1. Si Kutu Buku dan Preman

667 71 11
                                    

"Dabeom!" Seorang siswi berambut panjang berlari mengejar langkah Dabeom yang cepat. Lelaki itu tidak mendengar teriakannya karena telinganya tersumpal headphone yang besar.

"Dabeom, tunggu dulu!" Akhirnya dia berhasil meraih pundak Dabeom. Lelaki itu menoleh, dia menurunkan headphone yang bertengger di telinganya. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu bertanya dengan menggunakan alis yang diseret ke atas.

Wanita yang tadi mengejarnya bernama Mina. Dia masih berusaha mengatur napas. "Kita jadi 'kan kumpul kelompok hari ini?" tanyanya. Dabeom mengangguk sebagai jawaban.

"Aku sudah memberitahu anggota kelompok yang lain, tapi Kyungjun ... aku tidak berani. Bisakah kau memberitahukannya untukku?" Mina sedikit cemas. Dia tidak pernah menganggap Dabeom sebagai sosok yang pemberani, tapi selama ini yang bisa mengabaikan intimidasi Kyungjun ya hanya dirinya, Dabeom seorang.

Dabeom mengangguk singkat. "Oke," jawabnya sambil berlalu. Seketika Mina kehilangan kata-kata, semudah itukah? Wah ... Dabeom lelaki yang cukup unik.

Lelaki itu sudah meninggalkannya, dia menuruni tangga, tangannya dengan cepat menaikkan headphone menutupi telinga, entah apa yang sedang dia dengarkan.

Dabeom mendatangi kantin. Saat ini jam istirahat, jadi wajar kalau seluruh siswa yang bersekolah di sini datang ke kantin. Masalahnya, Dabeom jarang makan di kantin. Jadi ketika lelaki itu menginjakkan kaki di sana, dia sudah bisa menyedot perhatian beberapa siswa.

Mereka menatap Dabeom seakan tidak percaya. Lelaki yang selalu digosipkan anti-sosial itu kini tiba-tiba menampakkan diri di tengah keramaian. Namun, Dabeom tidak peduli, dia tetap mengantre dengan tertib di belakang siswa yang lain.

Sorot matanya yang dingin mengedar ke seluruh kantin, mencari tempat kosong. Dabeom tidak melihat ada yang kosong, kecuali kursi di samping Kyungjun. Lelaki itu menghela napas kasar, dia tidak punya pilihan.

Mood seorang Kyungjun sepertinya sedang tidak baik. Sedari tadi dia hanya mengacak-acak makanan yang ada di piringnya, bahkan dia menusuk-nusuk daging babi yang sebenarnya sudah tidak bernyawa itu. Kyungjun duduk sendirian karena kedua temannya pun tidak berani menemani.

Dalam mode seperti ini, Kyungjun bisa mengamuk kapan saja. Namun, Dabeom dengan santainya malah duduk di samping Kyungjun. Semua mata yang ada di sana diam-diam melirik ke arah mereka berdua. Jelas para siswa penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kyungjun menoleh pada Dabeom yang tanpa permisi langsung duduk dan memakan jatah makan siangnya. "Yak ... Jin Dabeom." Kyungjun tidak berteriak, tapi kalimat itu ditekankan sangat dalam, seperti sedang bersiap untuk meledak.

Dengan santainya Dabeom menoleh, dia menelan makanannya. "Kenapa?" tanyanya singkat. "Apa aku tidak boleh makan?" lanjutnya.

"Atau kau tidak suka makananmu?" Dabeom melirik piring Kyungjun yang sudah berantakan. Lelaki berambut panjang itu mengembuskan napas kasar. Dia meraih piring makannya sendiri, lalu melemparkannya sembarangan ke atas lantai.

Seluruh siswa yang ada di sana langsung berteriak kaget, refleks menjauhi sumber kegaduhan. "Kau merusak nafsu makanku," ketus Kyungjun. Dia hendak berdiri, tapi Dabeom mencekal tangannya yang mengepal sempurna.

"Duduklah." Kyungjun terpaku. Ketika menatap jauh ke dalam netra kecokelatan itu, lagi-lagi dia seperti tersihir. Amarahnya sama sekali tidak mereda, tapi Kyungjun menuruti kata-kata Dabeom. Ada sesuatu yang mendorong tubuhnya untuk duduk, meski enggan.

"Kau terluka?" Dabeom melihat goresan di sela-sela tangan Kyungjun yang tidak tertutupi oleh jaket lengan panjangnya. Kyungjun segera menarik tangannya, dia tidak sudi dikasihani.

B.A.D || KyungbeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang