" BAGAIMANA makanannya, Mile? Apa enak?" tanya bunda mengusir sepi yang menemani di acara makan siang itu.
" Enak, bunda. Terima kasih mau membuatkan ku masakan ini." Jawabnya manis.
" Bukan bunda yang membuatnya. Bunda hanya menyediakan bahannya saja. Selebihnya, Apo lah yang membuatnya." jawab bunda dengan senyuman yang diberi pada ku dan Mile.
" Apa benar, bunda?" Mile membuat wajah kaget.
Aku hanya mencebik di dalam hati. Huh, bagus sekali aktingnya. Namun, jika di fikir ulang, dia sememangnya tidak pernah tahu. Bagaimana ingin tahu jika dia saja tidak membenarkan ku mendekati zonanya lagi.
" Aku tidak menyangka jika kamu pintar memasak. Semuanya enak." Ujarnya bersemangat.
" Bukan hanya masak, yang lainnya juga dia pintar... Mile." Cetus Kak JJ tiba-tiba.
Aku beralih pandang padanya. Sama halnya dengan Mile, Kak Us dan bunda. Hanya Aak dan Nine saja yang terlihat tidak terganggu sama sekali – menikmati makanan mereka.
" Aku pintar apa memangnya?" aku bertanya dengan khawatir.
Aku dapat merasakan jika Kak JJ mencoba untuk membuat onar lagi kali ini. Apa uang yang ku berikan tadi pagi padanya itu tidak cukup?
" Aku tidak tahu. Kau pintar melakukan semuanya. Mungkin berakting juga bisa menjadi salah satu kepintaranmu." Alisnya terangkat.
" Mas, berhenti melantur seperti itu." Kak Us menegur dengan keras.
" Aku melantur apa memangnya?" Kak JJ membentak dengan nada suara yang sedikit meninggi.
" Berakting apa? Kalian berbicara soal apa sebenarnya?" giliran bunda bersuara.
Hati ku berdegup kencang. Membisikan kata tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Khawatir jika Kak JJ membongkar semua rahasia ku di siang ini. Jika tidak melihat kondisi ku saat ini, mungkin aku sudah berkelahi dengan pria itu. Bangsat!
" Bukan apa-apa, bunda." Pria alpha itu menidakan dengan tawa yang sengaja dicipta di hujung bicara.
" Aku hanya bercanda. Acara makan siangnya terlalu sepi. Tidak ada yang berbicara." Tawanya lagi.
Sedangkan, diri ku harus menahan tusukan sepasang mata tajam milik bunda. Penuh dengan pertanyaan yang aku sendiri masih belum siap untuk menjawab.
" Hum... Nattawin memang pintar berakting, bunda." Celetuk Mile.
Tenang saja pria itu memandangi ku untuk beberapa detik di sisinya. Aku mula merasa khawatir, jangan sampai bunda mengetahui semua hal buruk itu. Dalam hati ini tidak putus ku titip doa agar Mile tidak membuka kebusukan yang terjadi di dalam perhubungan ini.
" Nattawin pintar berpura terlihat tegar di luaran, mungkin dia lupa bagaimana tiap malamnya dia menelpon ku, memohon pada ku untuk pulang menjemputnya." Ujar Mile.
Mata bertatapan untuk seketika. Tenggorokan ini terasa perih sekadar untuk menelan makanan yang sudah lebih dulu ku masukan ke mulut. Terasa sesak dada ini. Pantas saja, air putih yang sudah di sediakan ku teguk – berharap rasa sesaknya menghilang bersama makanan yang tertelan.
Wajah Mile ku lihat sekilas. Tertangkap pada pandangan ku senyuman manis yang di ukir olehnya. Semakin sakit rasanya hati ini dengan senyuman itu. Ingin sekali aku mengatakan padanya agar berhenti membunuh ku dengan senyuman itu. Aku masih membutuhkan hati ini untuk melanjutkan sisa hidupku agar dapat melindungi bunda, Kak Us dan dua keponakanku dari kejamnya dunia.
" Jadi karena itu, bunda kira apa..." bunda menggeleng di susul dengan keluhan kecil.
Aku hanya tersenyum kecil – terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Drapetomania [ MileApo ]
Fanfiction*Note : Harus baca Between Us dulu baru Drapetomania Book 2 : Aku tahu ini salah, tapi hanya ini jalan yang terfikir oleh ku. Mungkin aku terlihat seperti pengemis saat ini di matanya. Hilang sudah harga diri seorang Apo Nattawin di mata seorang Mi...