"Kak Hanbin sekarang demen ngerjain tugas di perpustakaan," celetuk Taesan.
Hanbin, Gyuvin dan Taesan sedang berada di perpustakaan. Sebenarnya ini ide Gyuvin yang sengaja untuk meminta tolong Hanbin mengajari mereka tugas bahasa Korea, mengingat Hanbin pernah diberikan jenis tugas yang sama ketika dulu di kelas satu. Hanya alasan agar Gyuvin bisa mencotek tugas kakak kelasnya, namun sebagai bentuk formalitas, Hanbin tidak akan memberi secara cuma-cuma. Dirinya teringat Zhang Hao yang biasanya tidak enggan ketika dimintai tolong mengajari Hanbin dan teman-temannya, maka di sinilah dia, melakukan hal yang sama seperti Zhang Hao, walaupun Gyuvin dan Taesan tetap mengeluh.
Lagipula, bukan yang bisa dibilang pintar dan pandai mengajar, hanya saja, bahasa Korea merupakan subjek mata pelajaran yang setidaknya ia kuasai cukup baik dibandingkan subjek lain. Kemampuannya standar tetapi itu hal yang bisa disyukuri, kan. Nilainya tidak sempurna, namun cukup untuk memberi arahan pada dua adik kelas merangkap sahabatnya ini. Apalagi Hanbin merupakan senior yang paling dekat dengan Gyuvin dan Taesan, wajar saja dia menjadi pilihan pertama kedua junior itu.
Gyuvin tertawa mendengar opini Taesan, "Sejak dekat sama si itu, kak Hanbin jadi rajin buat tugas di perpustakaan."
Pipi Hanbin memerah, dia hendak protes namun pernyataan Gyuvin benar. Zhang Hao memang membawa perubahan pada Hanbin, salah satunya dari sisi akademik. Hanbin hanya bisa menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, menghela napas pasrah, ingin mengomel tetapi di perpustakaan tidak boleh berisik.
"Sama si itu? maksudnya? Kak Hanbin lagi dekat sama seseorang?" tanya Taesan, dan Hanbin lupa anak yang satu ini memang belum tahu.
"Nanti lo akan tahu," jawab Hanbin. "Okee, kembali ke topik. Jadi lo berdua mau lokasi di mana?"
"Wah, gitu ya, Gyuvin tahu, tapi gue gak." Taesan mulai merajuk.
"Bakal gue kasih tahu, tapi nanti." Hanbin mendelik pada Gyuvin yang hanya cengegesan, ini jelas kesalahan anak itu.
"Lokasinya samain kayak punya lo dulu aja, kak," jawab Gyuvin. "Mana coba lihat lagi video lo."
"Eits, gak. Gak boleh sama kayak punya gue."
"Kenapa sih, gak bakal ketahuan juga, guru kita beda, dan punya lo udah setahun lalu."
"Biar punya kalian tuh ada nilai orisinalnya."
Gyuvin dan Taesan serentak menggaruk tengkuk mereka. "Bahasa lo ketinggian," ucap Gyuvin.
"By the way, Vin, lo pacaran sama Ricky, kan ya," ucap Taesan, ada jeda di sana ketika pandangannya mengarah pada pintu masuk perpustakaan. "Lo dekat juga gak sama kak Zhang Hao?"
Hanbin hampir tersedak ludahnya sendiri. Kenapa Taesan tiba-tiba membicarakan pemuda kelahiran Cina itu?
"Gak juga, kenapa?" jawab Gyuvin.
"Yah ... kak Zhang Hao kan yang jagain Ricky sejak pindah ke sini."
"Sekarang gue yang jagain Ricky."
"Huek."
"Kenapa tiba-tiba ngomongin Hao?" tanya Hanbin. Suaranya tanpa disadari lebih berat.
Gyuvin tampak heran namun ada senyum meledek di wajahnya. Sementara Taesan hanya menggerakkan kepalanya ke arah pintu masuk. "Tuh, ada orangnya."
Hanbin dan Gyuvin menoleh, mengikuti arah pandang Taesan. Benar saja, di bagian sebelum pintu perpustakaan, berdiri Zhang Hao dengan seorang lelaki agak lebih pendek, mereka berhadapan dengan meja tempat petugas perpustakaan menetap, berbincang-bincang.
"Sekarang dia sama juara umum kelas dua," kata Taesan. "Orang pintar pasti sirkelnya sama yang pintar juga ya, dikelilingi sesama jenis mereka."
"Sebenarnya dari sudut pandang kita sebagai orang luar, kak Zhang Hao gak pernah kelihatan benar-benar akrab sama temannya gak sih? mungkin karena dia memang pendiam dan dia mengenal teman atau rekannya dari kegiatan lomba atau olimpiade, pokoknya seputar akademik." Balas Gyuvin. "Gimana menurut kak Hanbin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Him | HaoBin ✔
FanfictionTidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hanbin untuk menjalin hubungan non-platonik di masa remajanya. Apalagi jika berteman dengan Gyuvin yang tebar pesona sana sini, Hanbin hanya selalu menjadi penonton kisah asmara sahabatnya yang tidak serius. ...