40

1.9K 122 9
                                    

    Siang hari setelah semua kejadian semalam terlewati, Akza menatap Anza yang masih terbaring di kasur dengan mata yang masih tertutup.

Dokter bilang Anza baik baik saja, hanya saja ia belum siuman. Bayi Anza juga sehat, dengan kelamin laki laki.

"Kaya nya lo ada masalah ya sama Alian, bahkan sampai detik ini dia ga nyamperin lo ke sini." Ujar Akza.

Beberapa saat kemudian, Anza mencoba membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk.

Ia melihat Akza yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum.

"A-akza?" Anza mengubah posisinya menjadi duduk dengan bantuan dari Akza.

"Gimana keadaan lo?" Anza mengangguk lemah.

"Gue gapapa."

Anza memegang perutnya yang kini sudah rata. "Bayi gue gimana?" Tanya Anza.

"Bayinya masih di urus suster, lo tenang aja dia sehat jenis kelaminnya laki laki." Jelas Akza membuat Anza menghela nafas lega.

"Lo mau minum? Atau mungkin lo laper?" Tanya Akza. Anza menggeleng ia menatap kembarannya itu.

"Lo di sini dari kemaren malem?" Tanya Anza.

"Kalo bukan gue yang nemenin lo, mau siapa lagi, Alian juga ga dateng sampe detik ini. Lo ada masalah sama dia?" Anza menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

"Ceritanya panjang, gue ga bisa jelasin sekarang."

"Oke oke kalo lo ga mau jelasin gapapa gue ga akan maksa." Anza tersenyum ke arah Akza lalu menggenggam tangan Akza.

"Lo saudara terbaik gue."

"Emang kecuali gue lo punya saudara lain?" Anza mengedipkan matanya berkali kali sambil menatap Akza lalu menggeleng.

Keduanya diam sebentar sebelum akhirnya menyadarinya lalu terkekeh bersama.

"Lo makan dulu ya, nanti sore Daddy sama Mommy ke sini buat lihat keadaan lo." Ucap Akza lalu di anggukkan oleh Anza.

"Lo ngabarin temen temen juga?" Akza menggeleng.

"Lo mau gue ngabarin temen temen? Yaudah bentar." Akza hendak mengambil ponselnya tapi tangannya di cengkeram oleh Anza.

"Gausah, malah lebih baik lo ga ngabarin mereka." Ucap Anza membuat Akza mengangguk pelan lalu kembali menaruh ponsel nya.

"Papa Satria, Daddy Bara, om Divan, sama om Hino mau gue kabarin juga?" Anza membulatkan matanya lalu menggeleng ribut. Bisa-bisa terjadi masalah.

***

Sore harinya seperti yang di katakan Akza, kedua orang tua kandung Anza itu datang dengan membawa beberapa paper bag.

Sedangkan Anza baru saja terbangun dari tidurnya karena setelah memakan makananya tadi siang. Akza meninggalkannya membuatnya bosan, ponsel nya pun seperti nya tertinggal di apartemen, setelah beberapa saat menunggu akhirnya Anza tertidur dan baru terbangun di sore menjelang malam.

"Hai sayang, gimana kabarnya?" Wina berjalan menuju Anza yang baru saja bangun dari tidurnya.

Anza tersenyum menatap Wina yang memeluknya. Ia membalas pelukan hangat tersenyum dengan senyum yang belum luntur.

"Anza baik baik aja mom." Ucap Anza lalu melepas pelukan tersebut.

"Syukurlah kalau begitu." Ucap Wina.

"Akza kemana kok kamu sendiri di sini?"

"Anza ga tau dia bilang mau pergi sebentar tapi Anza ga tau dia pergi kemana." Wina hanya menganggukkan kepalanya paham. Ia menatap suaminya yang duduk di sofa yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Kamu kalau masih banyak kerjaan pulang aja, aku biar di sini nemenin Anza kasihan sendirian." Ucap Wina.

"Alian kemana." Anza diam sebentar lalu menggelengkan kepalanya.

"Alian ga kemana mana, cuma dia lagi pulang buat ngambil keperluan Anza." Ucap Anza.

"Yasudah daddy pergi dulu, banyak kerjaan soalnya, kalian berdua kalau ada apa apa telepon daddy oke?" Anza dan Wina mengangguk sambil tersenyum.

***

Malam harinya di kediaman Hino dan Divan. Lebih tepatnya sekarang hanya menjadi kediaman Hino, Divan sedang membereskan semua baju-baju dan perlengkapan lainnya dari rumah itu.

Kini mereka sudah resmi bercerai dan akan pisah rumah. Divan akan kembali ke rumah lamanya saat masih SMA dan belum bertemu dengan Hino dulu. Ia akan tinggal berdua dengan Helmi di sana dan Hino akan tetap berada di rumah itu bersama dengan Alian, tapi tentunya sebelum Alian menikah. Saat Alian sudah resmi menikah, Hino memperbolehkan Alian memilih tempat tinggalnya sendiri.

"Kau tidak perlu pergi dulu, pernikahan mereka akan di lakukan besok, daripada bolak balik lebih baik menginap di sini semalam." Ucap Hino berdiri di ambang pintu.

"Hmm aku cuma menyiapkan semuanya." Ucap Divan tanpa menatap Hino dan tetap memunggunginya.

Hino hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke arah kamar Alian lalu mengetuk pintu kamar tersebut.

"Masuk." Ucap Alian dari dalam.

Hino masuk ke dalam kamar tersebut. Ia melihat Helmi yang tertidur di kasur Alian. Sedangkan Alian sedang membaca buku sambil bersandar pada sandaran kasur.

Ada rasa tidak tega pada kedua anaknya tersebut. Ia merasa bersalah pada Helmi yang harus merasakan kejamnya kenyataan.

Sedangkan pada Alian, ia sangat amat merasa bersalah. Bahkan anak itu harus menghadapi dua kejadian buruk di hidupnya. Tapi lihatlah, ia bahkan tidak mengeluh sama sekali membuat Hino merasa menjadi orang tua yang gagal.

"Kenapa daddy ke sini?" Tanya Alian karena Hino hanya diam tanpa mengatakan suatu hal.

Hino tersadar dari lamunannya, ia menatap Alian yang menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Hari pernikahan mu akan di majukan satu hari, jadi besok adalah hari pernikahan mu." Alian hanya mengangguk lalu kembali fokus pada bukunya.

"Maaf." Ucap Hino pelan tapi masih bisa di dengar oleh Alian.

"Telat dad, semua sudah berlalu." Ucap Alian lalu menutup bukunya.

"Daddy tau, daddy benar benar merasa bersalah, daddy minta maaf." Ucap Hino.

Alian tidak menjawabnya membuat Hino menghela nafas kasar. "Ya sudah daddy kembali ke kamar, bersiap untuk besok."

Hino berjalan menjauh dari mereka lalu kembali menuju kamarnya. Di sana terdapat Divan yang sudah selesai dengan acara berkemas nya. Setelah ia menutup koper tersebut, ia berbalik badan dan di kejutkan oleh Hino yang tepat berada di belakangnya.

"Tidur saja di sini, biar aku yang tidur di kamar lain." Ucap Hino.

"Besok aku harus bekerja di pagi hari, jadi mungkin akan sedikit terlambat untuk pergi ke acara pernikahan Alian." Ucap Divan lalu Hino menganggukkan kepalanya paham.

"Baiklah aku pergi. Selamat malam." Ucap Hino lalu pergi meninggalkan Divan di kamar itu sendirian.

---

AlianzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang