34

3.2K 156 2
                                    

Di rumah sakit...

Dari dalam ruangan Anza, seorang dokter keluar membuat Alian langsung mendekati dokter tersebut.

"Gimana keadaaan tunangan saya?" Tanya Alian.

"Kamu anak dokter Divan kan?" Tanya dokter itu. Memang mereka sekarang berada di rumah sakit tempat Divan bekerja.

"Iya, bagaimana keadaannya?" Tanya Alian tak mau berlama lama.

"Jangan kaget tapi seperti nya tunangan kamu sama seperti dokter Divan yang melahirkan kamu." Alian menyritkan dahinya bingung.

"Dia sekarang hamil, usianya sudah satu bulan." Alian yang mendengar itu cukup kaget ia bahagia tapi ia takut kalau itu bukan anaknya karena satu bulan ini Anza di culik dan ia tak tau sama skali kabar Anza.

"Baik terimakasih informasinya." Ucap Alian. Dokter itu mengangguk lalu pergi dari sana.

Masih di rumah sakit tersebut, Divan keluar dari ruang operasi setelah melakukan operasi pencabutan peluru.

"Gimana keadaan teman saya?" Tanya Akza melihat Divan keluar dari dalam ruangan.

"Loh Anza, Dia temen kamu, Tumben kamu ga sama Alian?" Tanya Divan.

"Bukan, saya bukan Anza, anda siapa?" Tanya Akza.

"Saya Orang tua Alian, kalau kamu bukan Anza lalu kenapa kalian sangat mirip?" Tanya Divan.

"Ah... Kita berdua kembar yang terpisahkan."

Divan semakin menyiritkan dahinya bingung tapi akhirnya Divan memberitahu keadaan Dirga pada orang yang mirip dengan Anza itu.

Di sisi lain Geran membawa Eil menuju rumah untuk memberitahu kedua orang tua Eil bahwa anaknya masih hidup.

"Kamu tau, Papa sama bunda kamu udah baikan, mereka baikan di saat kamu di kaabrkan meninggal, tapi meskipun begitu mereka tetap bersama sampai sekarang." Ucap Geran sambil menyetir mobil dengan Eil yang berada di sebelahnya tapi memalingkan mukanya menuju luar jendela mobil gak ingin melihat wajah Geran.

"Kamu ga merasa bersalah hampir bunuh orang yang nyelametin aku? Kamu bener bener jahat." Gumam Eil membuat Geran mengingat kejadian tadi dimana peluru tersebut malah mengenai Dirga.

"Aku bakal minta maaf ke Dirga dan keluarganya, aku membiayai biaya rumah sakitnya, habis nganter kamu pulang, aku bakal balik ke rumah sakit buat minta maaf dan bilang makasih." Tetapi tetapi aja Eil tetap tidak mau menatap Geran hingga akhirnya mereka sampai di rumah Eil.

Geran memencet bel dua kali hingga Liena keluar dari dalam rumah.

"Kenapa Ran kok tiba-" Liena tak melanjutkan kalimatnya saat melihat anaknya berada di samping Geran.

"E-eil K-kamu?"

"Eil masih hidup tan, Akza, kembaran Anza yang ngelakuin ini, Eil dan Anza di kurung di gedung terbengkalai." Ucap Geran.

"Terus kemarin yang katanya Eil tabrakan sama Anza?" Tanya Liena sambil memegang tangan anaknya dan memeriksa keadaanya.

"Nanti Eil jelasin aja bareng papa, oh iya papa mana? Katanya kalian udah baikan? Eil seneng banget." Ucap Eil. Kedua anak dan orang tua itu saling berpelukan hingga tiba tiba saja Billy keluar dan tentu saja ekspresi nya kaget melihat Eil ada di hadapannya.

"Eil? Bukannya..." Eil langsung memeluk papanya itu sedangkan Billy yang di peluk merasa kaget tapi akhirnya ia membalas pelukan anaknya itu.

"Makasih pah udah mau berubah demi kita berdua!" Seru Eil.

"Masuk yuk nanti Eil jelasin semuanya." Ucap Eil sambil tersenyum bahagia.

"Yaudah om tan, Geran pergi dulu." Ucap Geran sambil tersenyum.

AlianzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang