Prologue

256 24 12
                                    

|
|
|


Dalam kesunyian yang mencekam, para anggota ekstrakulikuler duduk di kursi masing-masing, seolah-olah tertahan dalam kehadiran misterius yang mengisi ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam kesunyian yang mencekam, para anggota ekstrakulikuler duduk di kursi masing-masing, seolah-olah tertahan dalam kehadiran misterius yang mengisi ruangan. Dinding putih menutup bangunan itu, menciptakan suasana yang sunyi dan hening.

Layar-layar gadget yang tersebar di ruangan menyala, menampilkan angka nol yang terpampang di kolom "followers" akun media sosial beberapa anggota. Mereka adalah anggota yang abai mengikuti perintah dari mentor ekstrakurikuler mereka, Mr. Desmon.

Di layar besar di depan mereka, empat akun terpilih terpampang dengan jelas. Chris, Wali, Ulfi, dan Theo duduk dengan tangan diborgol, terikat pada kursi masing-masing. Keempatnya terkejut, keringat membasahi pelipis mereka, dan tubuh mereka bergerak mencoba melepaskan diri dari belenggu tersebut. Tidak berselang lama, Mr. Desmon menekan tombol merah pada remote yang ia pegang.

Borgol-borgol itu mulai melepaskan cairan beracun, yang disuntikkan ke dalam tubuh mereka. Siswa-siswa yang lain hanya bisa diam, menatap dengan ngeri bagaimana keempat teman mereka dari ekstrakurikuler itu akan mati. Mulut keempatnya kini mulai berbusa, mereka kehilangan kesadaran.

Dua jam berlalu, Wali menjadi orang terakhir yang meninggal di ruangan itu, menandai akhir dari sesi evaluasi ekstrakurikuler yang mengerikan. Borgol yang menahan semua siswa pun terlepas, membebaskan mereka dari jeratan maut. Beberapa siswa tergeletak lemas dengan napas berat. Semuanya tidak mampu menyembunyikan rasa keterkejutan atas apa yang baru saja mereka saksikan.

"Sampai jumpa pada hari evaluasi berikutnya. Kita akan bertemu lagi di ruangan ini. Selamat memulai karir kalian, jangan sampai berakhir seperti mereka," kata Desmon sambil meninggalkan ruangan, diikuti oleh kebisingan yang mengikuti langkahnya.

"Ini gila, gimana kita bisa terjebak di tempat kayak ini!"

"Mereka nggak benar-benar mati, kan? Ini cuma mimpi, nggak mungkin..."

"Seharusnya gue bersikeras supaya mereka mengikuti perintah Mr. Desmon. Gue merasa gagal jadi teman mereka."

"Kita harus segera mencari cara supaya kita nggak terjebak di sini. Pasti ada jalan keluar, pasti," ucap Neris, berusaha menenangkan dirinya, berusaha untuk tidak memandang Ulfi yang tergeletak kaku di sampingnya.

 ||||||||||||||||||||||||||||||||

_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________________

Alooo, jangan lupa tinggalin jejak vote n komen yak. Lop banyak2 kalo kalian ngehargain karya aku. See you di bab pertama!

Btw, sekalian mau tanya, dari prolog kalian nebaknya ini cerita bakal kayak gimana?

Spill dongg di komen

Udah? avv makasihh, pembaca favorit dahh kalau udh vote komen

('▽'ʃ♡ƪ)

© lilpavv

FATAL FOLLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang