.
.
.Jogyakarta siang itu tampak sedikit sendu, karena awan mendung yang sejak tadi menaungi tanpa berniat menurunkan hujannya. Membuat sebagian besar orang ragu-ragu untuk melakukan aktivitas di luar dengan bebas.
Ara menatap langit mendung dari jendela kelasnya, sekarang jam kosong, dan sebentar lagi jam sekolah usai.
"Kenapa, Ra?" tanya Cindy yang duduk di sampingnya.
"Hm, pengen cepet pulang tapi mendung. Arel juga nggak tahu kemana, tadi bilangnya suruh tunggu dia pulangnya."
"Oh, kayaknya dia ada persiapan lomba bulan depan sih. Soalnya kelas sebelah juga udah ada perwakilan yang ditunjuk."
"Lomba apa?"
"Ada olimpiade lagi bulan depan yang diadakan sama salah satu Universitas Negeri. Setahuku nanti ada beasiswa masuk kesana untuk pemenangnya. Kayaknya tiap kelas akan kirim perwakilan."
"Dari kelas kita diwakili Arel?"
"Iya. Ra, kamu nanti pulang sama Rere deh, misal Arelnya lama. Aku harus latihan Taekwondo juga soalnya," ucap Cindy menyesal karena tidak bisa menemani Ara.
"Iya, nanti sendirian juga nggak apa-apa. Ini hari Rabu, biasanya Rere ada les, 'kan sepulang sekolah?" tanya Ara yang mengingat jadwal bimbel Rere dan Cindy di hari-hari biasanya.
"Eh, iya juga. Terus gimana? Jangan ngojek, ya! Mama kamu nitip pesen ke aku, supaya kamu nggak ngeyel naik ojek."
Ara tertawa mendengar omelan Cindy, kenapa Mamanya sampai harus menitip pesan pada Cindy, sih?
"Atau kamu coba barengan sama Kak Bintang aja!"
"Malu, ish! Nggak mau," tolak Ara.
"Ngapain malu? Kak Bintangnya sendiri yang nawarin, 'kan? Coba kamu kirim pesan deh," bujuk CIndy.
"Apa nih? Kirim pesan ke siapa?" celetuk Rere yang baru datang, duduk di hadapan kedua sahabatnya itu.
"Ke Kak Bintang, Ara nanti pulang sendirian. Aku sama kamu ada kegiatan abis ini, 'kan?"
"Si Arel?"
"Kayaknya dipanggil untuk seleksi olimpiade lagi."
"Aku tadi liat Kak Bintang di ruang guru juga, sih. Kayaknya dia juga jadi perwakilan olimpiade," ucap Rere berbagi informasi yang diperolehnya saat kembali dari ruang guru tadi, mengantarkan tugasnya pada Pak Adrian.
"Loh, bukannya kelas XII harusnya udah nggak ikut kegiatan apa pun, ya?"
"Harusnya sih, tapi nggak tahu juga. Buktinya Kak Bintang masih diminta jadi perwakilan sekolah dan masih menjabat jadi Ketua OSIS sampai sekarang."
Ara mengangguk paham. Tidak mudah pastinya mencari pengganti siswa berbakat dan pintar seperti Bintang.
Ara jadi semakin menyukai sosok Kakak kelasnya itu.
"Malah senyum-senyum, dikirim pesan coba orangnya. Tanyain, apa bisa pulang bareng, gitu."
Menghela pasrah, Ara mengeluarkan ponselnya untuk bertanya pada Bintang. Sambil menunggu balasan dari Bintang, Ara kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela lagi. Tak sengaja dilihatnya Arel berjalan melintasi halaman sekolah dengan Nayla mengekor di sampingnya. Ara tidak bisa melihat ekspresi Arel karena cowok itu berjalan membelakanginya, tetapi Ara bisa melihat ekspresi Nayla yang tersenyum senang saat bicara pada Arel.
Katanya tidak dekat dengan siapa-siapa? - batin Ara.
Ada sedikit rasa kesal di hatinya saat melihat Arel dan Nayla. Kesal karena Arel bohong padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/350438388-288-k153214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing On You ✅ END
Ficção AdolescenteAra si murid pindahan yang suka sama kakak kelasnya, Bintang. Ketua Osis yang gantengnya kayak idol Kpop tapi versi lokal. Tapi, di tengah perjuangannya meraih perhatian Bintang, ada Arel. Teman masa kecil Ara yang nyebelinnya minta ampun. Arel yang...