10. Ancaman

103 6 2
                                    

Sudah seminggu sejak kembalinya orang tua Hanbin, Hao mulai akrab dengan ayah dan ibu Hanbin. Ia bahkan sering berkumpul dengan keluarga kecil Hanbin di rumah kekasihnya itu. Bahkan kini ia tahu kalau sifat Hanbin yang selalu romantis dan suka merayunya itu berasal dari ayahnya yang mungkin terlihat dingin, tapi ternyata romantis dan suka merayu istrinya. Memang seperti kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Saat ini, Hao seperti biasa sedang berada di ruang musik sekolah, memainkan alat musik favoritnya dan cinta pertamanya sebelum Hanbin yaitu biola. Dan tentu dimana ada Hao, disitu ada Hanbin. Pria tampan dan kekar itu menyaksikan penampilan kekasihnya yang sedang bermain biola dengan sangat lihai.

Hanbin memberikan tepuk tangan setelah kekasihnya itu selesai bermain biola. Hao meletakkan biola itu kembali ke tempatnya dan berjalan menghampiri Hanbin. Kemudian ia duduk di sebelah Hanbin. Hanbin memeluk pinggang kekasihnya sehingga tubuh mereka merapat.

Hanbin :"Kekasihku hebat sekali. Kau sepertinya memang ditakdirkan untuk menjadi seorang violinist"

Hao :"Terimakasih untuk pujiannya. Kau selalu membuatku merasa bahagia dengan apapun yang kau lakukan untukku"

Hanbin :"Apapun?"

Hao :"(Mengangguk) Hmm..."

Hanbin :"Apa salah satunya seperti ini..."

Hanbin menarik tengkuk Hao dan langsung mencium bibir kekasihnya. Hao pun membalas ciuman Hanbin dengan tangannya meremas almamater Hanbin. Begitu Hanbin mulai menciumi lehernya, Hao mendorong pelan tubuh Hanbin.

Hao :"Jangan sekarang, BinBin... Ini di sekolah"

Hanbin :"Baiklah. Aku minta maaf... Tapi, nanti malam, aku menginginkannya!"

Hao :"Kau sepertinya tidak bosan, ya bermain panas denganku?"

Hanbin :"Aku tidak akan pernah bosan jika melakukannya dengan separuh jiwaku ini"

Hao memukul gemas sang kekasih. Saat mendengar bel berbunyi, mereka pun beranjak dari ruang musik sekolah menuju kelas mereka.

***Malam harinya***

Hao dan Hanbin sedang tiduran di ranjang. Mereka sekarang berada di rumah Hao. Hanbin sudah meminta ijin orang tuanya untuk bermalam di rumah kekasihnya. Doyoung dan Jisoo tentu memperbolehkan.

Hanbin memeluk Hao dari belakang lalu mencium pundak kekasihnya. Mereka baru saja selesai melakukan permainan panas yang biasa mereka lakukan. Tubuh mereka tidak memakai pakaian apapun dan hanya menutupi tubuh telanjang bulat mereka dengan selimut tebal.

Hanbin :"Apa bawahmu masih sakit?"

Hao :"Tidak terlalu. Lagipula, kita sudah sering melakukannya. Jadi, aku sudah terbiasa"

Hao membalikkan tubuhnya dan ikut memeluk tubuh atletis Hanbin. Hanbin mengusap kepala Hao dan mengecup kening kekasihnya.

Hanbin :"Aku berjanji, akan selalu menjagamu dan melindungimu dari siapapun yang berani menyakitimu. Aku akan menjadi perisai untukmu"

Hao :"Aku juga berjanji, tidak akan pernah menyukai laki-laki atau perempuan lainnya. Karena aku hanya mencintaimu. Kau separuh jiwaku, BinBin"

Hanbin :"Kau juga separuh jiwaku, HaoHao"

Hanbin kembali mencium bibir Hao dan dibalas oleh sang kekasih. Hanbin perlahan menindih tubuh Hao lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Dan mereka pun kembali bercinta dengan panas di dalam selimut itu.

***Beberapa hari kemudian***

Hao sedang berada di perpustakaan. Ia sedang mencari buku untuk referensi bermain biolanya. Atau sederhananya, ia sedang mencari buku lagu klasik.

Love in the two world | BinHao (New Version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang