E : 12

282 26 17
                                    

Jika kita ingin mencintai seseorang,

Kita harus belajar memaafkan dan menerima rasa sakit yang dia berikan.

.

.

.

ISAKAN ku semakin tidak bisa tertahan. Ledakan emosi ini benar-benar membuat ku hampir kehilangan diri ku sendiri. Di tambah dengan usapan tangan Mile di belakang kepala ku. Untuk pertama kalinya – setelah menjadi pasangan sah – aku kembali merasakan kehangatan ini. Sungguh aku merasa jika diri ini terlindungi. Aman dari ancaman Kak JJ, aman dari terus dikejar Mew. Terlindung dari buasnya dunia.

" Kenapa kamu membuat ku seperti ini? Salah ku apa, Mile?" lirih suara ku kedengaran.

" Shhh... berhenti menangis seperti ini." Mile membujuk tanpa ingin membalas pertanyaanku.

Tangannya terus saja bekerja. Mengusap suraiku dan pundak dengan lembut. Tidak ada kata-kata yang muncul dari belahan bibirnya. Hanya deruan nafas tenang – hangat menyapa telingaku.

" Kenapa harus membenci ku? Kenapa ingin membatalkan pernikahan ini? Kenapa kamu membiarkan ku bertindak bodoh dihadapanmu waktu itu? Apa kamu puas mencela ku omega kotor?" Terus saja aku menembakinya dengan pertanyaan.

Mile menolak tubuh ku lembut. Menyisakan sedikit jarak agar dia bisa melihat wajah ku yang sudah basah dengan air mata, memaksa ku untuk turut melihat padanya. Tikaman mata tajamnya itu terlihat hangat kali ini. Membuat ku kembali merasakan jika dia adalah Mile Phakphum yang pernah ku kenali saat itu. Sosok yang ku kenali dalam waktu singkat. Sosok yang membuat ku nekad untuk mempertaruh sang hati yang sudah pernah mengalami kehancuran.

" Pertanyaan mu itu terlalu banyak untuk ku jawab dalam satu waktu, Natta." Tuturnya.

Bibir itu, tersenyum lagi. Jemarinya kembali menyapa wajahku. Menghapus air jernih yang semakin mengalir, entah kapan akan berakhir.

Ketulusan itu dapat kurasakan. Apa lagi nama ku diucapkan kembali olehnya, dia adalah Mile yang kukenali dulu. Sosok yang sama berjanji untuk terus berada di sisi ku – menjagaku. Mile yang usil dan penuh dengan kehangatannya. Mile yang penuh dengan kejutan.

" Aku harus menjawab yang mana dulu? Atau kamu ingin aku membujuk mu terlebih dulu, berhentilah menangis? Aku khawatir jika sampai bunda mendengarnya, pasti dia mengira aku membully omega ku ini. " canda Mile.

Kali ini, dengan rasa malu yang kusisihkan, wajah ku kembali kusembunyikan di dada bidangnya. Bagai tidak ada pengakhirannya – tangis ini terus saja terjadi.

" Kenapa kamu memperlakukan ku seperti ini? Memang Natta salah apa?" kupeluk tubuh itu erat.

" Sudah waktunya kita mengakhiri permasalahan yang terjadi dalam perhubungan ini. Tidak tega rasanya untuk ku terus melihat mu berantakan. Aku menyakiti mu, Natta. Dan tanpa tidak sadar, aku juga menyakiti hati ku sendiri. Bibir ini terlalu lantang berbicara. Mencela diri mu sedangkan semua itu tidak pernah ada di hati ku. Sebelum aku menjawab pertanyaan mu... kamu perlu menjawab satu pertanyaan ku." Perlahan pria itu menyusun katanya.

" Apa benar, tidak ada yang ingin kamu bicarakan padaku sebelum pernikahan ini terjadi? Sewaktu pertama kali aku menanyakan pertanyaan ini pada mu waktu itu."

Pandanganku angkat, menatap pada wajahnya. Tubuh ku masih berada di dalam pelukan tubuhnya. Lagi – pertanyaan yang sama! Lama tatapan ini bertaut. Puas aku mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Jika benar tidak ada yang ingin aku katakan padanya, pasti dia tidak akan memberi pertanyaan itu padaku. Tapi aku benar-benar tidak punya jawabannya. Sungguh!

2. Drapetomania [ MileApo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang