Prolog

627 50 6
                                    

golden rain village

1997








Hidup akan terasa menyenangkan jika kamu menjadi apa pun yang kamu inginkan. Menjadi boneka dari apa yang mereka mau sangatlah menyakitkan. Maka dari itu disinilah aku sekarang, di tengah hutan. kabur dari orang yang menganggap dirinya orang tua. Nyatanya aku tidak memiliki siapapun selain diriku sendiri. Sungguh ironis bukan?

Aku bahkan tidak berpikir untuk benar-benar kabur dari rumah, melainkan mengasingkan diri dari para orang-orang tua yang suka mengatur.

Hutan juga bukanlah tempat yang buruk untuk mengasingkan diri. Buktinya sekarang aku menemukan pohon jeruk penuh dengan buahnya di tengah hutan ini, tunggu. Di tengah hutan!?

Siapa manusia yang akan menanam pohon jeruk di tengah hutan begini? Atau di sekitar sini ada penduduk lain!? Itu tidak mungkin bukankah aku sudah pergi cukup jauh dari pemukiman.

Tapi untuk ukuran jeruk yang tumbuh di tengah hutan begini, pohon jeruk ini lebih terawat.

Sudahlah untuk apa memikirkan siapa yang menanam jeruk di tengah hutan, mungkin saja pohon jeruk ini tumbuh sendiri.

Aku memetik beberapa buah jeruk untuk di makan, buah jeruk ini sangat lebat dan besar. Biar ku tebak rasa dari jeruk ini akankah buah ini seenak kelihatan nya atau sebaliknya, luar biasa! Ini sangat manis aku akan mengambil beberapa untuk dibawa pulang.















- EVERYTHING -
























Goresan lembut dari kuas kecil diatas kanvas, serta aroma pewarna alami dari lukisan yang hampir setengah jadi itu membuat perasaan menjadi nyaman. Seperti yang freen rasakan saat ini, berada di tengah ladang rumput yang membentang luas dan hembusan angin sangatlah menyejukkan.

Pemuda kaku yang jarang tersenyum ini adalah Freen Askara Sadewa, seluruh hidupnya penuh dengan lukisan dan lukisan. Perasaan yang tak mampu freen utarakan secara langsung dapat dilihat melalui lukisan yang ia buat.

Sudah berjam-jam pemuda kaku itu sibuk dengan dunia nya sendiri tanpa sadar jika cuaca mulai mendung, membuat freen dengan tergesa-gesa harus bergegas pulang sebelum hujan turun. Freen lebih sayang dengan lukisan nya dari pada baju atau seluruh tubuh nya basah.
Dasar maniak lukisan!

Hujan turun begitu deras membasahi desa yang terkenal sejuk itu, terlambat 1 detik saja sudah di pastikan pemuda kaku itu akan kehujanan.

Freen menatap lurus keluar jendela kamar nya, menatap bukit diujung desa tempat dimana freen mencari pewarna alami untuk lukisan nya.

"Semoga buah dari tanaman ku tidak berguguran." ucap freen penuh rasa khawatir, pasalnya hujan begitu deras di arah bukit serta awan yang gelap menandakan hujan akan awet sampai besok.










***

Rintik-rintik sisa hujan deras semalaman menjadikan desa yang terkenal sejuk itu sangat dingin, mengingat hujat yang awet dari semalaman.

Becca, wanita cantik itu masih betah di dalam pelukan selimut dan kasur empuknya. Pasalnya hujan rintik di pagi ini yang membuatnya betah bermalas-malasan di kamar.

Ia memandang jauh ke arah bukit yang tampak masih gelap tertutup oleh kabut, seperti menghawatirkan sesuatu.

"Sayang sekali jika buah jeruk kemarin gugur semua" ucap becca penuh penyesalan di wajah cantiknya.











































Halo ini El, ini cerita muncul tiba-tiba jadi sayang kalau nggak di bikin cerita. Semoga kalian yang baru baca suka ya sama ceritanya karena El baru pemula jadi di maklumin aja ya kalau banyak kekurangan hehe. Just for fun guys!

EVERYTHING - FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang