06

541 59 3
                                    

"Tumben lo menyerahkan diri." Celetuk Heeseung pada Hanbin. "Memangnya lo paham hal-hal terkait olimpiade?"

Hanbin ingin membantah bahwa Heeseung meremehkannya tetapi yang ia lakukan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimanapun perkataan temannya sedikit benar. "Gue cuma diajak."

"Kok bisa lo jadi dekat sama Zhang Hao?"

"Bisa aja, anaknya baik, kok."

"Mungkin gak sih kalau .... " Heeseung sengaja menggantung kalimatnya. Membuat ekspresi pura-pura terkejut. " ... kalau dia naksi-"

"Gue mau ke toilet, dahh ... " Hanbin tidak mau mendengar lanjutan kalimat temannya. Semenjak obrolan bersama Gyuvin malam sebelumnya berhasil membuat Hanbin kepikiran dan seketika merasakan merinding membayangkan jika perkataan Gyuvin menjadi kenyataan.

***

Hanbin memasuki ruangan kompetisi. Bisa dilihat pada dua podium yang berlawanan dengan masing-maaing diisi tiga siswa, salah satunya Zhang Hao, bersama dua rekannya.

Kursi penonton cukup ramai namun dapat diduga itu merupakan penonton dari perwakilan masing-masing pihak sekolah. Mata Hanbin menelusuri, mencari tempat duduk di antara siswa dari sekolahnya ketika menangkap sosok Ricky tidak jauh darinya.

Meskipun dia mulai dekat dengan Zhang Hao yang mana kerabatnya Ricky, Hanbin belum pernah bicara lama dengan selebriti berambut pirang itu selain di UKS ketika menemani Zhang Hao.

Mengambil tempat duduk tepat di samping Ricky, Hanbin hendak menyapa namun tidak keburu ketika Ricky menyadari keberadaannya.

"Hai, kak Hanbin." Sapa Ricky, tersenyum lembut. Manis sekali, pantas Gyuvin suka. "Gyuvin cerita katanya kakak juga nonton, sini duduk."

Olimpiade berjalan lancar, para peserta menjawab dengan lancar, hanya otak Hanbin yang tidak lancar mencerna soal-soal yang dapat peserta jawab dengan benar. Kali pertama dirinya menonton hal seperti ini dan kali pertama melihat Zhang Hao berpikir serius, bicara dan menjawab dengan berbobot. Dia tidak pernah mengira lelaki itu terlihat bersinar di sini. Selama dua tahun, Hanbin bahkan bisa menghitung jari berapa kali dia melihat Zhang Hao di lingkungan sekolah, namun sekarang dia paham kenapa pemuda Zhang itu menjadi kesukaan guru-guru.

Olimpiade selesai dengan hasil yang tidak mengejutkan karena tim Zhang Hao berhasil menang. Pendukung sekolah Hanbin bersorak merayakan kemenangan.

"Keren yaa." Gumam Ricky. Kemudian menoleh pada Hanbin, "menurut kakak, kak Hao keren gak?"

Hanbin menelan ludah. Dia tidak mengerti kenapa pertanyaan sederhana itu terasa cukup menekan tenggorokannya. "Iya, keren, dia cerdas."

***

Ketika acara selesai, Hanbin ragu untuk menemui Zhang Hao langsung atau cukup mengirim ucapan selamat melalui pesan karena timnya berhasil menang. Dia sempat melihat ketika peserta dari sekolahnya selebrasi kemenangan, Zhang Hao dan timnya dikelilingi guru dan mungkim beberapa pendukung yang memberi mereka selamat. Bahkan Ricky ikut ke panggung setelah sempat mengajak Hanbin namun ditolak.

Tim olimpiade sudah tidak di panggung dan Hanbin tidak tahu kemana, mungkin saja ke bagian belakang. Perasaannya sedikit lega, ini bisa menjadi alasannya tidak bertemu pria kelahiran China itu.

Hanbin tidak yakin kenapa dia memilih tidak bertemu. Bohong jika perkataan Gyuvin dan Heeseung beberapa waktu lalu tidak mempengaruhinya sama sekali. Dirinya mengutuk kedua temannya itu karena sekarang dia khawatir menjadi canggung dengan Zhang Hao. Padahal, Hanbin hanya perlu bersikap biasa saja jika faktanya salah.

Him | HaoBin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang