RS.14 Rumah Amara

2.5K 165 5
                                    

"Please, kiss me more, more, more and more. So I can know how much you love."

*****

"Akhirnya udah di rumah."

Aku melihat Amara yang berlari kecil ke dalam rumahnya lalu duduk di sofa, sebelum Amara melirik ke arahku, terlebih dahulu aku tersenyum kecil melihatnya.

"Sini duduk." Lanjutnya.

Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya, aku duduk disampingnya sekarang.

"Aku laper tahu, kakak laper apa nggak?"

"Nggak." Jawabku singkat.

Demikian bersamaan dengan aku menjawab tidak, perutku keroncongan. Segera aku tutupi menggunakan kedua tanganku.

"Bohong banget, itu laper. Aku ke dapur dulu ya buatin sesuatu."

"Udah malam, tidur aja gih."

"Nggak bisa."

"Tidur."

"Sekali ini aja, ucapan terima kasih deh karena kakak udah antar aku pulang."

Aku memutarkan bola mataku tidak ingin melihatnya tersenyum manis kepadaku.

"Terserah lo!"

"Okeee!"

Ia berlari ke dapur untuk entahlah, aku juga tidak ingin tahu apa itu. Aku merogoh tasku mengambil ponsel yang aku simpan di tas kecilku.

Ketika melihat baterainya, aku lupa bahwa ponselku sudah kehabisan baterai saat di bar tadi dan aku lupa sampai sekarang tidak mengisi daya untuk ponselku.

Dengan terpaksa aku kembalikan ponselku ke dalam tas, beberapa menit berlalu aku sangat bosan tidak melakukan apapun dan hanya duduk melihat sekeliling.

Amara juga tidak kunjung datang.

Aku yang penasaran kini berdiri dan berjalan menuju dapur untuk mengintipnya yang sedang sibuk memasak sesuatu untukku dan dirinya.

Bisa dilihat ia sedang memotong sesuatu yang aku tidak tahu itu apa menggunakan alas. Aku lihat tubuhnya dari atas hingga bawah teringat kembali oleh kejadian beberapa jam yang lalu di bar, bisa-bisanya ia menciumku di kerumunan orang.

Tanpa sadar aku berjalan ke arahnya lalu memeluknya dari belakang, kepalaku aku taruh di pundaknya, hal itu justru membuat Amara terkejut ada orang yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.

Aku menghirup aroma dari leher Amara, cukup memabokkan tanpa minum obat maupun minuman keras sekalipun.

"Kak," panggilnya dengan nada yang sangat rendah. Aku paham betul mengapa ia seperti itu, karena aku sedang meletakkan diriku di area sensitifnya.

"Hm?"

Mataku menoleh ke arah atas melihat dirinya dengan tatapan sayu yang sengaja agar dia luluh.

"Aku capek."

"Kenapa masih bisa masak?" Tanyaku.

"Cuma masak doang aku bisa-"

Aku membalikkan badannya hingga menghadap ke arahku, ia begitu terkejut tetapi aku kunci pergerakannya sekarang.

"Jadi, satu kali lagi ya?"

Amara begitu kikuk saat diriku meraba pinggangnya pelan dan perlahan membuka bajunya. Sekarang dalam mataku yang tertutup bisa merasakan Amara yang gelisah.

Bibirku mengecup pelan area lehernya, ia bergerak gelisah, tangannya mencoba untuk menghentikan pergerakkan ku.

"Malam ini lo bener-bener cantik, Amara." Aku kembali membuka mata, melihat dalam ke matanya, mencoba untuk menggoda dirinya yang bisa kapan saja terbujuk rayuanku.

"Aku mau lanjutin masaknya,"

"Gua nggak butuh makanan itu, yang gua butuh tubuh lo."

Aku melirik ke tangannya, ia merinding hingga bulu kuduknya berdiri.

Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak.

Diriku mendekatkan diri ke telinganya, "jadi cewek gua malam ini." Lalu menggigit pelan daun telinganya.

Kaki Amara aku angkat hingga ia terduduk di meja.

"Mau?" Lanjutku.

Ia mengulum bibirnya perlahan lalu mengangguk pelan membuatku tersenyum puas akan jawaban darinya.

"Jawab,"

"Aku mau."

"Good girl."

Aku mencium bibirnya secara langsung, pada akhirnya aku kembali mencicipi bibir lembutnya itu.

Tetapi detik berikutnya ia segera mendorong pundakku pelan, aku menyudahi ciuman itu dan bertanya-tanya mengapa.

"Kenapa kakak nggak pernah bosen?"

"Buat apa?"

"Cium aku."

Cup

"Gitu?" Tanyaku setelah mengecup bibirnya.

"Ihh bukan gituuu!"

"Terus gimana?" Tanyaku lagi pura-pura bodoh.

"Aku tanya kenapa kakak nggak bosen ciu-"

Sebelum ia melanjutkan kata-katanya aku kembali menyerbu bibirnya dengan kecupan brutal.

"Mphhh,"

Aku menarik tubuhnya ke hadapanku agar lebih mudah dan dekat dijangkau. Kakinya kini mulai menggantung ke pinggangku, kedua tangannya mengalungkannya ke leherku.

Amara membalas ciumanku, dia juga tidak kalah jago. Memang, aku bisa melihat dari balasannya dia memanglah mahir melakukan ini, tidak diragukan lagi.

Bisa dibilang aku sedikit sekali beruntung bisa bertemu dengan Amara.

Tapi semakin hari jantungku semakin tidak bisa dikontrol, apalagi malam tadi saat ia tiba-tiba saja menciumku. Dia seperti perempuan gila, itu yang membuatku terkejut.

Sentuhan-sentuhan kecil yang ia berikan untukku merangsangku, membuatku merinding, seperti aliran listrik dan magnet yang saling bersentuhan.

____
TBC.

aku minta maaf karena update lama, karena hal-hal yang gak bisa aku jelasin atau terduga gitu aja.

don't forget to comment, vote and follow, happy reading!

01 Maret 2024.

Red SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang