07. TUGAS MEMBUAT SURAT

64 23 0
                                    

Kenzi yang mendengar itu melemparkan buku paket yang ada di depan, Arkan meringis kesakitan ketika buku tersebut berhasil mendarat tepat di muka cowok itu. "Sakit, bangke"

Shena memalingkan wajahnya karna takut tawanya akan keluar, ia menutup mulutnya dengan keduanya tangan. Zidan juga sama, cowok itu menarik nafas dan memejamkan kedua matanya agar tidak melihat wajah kesakitan Arkan.

"Lo, nggak apa-apa?" tanya Azel.

"Gak papa, gue udah terbiasa ternistakan." Arkan mengelus dadanya sabar.

"Wajah lu berubah, Kan, penyon." ucap Zidan menekan-nekan wajah cowok itu.

Arkan menepis kasar tangan Zidan yang ada diwajahnya. "Serius lo? "

"Serius, ngaca gih" Zidan menahan tawanya.

"Gue harus ngaca di mana?" tanya Arkan seraya memegangi pipinya.

"Ngaca tuh disumur, biar kalo kaget langsung nyemplung. " sahut Kenzi yang masih menatap Arkan Tajam.

"Dih, nyambung aje lo" Arkan menatap tidak suka kearah Kenzi.

"Berisik lo pada, diem bisa kaga sih?" ucap Rival yang sembari menatap malas kearah mereka berdua.

"Bisa dong, apalagi kalo dikasih duit." kata Zidan Sembari berjalan kearah kursi miliknya.

Arkan ikut duduk disebelah Rival, cowok itu menatap Kenzi Sinis. "Tolol."

"Ngomong apa lu barusan?" Kenzi hendak menarik kerah baju Arkan, namun dengan cepat Rival menahan tangan Kenzi.

"Diem anjir, gue ikat lu berdua."

Kenzi menarik tangannya kuat sehingga siku cowok itu terbentur kursi yang ia dudukin.

"Ahk, anjir. " ringis cowok itu.

Arkan tertawa terbahak, melihat wajah Kenzi yang kesakitan. "Hahaha... Rasain lo, kualat lo sama gue. "

"Awas lu!" Sinis Kenzi.

Zidan membekap mulut Arkan ketika cowok itu akan membalas ucapan Kenzi. "Diem, gue lakban tuh mulut."

Azel dan Shena yang melihat itu tertawa pelan, mereka tidak menyangka akan satu kelas dengan ketiga cowok rese itu.

Shena menatap Rival yang tengah memainkan ponselnya, cewek itu tersenyum tipis. Azel yang melihat Shena tersenyum tipis itu mengangkat alisnya satu dan mengikuti kemana arah tatapan  sahabatnya itu. Azel terkekeh ketika melihat siapa yang ditatap sahabatnya itu.

"Ekhmm... Liatin siapa nih?" Azel berdehem sembari menyenggol lengan Shena.

Shena tersadar dan mengusap lehernya kaku, cewek itu tersenyum menatap Azel. "Nggak kok, gak liatin siapa-siapa. "

"Lo liatin dia ya?" tunjuk Azel pada Rival.

Shena menggeleng cepat. "Bu-bukan, ngapain gue liatin dia?" ucap Shena terbata-bata.

"Gak usah ngeles, gue tau kok," ucap Azel tersenyum. "Lo suka sama dia? "

Shena terlihat kiku ketika mendengar pertanyaan dari Azel. "Apaan sih lo, gue gak suka"

"Suka juga gak papa kali, gue jaga rahasia"

Shena mencubit lengan Azel, pipi cewek itu kini terlihat merah merona. "Apa sih ah, diem gak?"

Azel terkekeh pelan. "Iya gue diem"

Shena menghembuskan nafasnya lega, ia mengusap dahinya yang tak berkeringat itu dengan punggung tangannya lalu membaca buku paket yang sempat dilempar oleh Kenzi tadi.

I'm Sure You Will Be Mine [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang