Chapter 14

14 1 0
                                    

Kabar beredar dengan cepat, semua peserta heboh dan mengikuti Finn ke ruang keamanan. Tempat yang menyimpan rekaman tiap-tiap sudut ruangan apartemen dari cctv. Setelah itu, semua hal berlalu begitu saja. Grup Dance kelas XI hancur setelah mengetahui bahwa salah satu anggota mereka  membunuh tim mereka sendiri. 

Usai keributan terjadi, Neris memanfaatkan waktu sisa  sebelum semua siswa keluar dari ruangan itu untuk mengamati seluruh layar cctv, memperhatikan apakah ada cctv yang merekam area di mana pelaku mengurungnya di ruang apotek beberapa jam lalu. 

Bingo! Neris menemukan dua pasang cctv yang mengawasi area apotek apartemen. Namun, kesenangannya padam sesaat setelah kembali menyadari fakta bahwa cctv hanya boleh diperiksa oleh Finn sekali dalam tiga hari. 

Jam menunjukkan pukul sebelas malam, kini orang-orang telah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Sama halnya dengan Neris dan teman-temannya. Ketiganya bersama di dalam satu kamar, mereka tak ingin lagi ada yang sendiri. Terlebih, kaki Saras sedang terluka, jadi Jessica dan Neris ingin menjaganya agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan lagi.

"Saras, Neris ...," panggil Jessica dari balik selimut. "Gue penasaran, sebenarnya ada apa sama Geya, kenapa semuanya yang ada di dia jadi nggak masuk akal."

"Gue juga ngerasa gitu, Jess. Sebenarnya ...." Neris menjeda kata-katanya, berusaha untuk tetap menjaga rahasia sesuai saran Nolan. "Gue masih nggak percaya dia pergi gitu aja, gimana orang rumahnya nanti."

"Sama, gue juga masih mencerna runtutan kejadian yang ada di Geya," timpal Saras setuju dari atas sofa.

"Ngomong-ngomong, ada yang mau gue ceritain ke lo berdua." Kali ini Neris yang membuka pembicaraan setelah hening sejenak. 

"Cerita aja, jangan sembunyiin apa-apa ke kita," ucap Saras.

"Sebenarnya tadi, waktu gue ke apotek ... ada yang nyoba buat ngehalangin gue masuk buat ke ruang evaluasi."

Jessica yang sedari tadi bersembunyi di balik selimut mendadak menghempaskan selimutnya dan menatap Neris tajam. "Maksud lo?"

"Lo serius!? siapa yang berani ngelakuin itu," sahut Saras yang bangkit dari sandarannya di sofa.

"Gue nggak tau itu siapa, gue nggak lihat ...."

"Jadi menurut lo ... apa itu ada hubungannya sama kepergiannya Geya?" ungkap Saras.

Keheningan lalu datang, tidak ada lagi yang berbicara di ruangan itu. Jessica kembali menarik selimutnya, tapi kali ini ia diselimuti kekhawatiran. Saras pun kembali menyandarkan tubuhnya di sofa. Neris, masih dalam posisi duduk di kasur yang bersebelahan dengan Jessica. Berpikir mengenai apa yang akan ia lakukan esok.

"Malam ini kita tidur aja dulu," lirih Jessica. "Kalian harus hati-hati, kita nggak tau apa yang bakal dilakuin orang-orang di ekstrakulikuler ini." 

"Lo juga jaga diri," balas Saras disusul oleh Neris.

***

Dua hari berlalu, Neris mendapat kabar bahwa hasil kirimannya sedang diproses oleh tim forensik. Dengan kemajuan itu, Neris harus segera menjalankan rencana berikutnya. Sore ini, Neris tengah menunggu Finn di depan perpustakaan apartemen, tempat di mana Finn akan mencari jurnal yang akan ia bahas di konten miliknya.

Tak menunggu lama, insan yang dicari pun menampakkan hidungnya. Finn berjalan membawa laptopnya, tak lupa dengan kacamata berlensa tebal yang dikenakannya. Langsung saja Neris menghampiri setelah Finn memasuki ruangan.

"Finn." Neris berdiri menghalangi jalan.

"Apa lo? panggil gue ketua," cetus Finn tajam.

"Gue butuh bantuan privillege lo sebagai ketua." 

FATAL FOLLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang