Tubuh Neris terlonjak dari kasur dengan ponselnya yang bergetar di meja kayu di sampingnya. Suara nontifikasi terus berbunyi, membuat Neris cepat-cepat membaca pesan yang baru saja masuk. Matanya membesar, tak percaya dengan berita yang menghantamnya pagi itu.
"Seseorang telah dikeluarkan lagi semalam," ucap Neris, wajahnya pucat, mencoba memahami kenyataan yang baru saja terjadi.
Saras yang duduk di kasur seberangnya, menyadari gelisahnya Neris. "Gue juga sudah baca pesan mereka, ternyata yang dikeluarkan itu kak Lupika, teman sekamarnya yang baru aja meninggal semalam," ucapnya dengan nada rendah.
Ketakutan terpancar dari ekspresi wajah mereka. Neris membaca lagi pesan yang baru masuk di grup Billstagram mereka. Tampak Finn yang berusaha untuk meminta semua anggota agar berkumpul di lokasi semalam. Ia ingin membicarakan mengenai kematian Lupika.
"Ayo kita ke lantai bawah, kita enggak boleh diam aja. Sekalian kita ajak bareng Geya sama Jess," ajak Neris beranjak dari kasurnya.
Saras mengangguk setuju dan bergegas mengganti pakaiannya. Begitu mereka berada di depan pintu kamar Geya dan Jess, terdengar balasan dari Geya. "Masuk aja ..., uhuk, enggak gue kunci."
Melihat Geya yang terbaring seorang diri di kasur kamar dengan selimut berlapis, Neris langsung mendekat dan mengecek suhu badan Geya dengan telapak tangannya.
"Demam lo tinggi banget, lo udah sarapan? Jessica mana?" tanya Neris dengan tatapan khawatir.
"Jess lagi nemenin adik kelasnya, Mila. Kasihan dia baru aja ditinggal keempat teman sekelasnya. Gue enggak apa-apa kok, cuma syok aja sama semua kejadian kemarin," terang Geya pelan.
"Segitu overthingking itukah. Lo harusnya tenang aja Geya ..., kan ada kita berdua sama Jess." Tangan Saras merangkul Neris.
"Benar tuh. Kalau gitu, lo istirahat yang cukup ya. Habis ini gue sama Saras dateng lagi buat anterin obat sama sarapan." Neris memperbaiki posisi selimut Geya dan pergi ke lokasi rekreasi apartemen.
Setibanya Neris dan Saras, terjadi perkelahian di tempat itu. Tampak Finn dan Rehan yang sedang berkelahi, akan tetapi, tidak ada seorang pun yang memisahkan mereka.
"Lo tahu, ini bukan soal memerintah, Han. Ini soal mempertahankan anggota ekstrakulikuler!" Finn memberi pukulan balasan.
"Tapi lo bertindak seolah-olah lo yang paling tahu. Ini bukan kegiatan di sekolah normal tahu enggak lo bocah *nj*ng, banyak omong." Rehan tak ingin kalah menendang perut Finn hingga membuat remaja kelas X itu jatuh menyentuh permukaan lantai.
"Ini demi keselamatan kita semua! Kita udah kehilangan sebanyak enam orang, Han. Lo enggak bisa mikir-" Satu tendangan lagi mendarat di perut Finn.
"Lo enggak bisa buat keputusan sendiri. Ini bukan 'misi penyelamatan lo', Finn. Satu lagi, panggil gue 'kak' karena gue kakel lo, b*ngs*t!" Rehan memberi tendangan keras kepada Finn, lalu berbalik arah hendak menginggalkannya.
Finn menatap Rehan dengan pandangan tajam, mencoba menekankan pentingnya keputusan yang dia ambil.
"Lo boleh enggak setuju, tapi gue bakal tetap ngajuin diri buat jadi ketua ekstrakulikuler ini, termasuk gue yang milih struktur untuk ekstrakurikuler." Finn mencoba berdiri menahan rasa sakit di perutnya.
"Masih belum paham juga ni bocah!" Rehan kembali mendekati Finn.
"Hopp! jangan dilanjut lagi, oke." Izzat menahan pergerakan Rehan.
"Begonya lo berdua direm dulu," ujar Agam. "Kayaknya semua orang udah kumpul di sini. Finn, bahas topik yang mau lo bahas sesuai yang lo kirim di grup."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAL FOLLOWERS
Mystery / ThrillerGENRE: THRILLER, MISTERI COVER AND STORY BY ME ⚠️DILARANG PLAGIAT⚠️ Sekelompok siswa mengikuti ekstrakulikuler elit yang akan menjadikan mereka Billstagramer terkenal. Namun, siapa sangka ekstrakurikuler yang mereka ikuti memiliki peraturan yang men...