[Chapter 15 sudah aku upload, jangan sampai kelewat ya, maaf bgt aku juga gak tahu kenapa ketika upload chapter 15 malah gak ada notifikasinya di readers]
***
"Jadi, kami pacaran sekarang."
"PFFTTSS!" Taesan memuncratkan minuman dari mulutnya, hampir mengenai Zhang Hao jika saja Hanbin tidak menarik pacarnya menjauh.
"Jorok banget!" Protes Hanbin.
"Ya gue kaget?" Bagaimana pula Taesan tidak kaget ketika dihadapkan pada visual Hanbin dan Zhang Hao, berdiri berdampingan di hadapannya hanya dibatasi meja kantin? Bagaimana mungkin Taesan tidak kaget ketika Hanbin menggenggam tangan Zhang Hao, mengangkat tautan tangan mereka, menunjukkan sembari mengkonfirmasi hubungan resmi romansanya? Taesan melirik reaksi Gyuvin, Ricky dan Heeseung yang tampak santai. "Beneran cuma gue yang gak tahu?"
Hanbin tersenyum meringis, "Waktu itu kan gue bilang lo akan gue kasih tahu."
"Gak ketika lo udah pacaran juga kali?" Taesan masih merasa dikhianati. Pandangannya beralih pada Zhang Hao di samping Hanbin, pemuda itu sedari tadi hanya menyimak dengan seksama setiap perkataan yang Hanbin keluarkan. Tatapannya lembut dan penuh pemujaan kepada Hanbin dan Taesan ingin sekali membalikkan meja kantin di antara mereka. "Kak Zhang Hao kok mau sih sama makhluk itu?"
Hanbin melotot, bergerak melewati meja di antara mereka dan meraih telinga Taesan, "Siapa yang lo bilang 'makhluk itu' hah? Sopan sama yang lebih tua."
"Yang tuanya pengkhianat." Balas Taesan, masih merajuk.
Ini mungkin kali kedua Zhang Hao bergabung bersama teman-teman Hanbin. Mencuri lirikan pada tiap kesempatan, Hanbin memperhatikan Zhang Hao kemudian tersenyum tenang. Meskipun tidak banyak bicara, pacarnya itu dapat menempatkan dirinya dengan baik dan kelihatan nyaman. Zhang Hao tampak bijak setiap kali berbaur dengan orang-orang yang tidak begitu dekat dengannya, pemilihan kata serta tutur bahasanya seolah telah dirancang agar tidak ada kesalahpahaman ketika mengobrol. Setidaknya begitulah Zhang Hao di mata Hanbin. Dia tidak tahu apakah penilaiannya subjektif karena dia menyukai Zhang Hao, namun Hanbin tidak ingin memusingkannya.
***
"Sejak kapan lo sadar kalau lo suka kak Zhang Hao?" tanya Gyuvin.
Hanbin diam sebentar. Sekarang ia tidak bisa menjawab itu secara gamblang. Bukannya tidak tahu, Hanbin jelas memahami dirinya, namun ketika mengingat masa dimana dirinya selalu menyangkal perasaan suka pada Zhang Hao itu cukup memalukan.
"Itu ... sejak dia mulai dekatin gue. Ketika dia minta izin kemudian sejak itu perlakuannya buat gue mulai luluh dan akhirnya suka." Ini menggelitik namun sensasinya menyenangkan.
Gyuvin mengangguk. Posisinya tampak santai duduk di tepi ranjang Hanbin. Rutinitas mereka yang biasanya memang saling main ke rumah masing-masing, sekarang giliran Gyuvin datang ke rumah Hanbin dikarenakan anak itu penasaran dan ingin mendengar bagaimana cerita yang lebih tua bersama Zhang Hao.
"Well, itu artinya, rasa suka lo tumbuh ketika lo mulai terbiasa dengan kehadiran dan afeksi dari dia." Gyuvin kelihatan tertarik, Hanbin cukup heran kenapa namun mengingat ini adalah kali pertamanya, maka mungkin wajar sahabat mudanya ini antusias mendengar cerita dari sisi Hanbin. "Lo confess ke dia?"
Pandangan Hanbin beralih ke tatapan Gyuvin. Pertanyaan itu menyadarkan dirinya bahwa dia belum mengatakan perasaannya secara langsung. Itu semua adalah apa yang dilakukan pemuda Cina itu, Zhang Hao yang memulai semuanya dan Hanbin bahkan belum mengutarakan perasaannya secara lisan meskipun dia tahu Zhang Hao akan tetap paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him | HaoBin ✔
FanfictionTidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hanbin untuk menjalin hubungan non-platonik di masa remajanya. Apalagi jika berteman dengan Gyuvin yang tebar pesona sana sini, Hanbin hanya selalu menjadi penonton kisah asmara sahabatnya yang tidak serius. ...