hidupnya sudah sulit, untuk apa pula ia memasuki tempat-tempat tersebut yang ia tau harga barang di sana akan lebih mahal. Karna itu, Zia memilih pergi kepasar untuk menghemat pengeluaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziana Second Life (END)
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca!! Xixixixi :3 Ziana, seorang anak yatim piatu yang seumur hidupnya di sibukkan hanya untuk mencari nafkah. memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari. bukannya menghadap sang tuhan setelah tanpa sengaja terhantam ba...