Dalam kehidupan, kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai kita.
Sebaik apapun, pasti akan ada yang membenci. Bahkan, jika dihitung maka presentase antara suka dan benci itu bisa saja berbanding sama.
.
.
.Bintang menghela napasnya panjang, meregangkan kedua lengannya yang terasa kaku karena fokus belajar sejak tadi. Dia sudah kembali sibuk dengan buku-buku persiapan ujian.
Memang, seharusnya dia beristirahat sejenak setelah memenangkan perlombaan beberapa waktu lalu. Bahkan, sekolah memberinya waktu jeda sebelum mengikuti pelajaran tambahan juga latihan soal-soal bersama.
Tetapi, Bintang memang bukan tipe anak yang suka bersantai.
Satu hari setelah perlombaan, saat sekolahnya masih dalam euforia merayakan kemenangan, Bintang justru sudah berkutat dengan pelajaran.
Saat hampir semua murid masih sibuk membicarakannya, dia bahkan sudah tidak peduli. Bukan tak suka, Bintang menikmati setiap kali namanya dipuji dan dielukan oleh murid di sekolah. Namun, dengan hal itu justru membuatnya terpacu untuk terus menjadi sosok idola dan panutan di sekolah melalui prestasi.
Dia tidak mau lengah. Dia harus tetap mendapatkan posisi nilai tertinggi. Namanya harus berada di urutan teratas di setiap pengumuman nilai. Karena itu dia terus belajar.
Sekali lagi, di tahun terakhirnya di SMA 17, dia harus mengukir namanya dengan tinta emas. Setelah menjabat sebagai ketua OSIS selama dua periode, menjadi juara pertama paralel sekolah, meraih kejuaraan di beberapa perlombaan, lalu kemenangan di olimpiade kemarin. Semua prestasi itu sudah didapatkannya susah payah. Dan sekarang tujuannya tinggal satu.
Mendapatkan nilai tertinggi saat ujian kelulusan.
Beberapa orang menyembutnya ambisius. Lalu beberapa yang lain memujanya penuh kekaguman.
Bintang tidak peduli. Karena apapun yang terjadi, dia harus mendapatkan semua tujuannya.
"Eh, Bintang. Lo sama anak pindahan di kelas 11 tuh, deket ya?" Tanya salah seorang temannya tiba-tiba, membuyarkan lamunannya.
"Eh? Gimana, sorry, gue ngelamun dikit tadi. Capek banget," jawabnya tersenyum.
"Santai aja, gue paham kalau lo masih capek. Lagian kenapa nggak mau ambil libur sih?"
"Udah biasa, gue nggak perlu libur. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik, 'kan?"
"Percuma lo nasehatin si Bintang. Dia pasti nggak mau kalau disuruh istirahat belajar," timpal teman Bintang yang lain.
Teman-teman Bintang ikut tertawa, sementara Bintang hanya meringis tanpa menjawab.
"Otaknya konslet kali ya, kalau diistirahatkan."
"Bisa berkarat ntar ingatannya."
Teman-temannya saling melempar godaan padanya, namun ini hanya bercanda dan Bintang memahaminya.
"Udah-udah, lo semua hobi banget ngeledekin gue," ucap Bintang, tertawa. "Lo tadi mau nanya apa ke gue?"
"Oh, sampe lupa. Itu, kayaknya lo deket sama anak pindahan di kelas 11."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing On You ✅ END
Teen FictionAra si murid pindahan yang suka sama kakak kelasnya, Bintang. Ketua Osis yang gantengnya kayak idol Kpop tapi versi lokal. Tapi, di tengah perjuangannya meraih perhatian Bintang, ada Arel. Teman masa kecil Ara yang nyebelinnya minta ampun. Arel yang...