Sunday

225 38 4
                                    












Dari balik pintu bercat putih itu terdengar suara sayu-sayu seorang gadis menangis senggugukan dari bawah selimut tebal miliknya.

Pintu kamar terbuka sedikit kemudian terbuka lebar menunjukan betapa gelapnya kamar itu tanpa penerangan yang sengaja tidak di hidupkan oleh penghuni kamar.

Albert berjalan masuk kedalam kamar lalu mencari saklar untuk menerangkan kamar anak gadisnya yang menangis di bawah selimut itu, persis seperti anak kecil yang takut dengan hantu menjelang tidur.

Ranjang berukuran king size itu berdecit menandakan ada yang naik ke atas ranjang, sehingga sang empuh yang bergemul di bawah selimut buru-buru bangun dari tempatnya.

"Ini daddy nak tenanglah." albert berucap ketika melihat sang putri nampak kaget atas kehadirannya.

"Jangan menangis lagi nanti jadi jelek." mengelus kepala Rebecca namun di tepis oleh anak pertamanya itu.

"Becca ingin sendiri dad" Rebecca menjawab dengan suara serak khas habis menangis.

"Daddy tidak bermaksud mengekang kamu." Albert berucap setelah membenarkan rambut anak pertama nya itu penuh kasih.

"Daddy terlalu menyayangi kalian sehingga berlaku berlebihan kepada kalian." albert  mengulurkan tangannya untuk mengambil bingkai foto kecil Di atas meja samping tempat tidur yang menampilkan potret keluarga yang nampak bahagia di dalam bingkai foto itu.

"Lihatlah, di dalam foto ini kamu masih suka ikut memancing bersama daddy" albert menerawang jauh menyelam ke masa lalu saat Rebecca masih kecil sambil mengelus sisi foto di bingkai.

"Apa kamu masih ingat, dulu kamu suka ikan dan tidak untuk di makan tapi saat kamu tau ikan yang kita pancing di masak oleh ibu, kamu menangis seharian.

Rebecca menatap daddy albert yang juga menatap nya dengan senyum yang sendu seolah menunjukan betapa rapuhnya sang daddy saat ini.

Albert mengembalikan bingkai foto ke tempat semula dan mengambil sesuatu dari balik punggungnya sambil menatap sang putri yang nampak sedikit terkejut.

"Kamu meninggalkannya di kursi taman." albert menyerahkan buku yang sempat di baca Rebecca di taman tadi sore.

"Terimakasih dad, dan maaf becca membentak daddy tadi." Rebecca menundukkan kepalanya meremas buku di tangan nya merasa sangat bersalah kepada sang daddy.

"Tidak masalah honey, daddy memaklumi itu." albert tersenyum kemuidan beranjak dari ranjang.

"Istirahatlah, jangan tidur terlalu larut."

"Baik dad, selamat malam." tersenyum kepada albert yang di balas anggukkan serta senyum kecil dari albert.

"Selamat malam honey."

Setelah pintu kamar tertup kini pintu kamar kembali terbuka dan menampakakan albert dengan hanya menyembulkan kepalanya.

Rebecca kembali melihat sang daddy di ambang pintu dengan wajah bertanya. "Ada apa daddy?"

"Daddy pikir freen tidak terlalu buruk."

"Apa yang daddy bicarakan?" Rebecca sudah tau ke mana arah pembicaraan daddy nya ini."

"Daddy melihat mu tersenyum saat masuk ke dalam rumah setelah freen mengantarmu."

"Daddy yakin kalian akan bersam-" belum sempat melanjutkan ucapannya Rebecca sudah memotong ucapan albert.

"DAD!" Rebecca sudah frustasi dengan segala omong kosong yang daddy nya ucapkan itu.

"Hanya menggodamu" albert menjulurkan lidah nya dan kembali menutup pintu, tidak lupa suara tawa yang menggelegar di luar kamar.

EVERYTHING - FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang