E : 20

113 8 2
                                    

PADA malam harinya, sepulang dari bandara setelah mengantar keluarga ku lewat sore itu juga, Mile terus saja mengemudi menyelusuri jalanan kota menuju apartment ku. Rumah yang sudah berminggu-minggu kutinggalkan. Masih tersisa beberapa barangan ku yang masih belum sempat kuambil di sana.

Mata ku melihat kearah Mile, pria itu sudah beberapa kali menguap karena rasa kantuknya. Membuat hati ini dijentik dengan rasa kasihan. Aku sudah melarangnya untuk singgah ke apartment ku hari ini juga. Rasanya akan lebih baik jika kita langsung pulang saja ke rumah keluarganya daripada harus singgah seperti ini karena lewat sore tadi, sebaik pestanya selesai, aku dan Mile sudah terburu-buru untuk mengantar keluarga ku ke bandara.

Sudah dibilang sama mama dan papa untuk membiarkan Pong dan Bible saja yang kemari tapi dia malah menolaknya dengan keras. Keras kepalanya itu sulit sekali untuk di lentur. Jika dulu aku merasa kesal dengan sikapnya ini tapi sekarang berbeda. Aku senang jika diri ku ini dikuasai dengan cintanya.

Aku bahagia seperti ini.

" Kita pulang saja ya, mas. Kamu terlelah sekali. Soal barangan ku itu, kita bisa ambil kapan pun nanti." pelan tangan ku mengusap pundaknya, berusaha membujuknya.

Mile hanya melirikku beberapa detik dan tersenyum kecil. Jelas sekali jika dia sedang kelelahan.

" Ini juga kita mau pulang. Rumahmu kan rumahku juga, sayang." 

" Kamu benar tapi setelah itu kita harus pulang ke rumah keluarga mu kan. Memangnya kamu masih sanggup mengemudi? Tubuh mu itu sudah kelelahan, butuh istirahat, mas."

Dia hanya tersenyum pada omelanku. " Kata siapa memangnya kita akan pulang ke rumah keluarga ku malam ini juga? Di apartment mu itu masih punya airkan. Kamar mu juga masih ada di sana. Kita bermalam saja di sana malam ini. Besoknya baru kita pulang ke rumah keluarga ku." 

Aku terdiam mendengar idenya itu. Mata ini terus saja menatapnya dengan tatapan aneh dan kaget.

" Bermalam di apartment ku?" aku balik bertanya padanya.

Mile menganggukkan kepalanya dan melirik padaku sebentar. " Kenapa? Salah memangnya?"

" Tidak ada yang salah, mas. Tapi seharusnya kamu itu bicarakannya pada ku. Di sana itu tidak ada bahan makan untuk kita makan malam ini." 

Lagi - aku mengomelinya karena membuat kata putus tanpa berbicara dengan ku terlebih dulu. Apartment itu juga sudah lebih dari seminggu ku tinggalkan, bisa saja ranjang yang dulunya sering ku gunakan menjadi kotor dengan debu dan bahan makan juga, tidak ada yang ku simpan di sana setelah kali terakhir aku menetap di rumah itu.

" Soal itu tidak masalah. Kita pesan di luar saja nanti setelah tiba di sana." putus Mile lagi yang hanya bisa ku balas dengan sebuah keluhan kecil. Kesal dengan kata putus yang diambil secara sepihak. Pada akhirnya, aku mendiamkan diri saja.

" Atau kamu saja yang aku makan tengah malam nanti jika lapar." timpalnya lagi dengan nada yang perlahan.

Pantas saja aku menolehkan pandangan ku padanya sebelum berbalik memandang keluar tingkap mobil. Menyembunyikan rona merah yang mungkin saja terlihat jika ada pencahayaan di dalam mobil ini. Terdengar tawa kecil yang terhasil dari Mile karena berhasil menggoda ku.

Aku hanya terus mendiamkan diri di sepanjang perjalanan menuju ke apartment ku. Hingga pada akhirnya mobil yang dia kemudi berhenti di parkiran area apartment ku. Aku langsung saja keluar bersamanya. Berjalan secara perlahan memasuki gedung apartment ku menuju lift.

Aku mengerling pada Mile yang sudah terlihat lelah dan kantuk.

" Kan sudah di bilang, akan lebih baik membiarkan Bible dan Pong saja yang kemari mengambil barangan ku. Tapi kamu malah menolaknya, lihat sekarang... kamu kelelahan kan." aku mula mengomelinya secara perlahan saat kami tiba di hadapan lift. Jari ku segera memecet tombol di pintu lift.

2. Drapetomania [ MileApo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang