.
.
.
____________Foto sampul oleh:
IG: indahlwrFoto ilustrasi oleh:
IG:Sumber cerita:
Inspirasi dari kawan dan google----------
.
.
.
.
."Selamat siang anak-anak," sapa Ibu Guru pada kelas 7.
Serentak semua anak berdiri lalu memberi salam,
"SELAMAT PAGI IBU NITA."
"Baik, duduk."
Anak-anak duduk. Mereka lalu membuka buku catatan dan buku cetak kurikulum 2013. Lalu menunggu Instruksi selanjutnya dari guru mereka.
"Anak-anak, hari ini kita hanya akan bahas mengenai sistem reproduksi."
"Yeahhh!" teriak murid-murid cowok.
Sementara murid-murid cewek gelisah dan sedikit risih. Ibu Nita mulai menulis judul besar di papan tulis sambil melafalkannya, "KESEHATAN REPRODUKSI."
Murid-murid mulai mencatat.
Ibu lanjut menjelaskan, "Kita mulai dari paham ini. Bahwa kita cinta pada diri kita. Siapa di sini yang cinta pada dirinya, angkat tangan."
Hasilnya, semua murid mengangkat tangan.
"Jika kalian cinta. Maka akan kalian kenali."
Jeda sebentar.
Ibu Nita menunjuk dua anak, "Misalnya jika Michele suka sama Ian."
"CIEEEEE," satu kelas berteriak heboh.
"SSSTTT, jika Michele suka sama Ian. Maka Michele akan berusaha mengenali Ian. Nonton Ian main basket misalnya. Nah, sama kayak cinta kalian pada diri sendiri. Selain kalian mengenali kepribadian. Di biologi, kalian mengenali badan kalian."
Ibu mulai menjelaskan dengan peragaan imajinasi, "Pertama ialah perawatan. Khusus laki-laki, bersihkan sampai ke kulup-kulupnya. Untuk yang tidak sunat. Karna biasanya kotoran tersimpan di sana. Kalau perempuan. Setiap kali pipis, harus basuh dengan air. Jangan pakai sabut ya, Cowok dan cewek, bersihkan dengan sabun khusus atau pakai air hangat saja. Sabun biasa tidak cocok untuk area sensitif kita."
Ibu menulis satu kata di depan lalu melafalkannya, "MASTURBASI."
Lalu dia bertanya, "Apakah ini boleh?"
Suasana menjadi kacau. Saling lihat sana sini. Bahkan ada yang merasa risih. Ibu pun mengambil alih.
"Tenang. Ini memang tabu. Tapi perlu dibahas. Kenapa? Karna perlu kalian ketahui, ada banyak akun sesat di youtube. Malah mengajarkan perempuan cara untuk masturbasi. Akibatnya buruk sekali."
Seorang anak mengangkat tangan. Ibu Nita pun mengangguk.
"Bu! Kan masturbasi tidak menyakiti orang lain. Tidak merugikan orang lain."
"Oh, maksud kamu Nak, masturbasi itu tidak seperti koruptor ya?"
"Iya bu!" teriaknya pasti.
"Hubungan suka sama suka juga pakai alasan ini. Tapi standar kita bukanlah tentang tidak merugikan siapa-siapa. Standar kita ialah Taurat. Aktif secara seksual sejak di luar pernikahan akan berdampak buruk pada kesehatan mental. Rasa berdosa dan tidak berharga akan menghantui seumur hidup."
Anak lain mengangkat tangan, "Bu, memangnya seks bisa tidak aktif bu?"
"Kayak hp ya?" tanggap Ibu Nita membuat semua tertawa. Ibu Guru itu lanjut menjelaskan kalau, "Seks di luar nikah itu dosa. Perlu diketahui. Seks itu seperti tombol. Akan diaktifkan dengan coba pertama. Karna rasa enak. Maka tubuh secara otomatis, sadar atau tidak. Akan meminta terus, rasa yang sama. Tapi jika tidak diaktifkan. Maka tubuh tidak akan meminta. Jadi jangan diaktifkan sebelum menikah. Aktifkan kalau sudah menikah. Ada pertanyaan?"
Murid pertama kembali mengangkat tangan, "Bu, aktifkan itu bagaimana Bu?"
"Misalnya dengan menonton film dewasa, kontak dengan lawan jenis tapi berlebihan. Jika ada yang bertanya, apakah bisa hidup tanpa melakukan hubungan seks? Jawabannya bisa sekali. Karna sel telur cewek akan berganti setiap bulan. Sperma cowok juga demikian di peristiwa mimpi basah. Ada pertanyaan lagi?"
Semua hening seketika.
"Bagi anak-anak yang sudah terlanjur kecanduan. Ayo konseling untuk stop."
Murid pertama yang bertanya itu lagi-lagi mengangkat tangan, "Bu, memangnya bisa dinonaktifkan bu?'
"Di konseling, ada bimbingannya."
"Ada pertanyaan lagi?"
Tidak ada yang mengangkat tangan. Akhirnya dia lanjut pada penyakit menular seksual. Sementara Nara teringat akan ajaran Ibunya. Ilona sendiri merasa risih karena teringat kejadian-kejadian di sekolah lamanya.
"Pstt, Lona," panggil Nara pada temannya itu.
"Yahh?" jawab Ilona setengah berbisik.
"Aku gak suka bahas ini," ungkap Nara.
"Aku jugaaaa."
Hal itu didengar oleh Ibu Nita. Ibu Nita pun berjalan ke bangku tengah. Melihat dua muridnya yang tadi saling berbisik.
"Ada apa Nak?'
Nara langsung menjawab, "Saya merasa risih Bu. Saya tidak suka bahas ini."
"Alasannya?" tanya Ibu lagi.
"Ada anak-anak laki Bu."
Ibu Nara berjalan ke depan. Dia kembali menjelaskan, "Anak-anak. Kita membahas ini bukan dengan tujuan tidak baik. Kita bahas ini dengan tujuan akademis. Kita sebagai pembelajar. Jika topik ini terus dihindari, maka kesalahan yang sama akan terus diulangi. Lalu pakai alasan apa? Karna sekolah tidak ajar? Sekolah sudah ajar ini sekarang."
Kali ini Nara mengangkat tangan, "Bu, maksudnya risih karna ada laki-laki Bu."
"Baik Nara. Menurut Ibu, ini tidak masalah dibicarakan dengan laki-laki. Pemisahan antara laki-laki dan perempuan itu hanya boleh dilakukan pada edukasi masa menstruasi pada perempuan saja. Ada pertanyaan lagi Nak"
"Sudah Ibu, pas."
Kelas masih berlanjut. Sementara Nara dan Ilona masih merasa tidak enakan. Topik kali memang tidak berat untuk dipahami. Tapi malu untuk dibawa dimuka umum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shine Like Sky
Fiksi RemajaMasa remaja seorang gadis cantik. Problema nyata mendewasakannya.