13

387 33 5
                                    

[Chapter ini full tentang Zhang Hao dulu, yaa]

***

Zhang Hao bukan seseorang yang dapat dengan mudah bergaul bersama orang baru. Tetapi bukannya tidak bisa, dia hanya membatasi diri. Lahir di keluarga yang berbudaya dan penuh perencanaan, terutama dari pihak ayahnya, membuat Zhang Hao sedari kecil diperlihatkan bahwa kewajiban anak-anak sepertinya adalah belajar.

Zhang Hao bukan tidak menikmati masa kecil. Dia mempunyai waktu bermain yang cukup, kemudian ketika giliran berganti, dia juga mempunyai waktu belajar yang telah ditetapkan ayah bundanya. Tidak ada pemaksaan, selama ini, dia tidak merasakan keberatan, mungkin itu juga dikarenakan dirinya menikmati belajar.

Bagi Zhang Hao, dibilang suka belajar tidak juga. Dia hanya menikmati prosesnya. Dimana ketika dihadapkan pada hal baru, sesuatu yang tidak diketahui, kemudian mengharuskan mencari tahu jawabannya, dan ketika telah ditemukan, ada perasaan puas tersendiri.

Perihal dirinya yang hanya mempunyai sedikit teman, bukan karena dia terpaksa, namun dirinya yang membatasi. Dia asyik dengan caranya sendiri, tidak masalah jika hanya punya segelintir teman, pikirnya.

Sebenarnya dia juga menjadi lebih betah di rumah ketika masa kecil karena kepindahan Ricky ke tempatnya untuk sementara waktu. Sepupu yang sedari kecil selalu berkunjung ke rumah Zhang Hao, di saat liburan ataupun hari raya China. Mereka akrab, maka dari itu Zhang Hao berani bilang masa kecilnya dinikmati karena dia bermain bersama Ricky. Ketika Ricky kembali ke Shanghai, Zhang Hao saat itu kelas dua SMP. Dia punya dua teman di satu kelas.

Pada kelas dua SMP juga ia pertama kali berpacaran, mungkin bisa dibilang cinta monyet. Seorang lelaki dari kelas sebelah, menyatakan perasaan padanya. Anak itu lucu dan aktif. Menjadi titik dimana Zhang Hao sadar bahwa dia bisa menyukai lelaki, walaupun dia belum begitu paham, sehingga menerima ajakan anak itu untuk berpacaran. Zhang Hao juga menjadi tahu bahwa selain bermain dan belajar, anak-anak seusianya bisa dan boleh untuk merasakan ketertarikan satu sama lain. Seiring waktu, Zhang Hao mulai suka dan sejak itu dia percaya rasa suka bisa bertumbuh karena terbiasa, dan itu indah. Tetapi sayangnya, hubungan Zhang Hao berakhir ketika menjelang kelulusan. Zhang Hao diputusi dengan alasan dirinya terlalu sibuk belajar dan tidak punya waktu berdua. Zhang Hao bingung, ketika itu 'kan memang akan ujian, sepatutnya dia belajar, kan?

Zhang Hao ditertawai oleh dua temannya, namun itu akan dia jadikan pelajaran. Biarpun memang masih bocah, setidaknya dia punya pengalaman.

Tiba pada masa SMA, Zhang Hao tidak satu sekolah dengan dua temannya dari SMP, mereka berpisah. Di SMA, dengan pengetahuan barunya bahwa prestasi menentukan jenjang perguruan tinggi, Zhang Hao merasa harus lebih serius mengumpulkan banyak pencapaian akademik, tekun belajar, mengikuti lomba dan olimpiade. Temannya tidak ada yang akrab sampai dikategorikan sahabat. Zhang Hao berteman dengan orang-orang di kelasnya hanya sekadar saja, sebagai partner diskusi dan hal yang berhubungan dengan tugas sekolah.

Saat itu, setelah seharian berlatih persiapan lomba akademik bersama guru pembina, Zhang Hao berjalan keluar, menyusuri koridor. Itu adalah pertama kali dirinya melihat Sung Hanbin, dari kejauhan. Mungkin terdengar lebay, tetapi seingat Zhang Hao, ketika matanya tertuju pada wajah Hanbin, seolah ada latar bunga-bunga yang semakin memperindah lelaki itu. Zhang Hao menyukai seseorang kembali, dengan kejadian yang berbeda.

Beruntung kali pertama dia langsung mengetahui nama Hanbin karena lelaki itu dipanggil oleh seorang lelaki lain, temannya mungkin. Zhang Hao jalan melewati mereka, berusaha santai namun melirik tipis. Hanbin merespon dengan senyum paling manis. Zhang Hao menyesal karena sedari awal masuk SMA, kenapa pula dia terlalu sibuk memupuk prestasi sehingga melewatkan kesempatan mengetahui ada sosok semanis Hanbin.

Him | HaoBin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang