TIDAK putus senyuman ini terukir di bibir ku. Sungguh aku bersyukur karena takdir membawa ku untuk mengenali Mile. Sosok pria sebaik dirinya - menerima ku apa adanya - untuk menjadi milik ku seutuhnya. Mungkin dalam beberapa hal dia melakukan kesalahan tapi itu tidak bisa menutup bagaimana hangatnya sosok ini melayani ku.
" Kamu senang?"
Aku berpaling, melihat pada dirinya yang juga turut sama tersenyum, membalas senyuman ku.
" Tentu!" jawab ku antusias. Bahagia adalah kata yang sangat aku dambakan dalam kehidupan ku dan saat ini aku mendapatkannya.
Dan semoga terus berada dalam kehidupan ku.
" Syukurlah, semuanya sudah selesai. Iya, kan?" senyuman di bibirnya semakin melebar.
Menurut ku itu aneh. Seharusnya, aku yang berada di posisinya - tersenyum lebar karena kesenangan. Tapi yang terjadi saat ini adalah sebaliknya.
" Aku juga senang."
" Sebentar. Rasa ada yang salah." alis ku terangkat.
" Apanya yang salah? Ini sudah benar. Masalahmu itu adalah masalah ku. Dan jika masalahnya selesai, aku juga bakal senang. Karena setelah ini, fokusmu hanya pada ku dan kamu tidak perlu lagi menghindari Gulf." ucap Mile dengan sinar bahagia yang tidak pernah hilang dari wajahnya.
Aku tertawa kecil. " Terserah mu saja, mas."
" Tapi, setelah ini... jangan seperti ini lagi. Bagaimana jika Gulf benar-benar mengundurkan dirinya dari perusahaan?"
" Itu bukan masalahnya, sayang. Jika dia nekat mengundurkan diri, aku tidak akan menghalanginya. Masih ada di luar sana yang membutuhkan pekerjaan."
Senyuman sinis terlakar di bibir ku. Bukan meremehkan, hanya saja nada bicara pria ini terdengar yakin sekali jika dia akan dengan mudah menemukan karyawan setangkas Gulf. " Yakin, kamu bisa dengan mudah mendapatkan karyawan setangkas Gulf?"
Dia diam sebentar sebelum kembali berbicara. " Iya juga ya. Tapi kayaknya aku sudah menemukan orang yang pantas menggantikan posisi Gulf."
" Siapa?" tanya ku padahal aku sendiri sudah bisa menebak nama yang akan pria itu sebut.
" Apo Nattawin Wattanagithipat, akuntan di Perusahaan MC Co. Ltd. Aku akan meminta Paman Song untuk memecatmu dan setelah itu, aku akan menawarkan mu untuk bekerja dengan ku sebagai sekretaris ku. Bagaimana, kamu mau kan?"
Lihat, aku benar ternyata. Pantas saja aku menggeleng sebagai jawaban jika aku tidak mau menerima tawaran itu.
" Kenapa? Apa kamu tidak senang bisa bekerja dengan suami mu sendiri?" wajah Mile cemberut.
" Bukan seperti itu tapi aku hanya khawatir..."
Alisnya terangkat dengan pandangan mata yang penuh pertanyaan.
" Aku khawatir, jika aku bekerja dengan mu malah kamu yang tidak akan bisa fokus bekerja. Terus saja menempel dengan ku sperti biasanya." ujar ku dengan tawa yang meledak di akhir kata.
" Alasan. Jujur saja dengan ku jika kamu sememangnya tidak mau bekerja dengan ku." celatuknya dengan nada kesal. Merajuk.
" Aku serius, mas. Begini, kamu bayangkan saja dulu. Jika kamu menempel terus dengan ku tanpa mengira waktu dan tempat, bisa-bisa kita punya anak seramai pasukan sepak bola. Memang kamu mau?" ledakan tawa yang tak tertahankan di lepas setelah mendengar kata ku.
" Itu terlalu ramai, sayang. Dua atau tiga saja sudah cukup untuk ku."
" Makanya, aku tidak mau bekerja dengan mu. Bisa jadi, bukan hanya urusan perusahaan yang harus aku urus nanti!" tawa kecil ku dengan kerlingan nakal ku tuju untuknya yang turut sama tertawa dengan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Drapetomania [ MileApo ]
Fiksi Penggemar*Note : Harus baca Between Us dulu baru Drapetomania Book 2 : Aku tahu ini salah, tapi hanya ini jalan yang terfikir oleh ku. Mungkin aku terlihat seperti pengemis saat ini di matanya. Hilang sudah harga diri seorang Apo Nattawin di mata seorang Mi...