[1.7k words. So sorry karena ini panjang TT, bacanya di waktu luang dan santai aja yaa ... ]
***
"Coba kalau ngomong sambil lihat gue di sini."
Mereka masih berada di tempat dan posisi yang sama. Hanbin merasa seolah ada di dimensi lain, seolah hanya mereka berdua entitas di ruangan ini.
Menuruti perkataan Zhang Hao, Hanbin memgangkat kepalanya. Pandangannya bertemu milik Zhang Hao yang penuh pengertian.
"Hanbin ... " Zhang Hao kembali tersenyum, tipis namun begitu manis membuat hati Hanbin meringis. "Kalau ditanya adakah alasan buat gue suka sama lo ... gue gak bisa menjawab dengan jelas."
Telinga pemuda Zhang itu kembali memerah, berusaha sebisanya untuk mengutarakan secara tenang agar tidak ada kesalahpahaman.
"Menurut gue, setiap orang mempunyai alasan untuk menyukai seseorang yang ia pilih di hatinya." Zhang Hao bergerak maju, perlahan namun langkah demi langkah. "Itu sudah menjadi sifat alami manusia, untuk diinginkan dan menginginkan, untuk memiliki."
"Ketika peduli pada seseorang, kita pasti ingin membuat mereka merasa istimewa." Zhang Hao kini berada tepat di hadapan Hanbin, hanya berjarak beberapa senti antara wajah mereka. "Lo manis, baik dan ramah, itu bisa menjadi alasan gue suka sama lo, dan itu tiba-tiba," ada jeda ketika Zhang Hao mengalihkan pandangan menjadi ke arah buku-buku pada rak di sampingnya. "tetapi itu dulu."
Jantung Hanbin semakin berdetak kencang. Tangannya basah memikirkan segala perasaan yang telah Zhang Hao simpan untuknya selama ini.
"Hanbin, rasa suka tanpa alasan itu ada. Seseorang hanya ingin kebahagiaan untuk orang yang disukainya. Seseorang tidak mengharapkan balasan apapun. Dan sekarang gue pengen rasa suka gue ke lo menjadi tanpa alasan. Gue meminta waktu untuk mengenal lo, gue meminta izin untuk mendekati lo, namun jika pada akhirnya lo bukan buat gue ... itu gak apa-apa." Tangan Zhang Hao mengambil salah satu buku pelajaran bahasa Inggris. "Gue menginginkan lo, tapi jika itu bisa membuat lo senang ketika sama gue. Selama lo gak minta gue untuk berhenti, gue akan terus bergerak menuju lo. Apapun keputusan lo di akhir jalan kita, jika itu yang terbaik dan buat lo bahagia, gue akan selalu menerimanya."
Buku bahasa Inggris itu Zhang Hao berikan pada genggaman Hanbin sembari matanya yang menatap lurus. "Jadi, Hanbin, lo jangan khawatir tentang gue. Lo boleh menikmati bagaimana gue berusaha membuat lo merasa istimewa. Bukankah gue bilang untuk menjalani ini pelan-pelan?"
Tangan Zhang Hao masih menggenggam Hanbin, bersama dengan buku bahasa Inggris di tautan yang menghubungkan mereka.
Hanbin merasa Zhang Hao telah memeluk seluruh hatinya, perasaan hangat yang ia nikmati detik ini membuat emosinya menjadi lemah. Hanbin bukanlah manusia terkuat setelah mendengar pengungkapan perasaan Zhang Hao yang luar biasa itu.
"Tapi gue gak istimewa," ucap Hanbin. Matanya turun, menatap pada tangan Zhang Hao yang masih nyaman memegang miliknya.
"Gue suka sama lo."
"Gue gak pintar."
"Gue suka sama lo, Hanbin."
"Gue ... gak pernah menyukai seseorang sebelumnya."
"Gue tetap suka sama lo."
Hanbin tidak mampu berkata lagi. Semua pikiran jelek yang dari semalam memenuhi kepalanya kini sirna bagai debu yang ditiup angin. Zhang Hao ada di sini membuang energi negatif itu.
"Semua yang ada di kepala lo, gue harap yang baik-baik aja." Tindakan terakhir yang dilakukan Zhang Hao ialah mengusap kepala Hanbin, mengelus rambutnya sebelum melepaskan pegangan tangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him | HaoBin ✔
FanfictionTidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hanbin untuk menjalin hubungan non-platonik di masa remajanya. Apalagi jika berteman dengan Gyuvin yang tebar pesona sana sini, Hanbin hanya selalu menjadi penonton kisah asmara sahabatnya yang tidak serius. ...