PINTU ruangan ku tutup kembali dan meja kerja Mile ku dekati setelah melihat dia duduk di sana. Kembali terlihat sibuk tanpa peduli akan kehadiranku. Tidak ada bertukar kabar. Jauh sekali meminta ku untuk duduk di kursi kosong di ruangannya.
Kehadiranku yang sering kali di sambut dengan kehangatan dan keceriaan Mile, sekarang hanya ada kesepian dan kedinginan. Penuh kebencian yang menyesakkan. Ingin aku berlari keluar dari ruangan ini jika tidak mengingat tujuan utama ku ke perusahaan ini untuk bertemu dengannya.
“ Jadi, mau apa kau kemari Pak Nattawin? Apa kau tidak puas dengan keputusan yang telah aku ambil itu?” Mile bertanya dengan tegas tanpa memandang padaku sama sekali.
Dia masih saja terlihat fokus sama berkas yang di meja kerjanya. Seolah sengaja ingin mengabaikan ku. Apa sebenci itu dia padaku hingga tidak mau melihat bahkah melirik padaku lagi?Tidak apa Nattawin. Lupakan saja soal itu! Ingatlah tujuanmu ke perusahaan ini adalah untuk bertemu Mile karena menginginkan kepastian. Kepastian yang bakal menyelamatkan harga diri bunda dan setidaknya menghalang wajah tuanya dari dibahasi dengan air mata. Hanya itu.
“ Apa kau tidak mendengar pertanyaanku?” lagi dia bertanya dengan nada suara yang sedikit meninggi dengan pandangan mata yang diangkat menatap padaku mengkilat dengan kebencian.
Tentu aku kaget mendengarnya. Jika dulu dia akan membicarakan semua hal dengan lembut padaku. Bahkan tidak menggunakan kata kasar. Namun sekarang, dia benar-benar berubah. Dia bukan lagi sosok Mile yang pernah ku kenali. Kini aku yakin, tidak ada lagi sisa cintanya padaku seperti yang ku harap.
Hanya kebencian.
KE-BEN-CI-AN.
“ Jika kau ke perusahaan ini bertemu dengan ku hanya untuk menjadi boneka di ruanganku lebih baik kau pulang saja. Aku tidak membutuhkan sesuatu yang bisa menjadi sampah di ruanganku.” Dia kembali mengeluarkan katanya tanpa peduli akan kondisi ku yang saat ini sedang berusaha untuk terlihat tegar di hadapannya. Berusaha menahan rasa yang sungguh, sungguh menyiksakan.
Sampah ya? Padahal dulu aku adalah sesuatu yang berharga untukmu. Lucu ya? Sampai aku tidak bisa tertawa sama sekali.
“ Maaf.” Kataku dengan pelan.
“ Aku tidak bermaksud untuk mengotori ruanganmu jauh sekali merusak pandanganmu. Tapi aku hanya butuh penjelasan perihal keputusan mu itu.” Kataku sebisanya ingin terlihat tenang di hadapannya walau nyatanya sangat ini perasaanku terasa kacau sekali.
“ Penjelasan? Penjelasan seperti apa yang kau mau? Apa kau sebodoh itu hingga tidak tahu caranya untuk membaca? Itu adalah keputusanku Nattawin dan kehadiranmu di ruangan ku saat ini tidak akan mengubah apa pun!”
Pandangan itu terlalu menakutkan. Tidak pernah sekali pun aku membayangkan jika pria ini akan memandangiku dengan pandangan seperti itu. Marah benar dia padaku.
“ Tapi aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak tahu apa kesalahanku hingga kamu mengambil keputusan seperti itu. Jadi tolong beri tahu ke aku, apa saja kesalahanku. Aku janji, aku tidak akan mengulangi nya lagi dan menebus semua kesalahan itu. Aku bakal melakukan apa pun yang kamu mau asalkan kamu tidak membatalkan acara pernikahan itu. Aku mohon pada mu Mile!” Aku memohon padanya. Benar, jika Mile ingin aku melutut dihadapannya saat ini aku akan melakukannya.
“ Beberapa hari lagi adalah hari pernikahan kita. Apa kamu tega membatalkan acara itu dan membiarkan aku dan keluarga ku menyelesaikan sisanya? Apa tidak ada belas kasih di hati mu untuk keluargaku walau sedikit saja?” tanyaku dengan nada yang bergetar.
Mile tetap diam di posisinya dan aku mengambil kesempatan itu untuk terus berbicara.
“ Aku tidak masalah jika orang-orang menghinaku seenaknya tapi aku sedih saat kamu sendiri menghina rasa cinta dan kasih yang ku punya untukmu. Kenapa kamu membuat ku seperti ini? Membuangku seenaknya setelah kamu sendiri yang membuatku jatuh cinta padamu? Apa kesalahan yang aku berbuat Mile?” wajah Mile tidak lagi bisa aku lihat dengan jelas setelah mata ini terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Drapetomania [ MileApo ]
Fanfiction*Note : Harus baca Between Us dulu baru Drapetomania Book 2 : Aku tahu ini salah, tapi hanya ini jalan yang terfikir oleh ku. Mungkin aku terlihat seperti pengemis saat ini di matanya. Hilang sudah harga diri seorang Apo Nattawin di mata seorang Mi...