8. Kegilaan Belalang Sembah

435 45 9
                                    

Bola basket yang dilemparkan Kyungjun di luar garis pertahanan lawan itu berhasil masuk ke dalam ring. Murid-murid yang sengaja meluangkan waktu untuk melihat latihan tim basket sekolahnya langsung berseru riang, mereka bertepuk tangan, meneriakkan nama Kyungjun.

Hanya dalam waktu yang singkat, Kyungjun sudah berhasil mengubah citranya dari preman kelas, menjadi pemain basket yang sedang naik kelas. Kyungjun melambaikan tangannya untuk menggoda gadis-gadis yang mungkin saja sudah mengidolakannya.

Tingkah tengilnya tentu tidak lepas dari pengamatan Dabeom. Lelaki itu menurunkan headphone-nya, matanya awas menatap lelaki yang diam-diam memotret Kyungjun dari jarak yang cukup jauh.

Memang harus Dabeom akui, penampilan Kyungjun yang dibalut jersey basket itu terlihat berbeda, apalagi kalau Kyungjun sedang berkeringat, tubuh atletisnya itu tampak semakin seksi.

Namun, bukan berarti setiap orang bisa memandangi Kyungjun seperti itu, Dabeom merasa sangat terganggu, terlebih lagi, Kyungjun sering dirangkul-rangkul oleh teman satu timnya.

"Beom!" Kyungjun menghampirinya, intonasi suaranya setengah memanggil, sekaligus mengagetkan, meniru suara ledakan, layaknya sebuah bom. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya tanpa rasa bersalah.

"Kyungjun, dia temannya Pildo 'kan?" Seperti biasa, Dabeom selalu mengalihkan pertanyaan Kyungjun dengan pertanyaan baru. Lelaki itu menunjuk dengan lirikan matanya. Kyungjun menoleh, dia memerhatikan Park Wooram yang sedang menimang kameranya.

"Iya, katanya mereka satu SMP," jawab Kyungjun sembari membuka tutup botol minumannya.

"Apa kau merundungnya juga?"

Kyungjun menggeleng, "Tidak, tapi kenapa kau menanyakannya?"

"Dia terus-menerus memotretmu, kupikir ada sesuatu yang dia inginkan." Mendengar jawaban Dabeom, Kyungjun sontak tertawa.

"Apa Wooram seorang gay?" tanya Dabeom melanjutkan kalimatnya. Suara tawa Kyungjun semakin terdengar keras. "Aku serius, Kyungjun ...."

"Maaf, Beom-ah." Kyungjun berusaha menghentikan tawanya. "Menurutku kau sangat menggemaskan ketika sedang cemburu."

"Siapa yang cemburu?"

"Hei ... jangan berbohong! Kau merasa kesal karena tiba-tiba banyak yang mendekatiku 'kan?" Ekspresi Kyungjun saat ini terlihat sangat menyebalkan, Dabeom tak suka Kyungjun tertawa di saat dirinya sedang ingin mematahkan tangan-tangan yang berani menyentuh Kyungjun.

"Kau milikku, Kyungjun." Singkat, padat, dan tajam. Dabeom berhasil mengubah ekspresi menyebalkan di wajah Kyungjun. Dia tidak tahu apakah perasaan yang menggangunya ini adalah cemburu atau bukan, tapi yang jelas dia tidak ingin ada orang lain yang berani menyentuh apa yang sudah menjadi miliknya.

"Bang-sat ..." Kyungjun mengumpat tertahan, dia tidak marah, malah sebaliknya, Kyungjun tiba-tiba merasa berdebar, lelaki itu jadi ingin menggoda Dabeom.

"Jadi apakah kita harus berciuman di sini? Agar orang-orang tidak menggangguku lagi, hm?" Kyungjun memajukan wajahnya, bibirnya yang tipis mengulas senyuman indah yang terlihat nakal. Lengkungan itu dianggap Dabeom sebagai sebuah tantangan.

Baiklah jangan salahkan Dabeom kalau dia melayani tantangan itu. Tanpa ragu Dabeom mengecup pipi Kyungjun. Sontak Kyungjun membesarkan matanya, Dabeom sengaja membuat ciumannya bersuara hingga menarik perhatian semua orang yang ada di dekat mereka. Kali ini Dabeom yang mengulas guratan tipis di wajahnya.

"Jangan pernah menunjukkan senyuman itu kepada orang lain ... aku tidak suka," bisik Dabeom lirih di telinga Kyungjun. Embusan napas itu terasa hangat menyapa kulit tengkuknya, refleks Kyungjun mengigit bibir bawahnya.

B.A.D || KyungbeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang