23. BENCI🦋

171 8 1
                                    

Hallo!

••••

HAPPY READING🌷

••••

☔️☔️☔️

Dimalam yang tenang ini, sebagian wilayah Kota Jakarta ternyata baru saja terguyur oleh hujan yang cukup deras.

Disertai dengan udara dingin yang berhasil menembus pertahanan tubuh, juga tak lupa dengan keadaan yang semakin malam semakin sunyi, pada umumnya orang pasti akan lebih memilih untuk berdiam diri saja di rumah. Tapi jika untuk Algaf, tidak demikian. Walaupun dia berada pada situasi yang seperti ini, dia akan tetap nekat pergi untuk mengunjungi bunda nya. Buktinya saja pemuda itu kini sudah duduk di depan sebuah gundukan tanah yang basah. Algaf menatap gundukan tanah yang di bawah nya terdapat jasad sang bunda yang sudah dikubur selama hampir 18 tahun itu dengan penuh sesak.

"Ternyata sudah hampir 18 tahun ya bunda pergi dari dunia ini," batin nya, dengan tangan yang mengusap lembut batu nisan milik sang bunda.

"Dan ternyata juga, walau sudah selama itu aku belum pernah mengetahui bagaimana wujud dan bentuk wajah asli bunda."

"Sungguh malang sekali bukan bun, nasib anak satu-satu mu ini?" Algaf tersenyum getir.

Algaf semakin dalam menatap batu nisan itu.

Aneska Dwi Mahardika, hanya nama itu saja yang dapat Algaf ketahui dari sosok bunda nya. Hanya nama bunda nya saja. Untuk siapa dan bagaimana latar belakang bunda nya, Algaf tidak mengetahui nya sama sekali.

Bukan tidak ingin mencari tahu. Tapi saja, Algaf sudah lelah. Dia cukup sering mencari tahu tentang bunda nya secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan dari ayah nya, tapi tidak pernah berhasil. Selalu saja ada hal yang membuat ayah nya itu tahu jika dirinya sedang mencoba mencari tahu tentang bunda nya.

Terkadang, Algaf merasa jika dirinya ini adalah sosok anak yang durhaka, karena ketidak tahu an nya tentang bagaimana sosok bunda nya itu.

"Maaf bunda, hari ini aku kembali gagal untuk mencari tahu tentang bunda."

"Dan maaf jika kali ini aku sudah menyerah. Aku sadar bun, jika kekuatan yang dimiliki ayah sangat besar di bandingkan dengan ku. Jadi tolong maaf kan aku, bun."

"Aku menyerah." akhir nya, dengan kepala yang tertunduk dalam. Mengisyaratkan sebuah kekecewaan dalam kegagalan yang sangat besar.

Algaf mengusap tanah yang basah itu dengan pundak yang sudah bergetar. Ya, laki-laki itu menangis. Dia menangis untuk melampiaskan rasa sesak nya.

Algaf memejamkan mata nya. Untung saja saat ini sedang hujan deras, jadi tidak terlalu terlihat bahwa dirinya saat ini sedang menangis.

"Pada akhirnya sosok yang selalu terlihat kuat ini memiliki sisi lemah nya juga ya." Ujar seseorang yang tiba-tiba saja datang dan memberi teduhan kepada Algaf.

Algaf reflek terdiam, lalu mendongakkan pandangannya menatap orang itu.

Deg!

Algaf berdiri, lalu menatap orang itu garang.

"Ngapain lo disini?!" Sentak Algaf, setengah menjauh dari orang itu.

Sedangkan orang itu malah menatap Algaf dengan mata yang berkaca-kaca.

"Seharusnya gue yang ngomong kaya gitu, Gaf. Ngapain lo disini sendirian, malam-malam dan nangis sendiri pula. Lo kenapa, Gaf?" Balik tanya orang itu.

VizATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang