Flashback 15

446 90 11
                                    


Agustus 2002

Minuman beralkohol itu membakar tenggorokan Hermione, dan seketika itu juga debar jantungnya sedikit berkurang. Perasaan panas keberanian menyebar di dadanya.

Hermione memiringkan botolnya ke arah Draco, dan pria itu mengambilnya dari tangan Hermione dan meneguknya. Matanya tertuju pada Hermione sampai dia menurunkannya. Kemudian melihat sekeliling ruangan kosong tempat mereka berada. Menarik tongkatnya dari sarung yang diikatkan di lengan kanannya, Draco menjentikkannya dan menyihir sebuah kursi empuk.

Hermione menatapnya.

"Aku tidak akan bergeser melintasi sofa setiap kali kita melewati botolnya," kata Draco. Kemudian menambahkan dengan nada mengejek, "Aku bisa menyihir bangku kencan jika kau membutuhkan penghalang."

Mata Draco tampak mengejek. Dia masih bertelanjang dada.

"Atau kau bisa menyihir beberapa gelas," balas Hermione, menatap Draco tajam. Hermione menjatuhkan diri ke sofa kecil dan menunggu Draco melakukan hal yang sama.

Draco membungkuk, meletakkan tangannya di bagian belakang sofa di belakang bahu Hermione dan membungkuk di atasnya, menyelipkan botol itu ke tangannya.

"Giliranmu. Kau punya banyak hal yang harus kau kejar," kata Draco dengan suara rendah sebelum mendudukkan dirinya di samping Hermione. Jaraknya jauh lebih dekat dari yang seharusnya.

Hermione meneguk lagi, dan Draco mengawasinya. Ketika Hermione mencoba mengembalikannya, Draco menolak dan mengisyaratkan agar Hermione melanjutkannya.

"Kau akan menyesal saat aku mulai menangis untukmu," kata Hermione, kembali curiga tentang betapa mabuknya Draco. Hermione sudah bisa merasakan hal itu mulai menghantamnya. Sudah sejak makan malam dan itu sudah berjam-jam sebelumnya. Sensasi hangat yang menumpulkan mulai merayap ke dalam dirinya.

"Kau tidak menangis sebanyak itu," kata Draco, bersandar dengan lembut. Kemudian, setelah menyadari bahwa itu tidak sakit, dia bersandar di sandaran sofa sambil mendesah. "Aku tidak tahu betapa aku merindukan bersandar pada sesuatu."

"Berhati-hatilah untuk beberapa hari ke depan," kata Hermione di sela-sela tegukan. "Jika kau ceroboh saat mereka sedang memasang, kulitnya bisa robek, dan aku harus mengulang beberapa bagian. Jika kau mau-aku bisa terus datang. Jika aku terus merawatnya selama beberapa hari lagi, kau bahkan tidak akan bisa merasakannya. Setidaknya-tidak aspek fisik dari mereka."

Draco menyeringai ke arah Hermione dan menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya. "Apa ada orang yang tidak kau anggap bertanggung jawab?" tanyanya.

Hermione tidak menjawab pertanyaan itu, dan kembali meneguk firewhisky. Air mata tiba-tiba menusuk sudut matanya.

"Semua temanku keluar minum-minum malam ini. Mereka mengundangku, tapi aku tidak bisa ikut," kata Hermione tiba-tiba.

Draco terdiam sejenak.

"Aku minta maaf. Kita bisa menjadwal ulang," kata Draco. Hermione mencemooh.

"Baiklah. Aku akan meninggalkanmu dengan luka robek di punggungmu untuk satu hari lagi agar aku bisa pergi minum-minum. Lagipula aku tidak akan bisa minum dengan mereka. Aku mungkin akan terlibat pertengkaran hebat dengan Harry dan Ron."

Hermione menangis dan menangis selama beberapa menit. Saat Hermione menangis, Draco mengambil botol itu dari jemarinya dan mulai mengurasnya. Ketika isak tangisnya mereda menjadi sesenggukan, Draco tertawa kecil.

"Kau tahu," kata Draco datar, "jika aku harus menginterogasimu, kurasa aku akan melewatkan penyiksaan dan hukum dan hanya menuangkan sebotol wiski ke tenggorokanmu."

Manacled ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang