The little start

7 0 0
                                    



.
.
.
____________

Foto sampul oleh:
IG: indahlwr

Foto ilustrasi oleh:
IG:

Sumber cerita:
Inspirasi dari kawan dan google

----------
.
.


.
.
.

Angkutan kota berhenti di depan perumahan bintang. Kedua anak remaja itu turun lalu berjalan masuk. Melewati beberapa rumah yang seragam. Sampai di depan rumahnya Ilona, mereka berdia disambut oleh kedua orang tua Nara. Juga adik kecil Nara yang baru berusia 2 tahun. Turun dari pelukan ibunya untuk merayap ke arah kakak-kakanya itu. Teras rumah.

"Haiiiiii Yoosss," teriak Ilona memeluk adik Nara.

Adik Nara yang belum kuat berjalan itu pun didukung olehnya. Nara melihat cankir dan teko teh di atas meja teras.

Mendekat lalu bertanya, "Papa mama sendiri?"

"Nara, orangtuanya Ilona lagi pergi sapu jalan," jawab Ibunya.

Kedua orangtuanya itu berdiri. Ayahnya berjalan ke arah Ilona lalu menggendong Yos kecil darinya. Sepertinya mereka akan pulang.

"Mamah, mamah mau pulang sekarang Mah?"

"Iya sayang. Ayo."

"Mah, Nara menginap di sini ya. Please."

Bapaknya pun mengiyakan, "Yana. Kalau anak kita mau menginap. Gapapa. Sesekali kan. Nanti sekolah besok dari sini saja."

"Yey! Makasih paaa!" teriak Nara berlari ke arah Bapaknya.

Mereka berpelukan. Ilona yang ada di sampingnya pun ikut senang. Karna temannya akan menginap malan ini di rumahnya. Berdiri di pekarangan, melambaikan tangan ke Bapak dan Ibu Nara. Mobil pun berlalu dari perumahan bintang.

"Hei, mau liat koleksi bonekaku?" tanya Ilona.

Nara memutar bola matanya, "Ada yang baru?"

"Ada donggg, ayook!"

Ilona menarik Nara ke dalam. Membuka lemari full dengan boneka. Semuanya berpinggul kecil dan berambut lurus. Ada yang pirang dan ada yang hitam.

"Wah, ini yang baru ya?" tanya Nara berpura-pura tertarik.

"Kamu gak suka?"

"Kita mungkin beda hobi Lona."

"Kamu lebih suka buku sama novel ya?"

"Iya dong. Kalau punya imajinasi, buku sangat menyenangkan."

"Nehhhh, eh kamu tahu? Aku dichat sama cowookk."

"Siapa!? Mana aku liat?"

"Gak mauuu, haha."

Nara berusahan meraih hpnya Ilona. Ilona berusaha mempersulitnya. Tapi kemudian mengalah. Nara membaca chat-chat itu.

"Jangan chat dia lagi deh Lona."

Mendengar itu, Ilona tertwa, "Haha, kamu cemburu?"

"Memang ada tulisan kalau sahabat baik akan menyukai cowok yang sama. Tapi ini aku suka dia ini Lona. Menurut aku, dia aneh deh."

"Aneh? Dia ganteng lho."

"Buat apa coba dia chat gak jelas begini?"

"Hehe," Ilona tertawa kecil.

Nara mengangkat satu alis, "Kamu berharap?"

Ilona tidak menjawab. Dia berpura-pura sibuk mendandani boneka barunya. Nara menggeleng kepala. Nara pikir, temannya ini perlu dinasehati.

"Lona. Dengar. Pacaran masa remaja itu tidak benar."

"Maksudnya Nara?"

"Apa yang mau dilakuin di masa remaja? Pura-pura udah menikah?"

"Ya kan cuman main-main."

"Jangan tenggelam dalam halu itu Lona."

"Aku juga dibilang begini sama ibu konselor. Katanya orang yang sudah ditolak komunitas sebelumnya akan suka pacaran demi pengakuan. Kamu benar Nara."

"Yaaa, jangan down dong. Aku cuman ingatin."

"Makasih ya Nara."

"Iya Lona. Eh, kita masak-masak yuk!"

"Ayok."

Mereka berdua langsung ke dapur. Nara mengambil bahan dan perkakas masak. Lona menyalakan kompor. Nara mulai memotong-motong kentang memanjang. Lona bersiap dengan air garam. Rendam lalu cuci sebentar. Nara menuangkan minyak ke dalam kuali. Goreng-gorengan pun dimulai.

"Ademu udah besar ya?"

"Iya dong Lona. Kamu gak minta ade?"

"Ah, papa mamaku bilang satu aja."

Nara tersenyum mengangguk.

"Eh Nara, kalau kamu sudah menikah. Mau anak berapa?"

"Aku gak tahu juga Lona. Mama bilang, punya anak itu bukan soal pengen. Tapi soal sanggup tanggungjawab. Misalnya, kalau gaji gede dan jago asuh anak. Punya anak banyak itu tidak apa-apa."

"Mamamu ajarin?"

"Iya, mamamu tidak?"

"Mama papaku kan sibuk Nara. Dari pagi sampe malam di luar,"

"Senin sampe minggu?"

"Iya."

"Tapi gajinya?"

"Gede dong Nara. Kan seharian full."

"Syukurlah. Aku senang lho. Pas baru tahu kalau kamu datang. Satu keluarga lagi. Gak nyangka aja."

"Iya Nara. Kami diperlakukan buruk di tempat kami dulu."

"Semoga mereka sadar ya."

"Siapa?"

"Orang-orang jahat itu."

"Menurutku tidak tuh. Mereka bakal cari orang lain yang lemah buat dimusuhi."

"Sakit tuh mereka."

"Eh, awas hangus," kata Lona lalu langsung menyiapkan wadah bertissue.

"Bentar."

Nara mulai mengangkat kentang dengan tirisan. Lalu menumpahkannya ke wadah. Huft, kemudian ronde dua dimulai. Dua tangan potongan kentang dituangkan di atas minyak panas. Lalu cerita kembali berlanjut.

"Kamu kok gak ajak ade kamu juga, nginap."

"Ah, bintang kecilku itu gak mau jauh sama mamanya."

"Tapi dia suka main sama aku lho."

"Lona, dia suka main bukan berarti dia tidak butuh ASI."

"Oh iya. Hahaha."

Nara goyang-goyang kepala. Dia kemudian membalik-balikan kentang-kentang itu. Ilona mememindahkan kentang dari wadah tissue ke wadah toples. Memasukan dua sendok teh bumbu penyedap rasa. Lalu mulai menggoyang-goyangkannya sampai merata.

Melihat itu, Nara berkata, "Kayaknya kita bisa ikut master-cheft deh."

"Hahaha! Harus jadi Qata dulu."

"Apaan tuh Lona?"

"Kamu gak tahu Nara? Itu lho. Blasteran Negara Swetarohita sama Qapi."

"Ohhhh. Cepat udah matang nih."

Ilona langsung bersiap dengan wadah tissue tadi. Lalu Nara menumpahkan kentang goreng itu ke atasnya. Siap untuk ronde tiga. Kembali menumpahkan dua tangan potongan kentang goreng. Lona menyiapkan bumbu kering. Demi cemilan kecil.

Shine Like SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang