[Cerita murni hanya fiksi. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata, author hanya meminjam dan memakai visual karakter untuk kepentingan cerita]
[Disclaimer : Hao x Bin]
[Slowburn, baca dengan sabar]***
"Gyuvin," Hanbin mendudukan diri tepat di depan Gyuvin yang sedang tenang menyeruput kuah makanannya. "Sudah gue bilang untuk berhenti jadiin gue perantara antara lo dan penggemar lo."
"Duh, maaf, kak, tapi gue juga bingung gimana caranya biar hal-hal kayak begini berkurang." Jawab Gyuvin, meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Makanya ngomong langsung ke mereka."
"Sudahh, gue baik lho ngomongnya, mereka masih aja bebal." Gyuvin bergerak mengambil sebungkus kotak berhiasan cantik yang dibawa Hanbin, salah satu pemberian dari penggemarnya. "Ini isinya apa? Coklat?"
Hanbin mengangguk, "Coklat Belgia."
"Widihh, buat lo aja, kak."
"Gak perlu, terima kasih. Lagi gak mau makan manis-manis."
"Lho, kenapa?"
"Malas sama lo. Lo dan penggemar lo sama-sama merepotkan." Hanbin melangkah pergi meninggalkan area kantin beserta Gyuvin yang melongo.
"No .... Kak Hanbin .... "
***
Hanbin itu pribadi yang santai. Teman-temannya dan orang-orang di sekolah mengetahui hal itu dan mengenal Hanbin sebagai sosok pria yang tenang dan cukup ramah. Tetapi berbeda ketika dia bersama Kim Gyuvin, teman sekaligus tetangganya sejak kecil. Gyuvin lebih muda darinya tetapi sekarang batas formal antara yang lebih tua dan muda tidak lagi mereka miliki.
Bersama dengan Gyuvin kapasitas kesabaran Hanbin menipis. Bocah tengil jangkung yang lebih muda terkenal jahil dan Hanbin yang selalu meladeninya membuat dinamika mereka seperti saudara kandung yang terkadang ribut terkadang saling sayang. Bagaimanapun juga, Hanbin terbiasa menjaga Gyuvin karena sejak kecil mereka jarang mempunyai waktu dengan orang tua, maklum dua-duanya anak dari pasangan workaholic.
Satu hal lain yang sudah sangat biasa bagi Hanbin ialah menjadi perantara atau mengurus Gyuvin dan para penggemarnya. Sebenarnya bukan penggemar resmi, itu hanya istilah yang Hanbin beri bagi mereka yang menyukai Gyuvin. Bocah tengil yang lebih muda itu sejak junior highschool telah menarik perhatian lelaki maupun perempuan dengan paras tampannya dan sikap yang mudah bergaul juga supel. Terlebih orang tua Gyuvin merupakan seniman dan aktor yang cukup dikenal. Maka bagi Hanbin wajar semakin banyak orang yang mengenal dan menyukai Gyuvin.
Hanbin sering sekali dititipkan hadiah ataupun pemberian dari orang-orang yang mengagumi atau menyukai Gyuvin di sekolah.
"Kak, Hanbin, anu, aku mau titip ini untuk Gyuvin boleh?" gadis manis dengan suara lembut berbicara malu padanya, menatap matanya pun tidak bisa.
Hanbin sebenarnya bingung. Gadis semanis dan selugu ini bisa naksir Gyuvin yang berisik, gak bisa diam, tengil, bandel (ini hanya Gyuvin di mata Hanbin).
"Boleh, nanti gue kasih ke Gyuvin. Tapi kenapa gak kasih langsung aja, gak bakal apa-apa, kok."
Gadis itu tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Gak kak. Aku gak berani, tadi Gyuvin sama beberapa cewek, jadinya mikir dua kali mau ngasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him | HaoBin ✔
FanfictionTidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hanbin untuk menjalin hubungan non-platonik di masa remajanya. Apalagi jika berteman dengan Gyuvin yang tebar pesona sana sini, Hanbin hanya selalu menjadi penonton kisah asmara sahabatnya yang tidak serius. ...