Worry for waiting

4 0 0
                                    

.
.
.
____________

Foto sampul oleh:
IG: indahlwr

Foto ilustrasi oleh:
IG:

Sumber cerita:
Inspirasi dari kawan dan google

----------
.

.
.
.
.

"Pakai ini Lona. Mamaku yang ajarin," ujar Nara pada temannya itu.

"Darah Naraaa," ujar Ilona panik melihat roknya.

Di kamar mandi sekolah SMP Rajawali. Dua remaja SMP tengah mengatasi panik. Darah masih menetes mengenai rok anak bernama Lona itu. Nara membuka tas kecilnya. Mengambil dalaman cadangan. Lalu memberikannya pada Lona. Terpaksa, mengabaikan rasa malu. Lona berganti. Menyisipkan pembalut dengan wana cerah untuk siang hari. Nara lalu mengeluarkan parfum.

Pressstt, pressssttt.

Beberapa semprot lalu selesai. Siswi bernama Lona itu terlihat shock.

"Mau ke UKS?"

"Iya nih Nara. Aku pusing."

"Oke, ayo aku antarin," ucap Nara lalu membopong temannya ke UKS.

Sebelumnya dia membuka jaketnya lalu melingkari jaket itu di pinggang temannya. Perlahan mereka berjalan menuju UKS. Beberapa guru melihat, langsung ikut membantu. Setapak demi tapak, lalu.

"Aw," sungut temannya itu.

"Sakit?" tanya Nara khawatir.

"Nyeri di sini," tunjuk temannya bagian perut.

Terus lanjut pelan dengan dibantu beberapa guru. Sesampainya di UKS. Nara diminta untuk kembali ke kelas. Tapi dia tidak mau. Jadi hanya menunggu di luar sambil khawatir. Tapi akhirnya beberapa guru masuk ke dalam UKS. Menggendongnya keluar. Nara heran. Tepat saat itu Ibu Nita keluar paling akhir. Langsung Nara menahan tangan Ibu Nita.

"Bu, Lona kenapa Bu?"

"Nara balik ke kelas. HB Ilona rendah. Darah Ilona rendah."

"Lalu mau dibawa ke mana Bu?"

"Ke puskesmas untuk transfuse darah."

Mendengar itu, Nara menjadi panik. Siswi berseragam SMP itu pun kembali memohon pada gurunya.

"Bu, ijinkan saya ikut Bu."

"Jangan Nak. Kamu kembali ke kelas. Orang tua Ilona sudah dipanggil."

Nara tetap tidak mau. Tapi pada akhirnya dia hanya bisa melihat mobil membawa temannya pergi. Dia kembali ke kelas. Mengikuti pelajaran sisa dengan rasa cemas. Sepulang sekolah, Bapaknya menunggu dia di depan sekolah.

"Naraaa, siniii," panggil Bapaknya.

"Kok papa jemput?"

"Katanya temanmu sakit. Jadi kalian tidak pulang naik angkot kan? Papa datang jemput biar Nara tidak pulang sendiri."

"Papa, kita ke puskesmas yuk."

"Oke, ayo naik."

Anak itu naik di boncengan belakang ayahnya. Mereka langsung menuju ke puskesmas. Sampai di depan puskesmas. Nara turun lalu berlari masuk dengan langkah kecil. Bapaknya masih memarkirkan motor terlebih dahulu. Lalu ke pintu depan.

Suster yang mengenal Bapaknya pun menyapa, "Lho Pak Sudar?"

"Hei! Sus, lihat anak saya tadi masuk?"

"Oh, Pak. Katanya cari temannya. Cuma gak bilang nama."

"Wah, dia panik Sus. Jadi langsung terobos saja."

"Pak Sudar masih jualan di pasar?"

"Iya masih nih Sus."

"Sesekali saya kunjungi ya. Haha. Oh ya, siapa nama temannya Pak?"

"Nama temannya itu Ilona kalau gak salah."

"Ohhh, Ilona Nesta Pak? Sudah dirujuk ke RS."

"Waduh, RS mana Sus?"

"RS Rajawali."

"Makasih ya, Sus."

Suster tersenyum. Tiba-tiba Nara muncul dari belakang. Dengan panik bercampur khawatir. Nara menatap Bapaknya dalam-dalam.

"Papa, Lona gak ada!"

"Iya. Papa tahu. Lona udah di RS. Ayo kita pergi."

"Siapa yang bilang Papa?"

Suster pun menyapanya, "Nara, hai. Sudah besar ya."

"Haii susterr," Nara langsung memeluk Suster itu.

"Sudah, pergi jengung temanmu ya."

Nara mengangguk. Mereka langsung tancap gas dengan motor ke rumah sakit. Sesampainya di sana. Ayahnya langsung menahan Nara.

"Nara, tunggu. Kita sama-sama masuk. Rumah sakit ini besar."

Nara berhenti. Siswi SMP kelas 1 itu mengerti, kalau Bapaknya takut dia tersesat. Setelah Bapaknya parkir. Mereka berdua masuk ke dalam. Bertanya di bagian administrasi ruangan perempuan.

"Bu, boleh kami tanya. Pasien nama Ilona Nesta ruangannya di mana?"

"Sebentar ya Pak," jawab petugas rumah sakit itu.

Beberapa saat mencocokan nama. Petugas itu bertanya, "Dengan Bapak siapa?"

"Bapak Sudarsono."

"Oh, ya. Bapak wali ya. Ini belum jam besuk Pak. Tunggu setengah jam lagi ya. Kalau sudah pas jam. Bapak menuju ke dalam. Ruangan nomor 5. Di deretan kanan."

Bapak itu mengulang, "Ruangan nomor 5, deretan kanan. Oke."

Ibu petugas itu tersenyum lalu lanjut mengerjakan berkas-berkasnnya. Nara dan Bapaknya pun menuju ruang tunggu. Sampai waktu besuk dulu baru boleh masuk. Bapak itu melihat anaknya khawatir.

"Nara?"

"Ya pa?"

"Jangan khawatir. Ada dokter sama perawat di sin ikan hebat-hebat."

"Nara tahu Pa. Ini rumah sakit terbaik. Tapi Nara jadi takut."

"Takut kenapa?"

Anaknya menoleh ke arah ayahnya, "Kalau Nara datang bulan. Nara jadi kayak gitu nanti Pa. Nara takut."

"Sstt," ayahnya menenangkan anaknya dengan memeluk ke samping. Pelukan posisi duduk itu dengan bisikan, "Tenang ya anakku. Ada papa sayang."

Tak lama setelah itu. Ibunya juga sampai.

"Pah!" panggil Ibu itu ke suaminya.

Mereka saling melambaikan tangan. Ibu itu masuk ke ruang tunggu. Duduk di samping Nara, anaknya. Dia melihat jam lalu mengerti kalau belum jam besuk. Ikut merangkul Nara bersama suaminya. Sampai jam besuk tiba.

Shine Like SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang