pov Tara

98 65 101
                                    

Hai readers
Jangan lupa vote and komen^^

Happy reading

Setelah pengumuman dari pihak sekolah tentang kepulangan siswa-siswi SMA PRADIPTA DIRGANTARA yang dimajukan, temanku mengajak ku untuk pergi ke taman yang berbeda dengan yang kemarin kita kunjungi.

Lalu aku bertanya apakah dia membawa motor lalu dia menjawab enggak. Jadi aku tawarin kepada dia untuk bonceng aku saja. Ketika aku berbicara kepada dia agar nanti di jalan dirinya jangan lupa memberi petunjuk untuk menuju taman tersebut, karena jujur aku tidak tau taman tersebut ada dimana. Dia malah menjawab "Gue aja yang nyetir nanti takutnya hah heh hoh waktu dijalan," kurang lebih seperti itu jawaban dia. Haha lucu sekali aku hanya membalas dengan tertawa. Aku bersyukur sekali dipertemukan dengan dia di sekolah ini. Sebenernya aku merasa familiar dengan gadis berkerudung ini, seperti pernah melihat atau bahkan berbincang-bincang. Tapi anehnya aku tidak ingat sama sekali kita ketemu dimana dan berbincang-bincang dimana.

Bukan cuma gadis ini yang menurutku familiar, ada lagi satu cowok dia sangat mirip dengan seseorang yang sedang aku cari. Tapi aku tidak percaya kalau dia adalah seseorang yang sedang aku cari. Dari tingkahnya saja berbeda, seseorang yang aku cari ciri-cirinya baik, lucu, romantis, suka bikin aku ketawa. Berbanding terbalik dengan cowok yang pernah aku temui saat itu. Dia songong, resek, mukanya serem, ngebayangin nya aja ngeri.

Setelah melakukan perjalanan dari gerbang sekolah lalu melewati jalanan-jalanan yang ramai akan lalu lalang kendaraan beroda dua, tiga, dan empat. Akhirnya kami telah sampai di taman tersebut.

Elly memarkirkan motorku di depan sebuah rumah pohon. Aku sempat terkagum-kagum dengan rumah pohon itu karena sangat bagus.

"Waw bagus banget rumah pohonnya, ini lo yang buat El?" tanyaku. Entah kenapa El malah bengong ketika aku melontarkan pertanyaan tersebut kepada dirinya.
"Kok malah bengong sih El," tegurku.

Lalu ia menjawab rumah pohon ini dulu adalah ide dia sama sahabatnya lalu dibuatkan sama kakeknya Elly. Tapi aku penasaran kenapa Elly sama sahabatnya sekarang tidak berbarengan lagi? Karena rasa penasaran itu aku langsung bertanya kepada Elly.

"Dia kemana El?"

Kemudian Elly menjawab sahabatnya pergi keluar kota dan aku mendengar Elly berkata bahwa dia kangen sama diri sahabatnya yang dulu. Aku pun merasa heran dengan perkataan Elly. Jiwa kepoku meronta-ronta ingin bersuara.

"Maksudnya diri dia yang dulu? emang diri dia sekarang kenapa?" tanyaku Elly malah membalas pertanyaan ku dengan kata "gapapa" lalu dia malah mengajak ku untuk keatas. Gelagatnya sangat aneh seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi aku tidak ambil pusing mungkin itu privasi dia.

Aku sangat senang karena diajak untuk melihat rumah pohonnya keatas jujur aku sangat penasaran dengan isi dari rumah pohon itu.

Kemudian kita menggerakkan kaki kita untuk menaiki tangga, Elly dulu yang naik terus disusul oleh aku. Ketika aku sudah sampai diatas ternyata Elly sudah masuk kedalam rumah pohon itu, aku yang masih berada disamping rumah pohon perlahan langkahku bergerak kedalam rumah pohon tersebut dan mencari keberadaan Elly. Ketika manik mataku menemukan Elly aku melihat Elly bermonolog.

Setelah perbincangan di dalam, aku memutuskan untuk mengajak Elly duduk di serambi rumah pohon dan mengobrol disana.

Waktu kita duduk Elly memulai pembicaraan dengan melontarkan pertanyaan yang entah kenapa ketika Elly melontarkan pertanyaan tersebut kepalaku terasa sangat pusing dan berat, pada detik itu juga aku langsung lesu seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari.

Kemudian Elly menuntunku untuk turun dari rumah pohon dan mengantarkanku ke panti. Setelah sampai di panti pandangan ku semakin buram aku mendengar suara Bu Ina yang entah berbicara apa kepada Elly, kemudian dia ikut memapah tubuhku untuk menuju kamarku. Lalu aku direbahkan dikasurku dan pada waktu itu pandanganku langsung gelap dan aku tidak ingat kejadian setelah direbahkannya tubuhku diatas kasur.

Setelah beberapa jam berlalu, kelopak mataku mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Kepalaku sudah mendingan dan pandanganku mulai jelas seperti hari-hari sebelumnya. Kemudian aku beranjak dari tempat tidur dan bergerak melangkahkan kaki ku perlahan-lahan untuk menuju dapur panti. Aku saat ini masih tidak mempunyai tenaga dan sangat lemas, oleh sebab itu aku menuju dapur untuk mempulihkan kembali tenaga yang sudah terkuras akibat kejadian yang dialamiku tadi siang.

Ditengah langkah kaki ku yang bergerak menuju dapur tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku dan berjalan tergesa-gesa menuju arahku.

"Ada apa Bu?" tanyaku kepada ibu panti.

"Kamu mau kemana? Kalau ada apa-apa panggil ibu aja, nanti ibu ke kamar kamu."

"Tara mau ke dapur Bu, Tara udah mendingan kok jadi bisa ngambil makanan sendiri."

"Alhamdulillah kalau gitu, ibu tadi khawatir banget. Takut kamu kenapa-napa."

Tara menyunggingkan senyum manisnya. "Tara gakpapa kok Bu."

"Yaudah kalau gitu ibu lanjut nemenin adek-adek dulu ya, makananannya udah ibu siapin di atas meja. Makan yang banyak biar badan kamu kembali pulih."

"Iya Bu," jawabku.

Kemudian ibu panti melanjutkan kegiatan yang tertunda dan aku melanjutkan langkah ku untuk menuju ke dapur.

Setelah sampai di dapur panti seperti kata ibu panti tadi aku melihat nasi dan lauk yang sudah terjejer rapi diatas meja makan. Kemudian aku mengambil nasi, lauk ayam goreng dan sayur sop yang sudah disediakan ibu panti. Ketika mulutku menerima satu suapan tiba-tiba aku teringat seseorang yang dulunya pernah memertaruhkan nyawa untuk melahirkan ku ke dunia ini.

"Coba aja ini masakan mama pasti aku lahap banget makannya, mama, Ara kangen sama mama." batin Tara.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang ke arahku.

"Tara, kenapa makanannya hanya diaduk-aduk?" tanya orang tersebut seraya mengusap pelan surai panjangku.

Aku mendongak untuk menghadap wajah seseorang tersebut. "Aku tiba-tiba kangen mama, dia kemana? Dan papa juga. Kenapa mereka tidak pernah menemui ku?"

"Mereka pasti kembali kesini dan menjumput kamu, lanjutkan kegiatanmu jangan memikirkan hal-hal yang membuatmu sedih," ucapnya lalu dia bergerak meninggalkan dapur panti.

Aku melihat punggungnya semakin menjauh dari pandanganku. Kemudian aku menghabiskan makananku. Setelah selesai mencuci piring langkahku bergerak menuju kamar yang bernuansa hitam putih itu. Itu adalah kamarku yang sudah aku renovasi menjadi kamar nuansa hitam dan putih. Kalau ditanya kenapa aku memutuskan merenovasi kamar dengan nuansa hitam dan putih?

Karena aku penyuka warna hitam, lalu aku padukan dengan warna putih agar tidak sepenuhnya hitam. Nanti yang ada malah banyak nyamuk yang masuk kamarku. Selain itu ada makna tersirat tentang warna hitam dan putih yang menjadi salah satu alasanku untuk merenovasi kamarku dengan warna tersebut.

Thanks for reading

Segini dulu^^
jangan lupa vote and komen
Ig: @wpsunsettulip_
Tiktok: @wpsunset_tulip
Kalau mau follow silahkan nanti di fb.

Just info: cerita ini awalnya berjudul Akash Virama dan hari ini aku ubah menjadi afscheid, kalau bingung bisa dilihat di Ig aku ya. usn nya sudah aku cantumkan diatas.

Kalau ada kritikan dan saran bisa di ketik di komen🙌.



Pasuruan, 2 Januari 2024

Afscheid [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang