Chapter 7

25 3 7
                                    


Jessica melihat Geya yang tergeletak lemah di ranjangnya, wajahnya pucat dan napasnya tersengal. Dengan rasa bersalah, Jessica meminta maaf kepada sahabatnya sebab ia meninggalkannya di kamar sendirian mendadak demi adik kelasnya yang sekaligus tetangganya.

"Maafin gue Geya, gue enggak tahu kalau lo bakal demam separah ini. Harusnya gue kabarin Saras sama Neris supaya bisa nemenin lo di kamar."

"Enggak apa-apa kok Jess, lagian Mila juga perlu lo kok. Dia baru aja kehilangan empat temannya sekaligus." Jeda Geya sebentar untuk minum air hangat yang  diberi Jessica. "Ngomong-ngomong gimana hewan peliharaannya Ulfi? yang angsa itu."

"Oh, yang lo temuin di supermarket, ya. Hewan-hewannya Ulfi bakal dirawat sama Mila."

Di tengah perbincangan, pintu kamar terbuka perlahan dan Neris memasuki ruangan dengan sebuah tas belanjaan dari supermarket. "Lo baik-baik saja, Geya?" tanya Neris, cemas.

Jessica mengangguk cepat. "Dia demam tinggi, tapi sudah baikan karena sudah liat gue."

"Huek, apa loo bilang Jess." Saras memeragakan seolah ia ingin muntah.

"Benar kok, gue udah baikan karena lo bertiga udah nemenin gue sekarang." Geya tersenyum lebar dengan bibir pucatnya.

Neris dari belakang Saras menatap lega mengenai kondisi Geya, setidaknya dia tidak merasa kesepian. "Gue bawa obat penurun panas sesuai yang gua janjiin tadi, semoga membantu," ujarnya sambil memberikan obat tersebut kepada Geya.

Sementara Geya terus berbaring, Neris dan Saras beralih duduk di bawah lantai beralaskan ambal putih yang empuk. Mereka membuat sarapan bubur instan yang mereka beli di supermarket.

"Gue udah dengar dari Jessica, katanya lo jadi bendahara, ya, Neris?" ujar Geya ingin mendengar jawaban langsung.

Neris menyengir, berusaha membuat suasana agar tidak serius. "Belum pasti, kok."

"Gimana kalau itu ngebahayain lo, Neris?" tanya Geya khawatir.

"Geya, lo enggak usah khawatir. Lagian enggak ada yang terlihat bahaya kok dari tugas yang dikasih. Malah gue lebih khawatir sama yang jadi Ketua dan Wakil," ungkap Neris dengan cengirannya yang memudar.

"Awalnya kita juga ngira kalau enggak ada yang bahaya dari ekstrakulikuler ini, Ris ...," respon Jessica pelan, membuat keheningan berlangsung sejenak.

"Tapi ..., gue heran kenapa Finn seberani itu buat ngajuin diri?" Saras menyampaikan kebingungannya. "Mana sempat berantem lagi sama tu Rehan."

"Enggak tahu juga, tapi gue sedikit lega karena wakilnya kak Nolan. Semoga nantinya enggak ada lagi korban kayak kak Lupika ...," ujar Neris.

"Kak Nolan wakil? Kakak yang di supermarket itu, kan?" Geya yang tak tahu menahu mengenai diskusi pagi itu bertanya, memandang Neris.

"Iya ...," balasnya sambil mengangguk.

Tak lama setelah mereka berbincang, terdengar suara pintu kamar yang diketuk-ketuk. Jessica pun menaruh mangkuknya dan mengintip siapa yang mengetuknya. Begitu mengetahui yang mengetuk pintu adalah Mila, ia langsung membukakan pintu.

"Kenapa, Mil?"

"Kak Jess, boleh temenin Mila buat ke ruangannya Mr Desmon enggak?" pinta remaja itu lemah.

"Ke ruangan Mr Desmon? Apa enggak bahaya, Mil? Gimana kalau itu melanggar aturan?" tanya Jessica bertubi-tubi.

"Mila yakin enggak bahaya, soalnya hal ini enggak tercantum di peraturan awal. Kalau kak Jess enggak mau, Mila pergi sendiri enggak apa-apa kok."

FATAL FOLLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang