E : 25

132 17 10
                                    

BESOKNYA, aku bangkit seperti biasanya. Setelah aku selesai bersiap, aku akan membangunkan Mile. Biarkan saja dia marah, aku tidak terlalu peduli. Aku terlalu malas ingin berkali-kali menaiki tangga hanya untuk membangunkannya. 

Sebaik mata itu terbuka, aku bisa melihatan tatapan matanya terju pada pergelangan tangan ku yang perbannya kulepas. Memperlihatkan garis merah akibat perbuatannya. Terlihat jelas di binar matanya, ada rasa bersalah di sana. Aku tersenyum padanya.

" Tidak usah khawatir soal ini. Ini tidak seberapa. Jika ada yang bertanya nanti, aku bisa urus sendiri." ucapku tenang dengan senyuman kecil di bibir ku.

" Aku..."

" Kau tidak memaksudkannya, kan? Kau melakukannya tanpa sengaja. Aku tau itu." kata ku lagi tanpa menghentikan senyuman ku. Aku tau apa yang ingin dia bicarakan.

" Hari ini aku mungkin pulangnya agak telat. Ada yang ingin aku selesaikan." bicara ku lagi sekadar memberitahu.

Sore ini, aku perlu bertemu dengan Mew setalah aku berjanji untuk membantu Gulf.

" Tidak usah beritahu padaku. Aku tidak peduli apa yang ingin kau lakukan. Itu bukan urusan ku lagi." tekannya. Dia lantas bangkit, meninggalkan ranjangnya dan terus berlalu ke kamar mandi.

Aku keluar dari kamar. Terlalu banyak hal yang harus aku selesaikan dalam waktu terdekat. Setidaknya sebelum aku benar-benar pergi dari kehidupan Mile seutuhnya, semuanya harus selesai. Terkait Gulf, Mew atau aku sendiri.

Semuanya harus tuntas.

Sewaktu aku melangkah keluar dari kamar, tanpa sengaja aku berpapasan lagi dengan Bible. Dia tersenyum pada ku - sekadar menyapa.

" Ah, Bib." aku segera memanggil pria itu. Menahannya dari menuruni anak tangga. " Apa... aku bisa meminta bantuan mu hari ini?" 

Tanya ku dengan nada pelan, mengubah perhatiannya. Pria itu terlihat terdiam sebentar. Seakan menimbang jawaban yang harus dia berikan padaku sebelum mengangguk pelan.

" Boleh. Kau butuh bantuan apa?"

" Sore ini, kau ke tempat kerja ku ya. Ada yang harus aku selesai kan."

Wajah itu terlihat berkerut. Memandangi ku dengan pandangan aneh. " Soal apa?"

" Gulf." jawab ku tanpa menyembunyikan apa-apa.

" Kenapa tidak meminta bantuan Kak Mile saja? Apa kau tidak khawatir jika dia bisa lebih salahpaham dengan mu?"

" Biarkan saja dia, Bib. Apapun yang aku lakukan saat ini, tetap salah di matanya." bicaraku lagi.

Bible merenung pada ku dengan pandangan yang penuh empati.

" Kalau begitu, kita berangkat bareng saja. Sore ini kita bisa langsung pulang bareng setelah urusannya selesai." 

Aku hanya mengangguk - setuju dengan rencanannya tanpa banyak bicara lagi setelah itu.

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara. Bible tetap terlihat tenang saat mengemudi dan aku tidak pernah berhenti dari terus memikirkan bagaimana aku harus menceritakan hal ini pada bunda nanti. Bagaimana aku harus menghadapi tangisannya nanti dan juga, kekecewaannya padaku.

" Apa aku bisa bertanya sesuatu?" tanya Bible, memecahkan sepi yang mengitari suasana mobil waktu itu.

" Tidak ada lagi kebahagian yang bisa kau dapatkan dari Kak Mile. Tapi kenapa kau masih saja ingin bertahan di sisinya? Jika kau memilih untuk lepas darinya, masih ada yang sanggup menerima kekurangan mu dan juga mencintai mu lebih dari yang pernah kau dapatkan dari Kak Mile." 

2. Drapetomania [ MileApo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang