.
.
.
____________Foto sampul oleh:
IG: indahlwrFoto ilustrasi oleh:
Canva: PribadiSumber cerita:
Inspirasi dari kawan dan google----------
.
.
.
.
.Pengulangan untuk materi perubahan masa remaja dan relasi dengan lawan jenis terus dilakukan. Semakin membentuk anak itu menjadi semakin siap menyambut masa peralihan. Sabtu sore, 10 Desember 2011, kasus maki-makian di status facebook meningkat. Sekolahnya aman, tapi sekolah lain menghadapi gelombang trend ini dengan kewalahan. Sampai-sampai surat peringatan sekolah seolah-olah tidak membuat jera.
Mendengar perkara itu. Ibu dari anak bernama Nara kembali mendatangi kamar anaknya. Mendengar ketukan, Nara pun menjawab panggilan.
"Ya Mah?"
"Boleh mama masuk sayang?"
"Masuk mama."
Ibunya melihat anaknya tengah membaca buku sekolah. Ibunya naik ke kasur lalu berbaring di samping anaknya. Membelai rambut anaknya. Dibalas juga pelukan.
"Nara masih main facebook?" tanya Ibunya di sela-sela pelukan.
Anaknya menjawab, "Sudah jarang main Mah."
"Nara tahu gak? Sekarang ada banyak anak-anak di sekolah lain. Nakal ya. Dikeluarkan karna status saling maki di media sosial."
Nara menggeleng.
"Nah, ada tuh. Mama denger dari teman-teman. Makanya. Mama mau minta Nara buat hati-hati. Jangan bikin status sembarangan. Nara tahu kenapa?"
"Karna kita orang beragama."
"Benar sayang. Umnn," Ibu itu mengecup pipi gemas anaknya.
Anak itu teringat sesuatu. Foto seksi yang dia lihat di facebook mendapat banyak pujian dan like. Itu membuat dia bertanya.
"Ma, kenapa foto seksi lebih banyak likenya?"
"Seksi?"
"Iya Mah. Seksi lho. Keliatan paha, ketiak."
"Sayang. Seperti yang sudah mama jelaskan. Saat laki-laki masuk tahap remaja dan dewasa. Matanya, hidungnya, semua itu suka sama hal-hal dari lawan jenis. Nah, mereka masuk ke media sosial. Mereka dapat yang begini. Jadi mereka senang. Tapi ini salah ya sayang. Harusnya bagian-bagian tubuh tertentu milik perempuan, hanya boleh dilihat oleh suaminya."
"Kalau sudah menikah ya Mah?"
"Iya."
"Trus kenapa mereka mau pamerin foto paha di internet?"
"Nah, ini sayang. Kita sebagai perempuan, suka diperhatikan."
"Berarti ini tidak apa-apa?"
"Salah sayang. Perhatian yang dikumpulkan ini salah. Karna harusnya hanya siapa? Coba. Hanya siapa yang boleh perhatikan?"
"Suaminya."
"Pinter sayang. Cuman, mereka ini senang karna dapat perhatian lebih. Bukan dari satu cowok. Tapi banyak. Sama kayak cerita dewasa dan narkoba. Perhatian ini bikin candu. Gak bisa stop."
"Gak bisa stop mama?"
"Iya sayang. Gak bisa. Baru lewat sejam. Udah cek lagi. Jumlah likenya berapa. Jumlah komentar. Pesan yang masuk buat muji. Sama rasanya seperti berhenti narkoba, rokok, pacaran, atau cerita dewasa."
Anak itu terdiam.
Itu membuat Ibunya bertanya, "Nara ingin diperhatikan juga?"
"Diperhatikan? Maksudnyam ah?"
"Ingin terkenal."
"Iya sih Mah. Kayak enak jadi artis Mah."
"Boleh, tapi jalur terhormat."
"Jalur terhormat itu apa Mah?"
"Jalur prestasi. Misal, nilai Nara bagus. Nara lancar berbahasa Aslan. Atau Nara jadi ketua osis yang baik. Jadi murid teladan. Ini jalur terhormat."
"Di SD gak ada Osis mah."
"Iyah sayang. Mama bilang ini supaya Nara kalau masuk SMP itu tidak bingung lagi. Karir kita itu dimulai pas SMP."
"Karir?"
"Iya. Orang mulai kenal kita pas SMP. Nara mau dikenal sebagai apa? Siswi teladankah? Berprestasikah? Punya ahlak baikkah?"
"Kalau terkenal jalur prestasi, bagaimana mah?"
"Orang-orang akan hargai."
"Begitu ya Mah?"
"Iya sayang."
"Mah."
"Ya sayang?"
"Nara takut dewasa."
"Kenapa sayang?"
"Tidak tahu Mah. Nara takut."
Nara memeluk Ibynya semakin erat. Ibunya mengusap-usap belakangnya pelan. Pelukan Nara mulai melonggar. Anak itu kembali bertanya pada Ibunya.
"Kalau mama SMP dulu bagaimana?"
"Oh, mama udah diajarin juga. Sama opa dan omanya Nara. Tenang saja. SMP masih lama. Kalau soal datang bulan. Nara sudah selalu siap. Sudah ada tas kecil kan? Tidak usah takut. Nara tahu cara atasi, selesai."
"Mama."
"Ya sayang?"
"Kalau Nara bikin masalah kayak anak-anak lain. Bagaimana?"
"Mama akan marah dan kasih hukuman."
"Terimakasih mama. Nara sayang mama."
Mendengar itu, ibunya meneteskan air mata. Terharu dan sedih. Melihat anak kecilnya sudah semakin dewasa. Banyak hal perlu dipelajarinya sejak kecil. Dia memeluknya. Perlahan anak perempuannya bergerak melepas.
"Ada apa sayang?"
"Ma, Nara mau tanya lagi," ujarnya sambil menatap wajah Ibunya.
"Tanya apa Nara?"
"Ada teman Nara yang digangguin. Tapi gurunya gak bantu."
"Bully ya?"
"Iya Mah. Dia dibully. Karna pendiam."
"Orangtuanya tahu?"
"Dia tidak kasih tahu mah. Dia takut. Katanya diancam."
"Teman satu sekolah?"
"Bukan Mah. Teman facebook."
"Oke, Nara istirahat ya. Nanti mama cek."
"Mama mau bantu?"
"Anak-anak kecil perlu perlindungan sayang. Mama akan bantu."
"Terimakasih Mah."
"Iya sayag. Istirahatlah."
Mamanya keluar. Seperti biasa. Memandang sejenak anaknya yang akan tertidur. Mamanya pergi lalu melihat facebook anaknya. Isi chat tentang curhatan anak yang dirundung. Ibunya mulai menyelidiki kasus itu. Kemudian membicarakannya dengan suaminya. Singkatnya, ibu baik itu memutuskan untuk membantu anak yang menjadi korban. Memindahkan anak perempuan yang dirundung itu ke sekolah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine Like Sky
Roman pour AdolescentsMasa remaja seorang gadis cantik. Problema nyata mendewasakannya.