"Sesibuk itu untuk ngasih barang ke orangnya langsung?" tanya Zhang Hao kepada Ricky.
"Aku dengar dari teman-teman kalau kak Hanbin udah biasa dititipin begitu." Jawab Ricky.
Zhang Hao mengerlingkan matanya. Tidak habis pikir dengan sepupunya ini. Jika begini terus, ia akan sama seperti Hanbin yang menjadi perantara. Walaupun ada sisi positif yang Zhang Hao dapatkan.
"Ikhlas gak bantuin aku?" Ricky sedikit merengek dengan manja, "aku tahu kamu juga senang. Ini bisa jadi alasan dan kesempatan buat kamu-"
"Iya iyaa, selagi bisa, aku bantuin."
Sebenarnya, apa yang Zhang Hao lakukan cukup keluar dari zona nyamannya, namun jika tidak dari sekarang, ia khawatir nantinya akan menyesal.
***
"Jangan nyontek, ya." Titah sang guru Fisika kepada empat murid yang remedial di hadapannya.
Hanbin, sebagai salah satu murid, tidak menyukai melakukan remedial di perpustakaan. Suasana hening membuatnya semakin gelisah.
Sebuah senggolan pelan Hanbin rasakan pada siku kirinya. Yunjin berusaha berinteraksi dengannya.
"Rumus nomor 3 apaan? Gue lupa." Bisik Yunjin.
"Yunjinnn, saya dengar kamu bisik-bisik." Perhatian Ibu Guru hanya sebentar saja karena setelah itu ada seseorang yang mendekati mereka. "Oh, sini, nak,"
Hanbin agak terkejut melihat sosok itu adalah Zhang Hao, sedang membawa berkas di tangannya.
Zhang Hao dan Ibu guru sibuk mengurus lembaran berkas. Hanbin melirik sesekali, dia penasaran sampai pandangannya bertemu milik Zhang Hao. Mereka saling bertatap selama beberapa detik kemudian senyum tipis tercipta di wajah Zhang Hao. Hanya sekedar senyum ramah yang manis, itu menjadi kali pertama Hanbin melihatnya.
"Teman satu tim kamu, kelas berapa?" tanya sang guru, menghentikan aksi saling pandang Hanbin dan Zhang Hao.
"Kelas 1, setelah ini dia akan menemui ibu, katanya sedang ada ulangan harian Kimia." Jawab Zhang Hao. "Saya boleh permisi, bu?"
"Oh, iya, silahkan. Jangan lupa ingatkan rekanmu, ya."
Sebelum Zhang Hao menghilang di balik rak buku, lelaki itu sempat melihat Hanbin lagi sambil tersenyum dan bergumam 'semangat' dari gerak bibirnya.
***
Zhang Hao
Hanbin
Sudah selesai remedialnya?You
Baru aja selesai
Gue lagi jalan ke kelas
Ada ada?Zhang Hao
Boleh ketemu sebentar?
Depan kelas lo aja gak papaYou
Oke ...Ketika sampai di depan kelasnya, Hanbin memang melihat Zhang Hao tengah berdiri sambil bersandar pada dinding.
"Hao?" teguran itu agak menyentak Zhang Hao. "Ada perlu apa?"
Zhang Hao mengeluarkan sesuatu dibalik punggungnya. Dua bungkus plastik diberikan pada Hanbin.
Seharusnya Hanbin tahu satu-satunya kepentingan Zhang Hao sejak awal dengannya ialah perihal Gyuvin. Pemuda Zhang ini menyukai Gyuvin, tentu saja Hanbin akan menjadi perantara seperti biasa.
Setidaknya, Hanbin cukup membantu. "Nanti gue kasih ke Gyuvin."
"No," Zhang Hao menggeleng cepat. "Ada dua, yang satunya ... buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him | HaoBin ✔
FanfictionTidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hanbin untuk menjalin hubungan non-platonik di masa remajanya. Apalagi jika berteman dengan Gyuvin yang tebar pesona sana sini, Hanbin hanya selalu menjadi penonton kisah asmara sahabatnya yang tidak serius. ...