Cafe With You| Chapter 06

75 33 7
                                    

☘︎𓇢𓆸

      Adrian berdiri di depan rumah minimalis berlantai dua. Lelaki itu kini sedang menunggu seorang perempuan. Tidaklah lama seorang perempuan yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya keluar dari dalam rumahnya. Rambut panjangnya sengaja ia biarkan tergerai, gadis itu terlihat sangat manis dengan rambut lurusnya, bahkan Adrian sampai terpukau dibuatnya.

     “Maaf, lama ya?” ucap Kayren, sambil menatap lelaki di hadapannya.

     Adrian menggelengkan kepalanya. “Tidak, saya juga baru sampai.”

     Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil. Ada rasa canggung yang menyelimuti keduanya, Adrian dan Kayren. Selama di perjalanan mereka masih senantiasa duduk di kursinya masing-masing. Adrian yang fokus pada jalanan sedangkan, Kayren yang bingung ingin memulai percakapan seperti apa.

      Merasa canggung Kayren memutuskan untuk bertanya, “Kita mau ke mana?”

      “Kamu maunya ke mana?” jawab Adrian, sekilas menoleh ke arahnya.

      “Terserah ka Adrian, kan ka Adrian, yang mengajak saya ..., tapi kalau boleh request, I want to go to an open place, itu pun kalau kamu mau pergi ke tempat seperti itu,” ucap Kayren.

     “Saya suka tempat seperti itu, kita akan pergi ke tempat seperti yang kamu mau,” Adrian mengendarai mobilnya menuju tempat yang diinginkan gadis di sebelahnya.

     Membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana. Namun, perjalanan yang sudah ditempuh tidaklah terbuang sia-sia, di tempat ini mereka berdua dapat melihat keindahan lampu lampu kota Jakarta, serta bintang dimalam hari.

      Adrian membawa gadis itu pergi ke salah satu cafe di Jakarta pusat, yang menyajikan keindahan pemandangan kota, serta sejuknya angin malam dari atas rooftop, untuk menuju rooftop mereka berdua harus menaiki anak tangga ke lantai tiga. Namun, perjuangan mereka menaiki tangga tidaklah terbuang sia-sia, justru terbayar puas dengan keindahan yang disajikan.

    Bahkan Kayren terkagum-kagum saat melihat keindahan bintang yang bercampur, dengan indahnya lampu malam. Bagimana bisa dia tidak tahu tempat sebagus ini, senyumannya terukir sangat manis ketika melihat bintang-bintang di langit malam.

     “Kamu bisa tau tempat sebagus ini dari mana?” tanya gadis itu sambil melirik lelaki di sampingnya dengan senyuman yang merekah.

      “Ini tempat yang sering saya kunjungi kalau lagi pengen merenung,” ujar Adrian, dan dibalas anggukan singkat oleh perempuan di sampingnya.

     “Saya boleh pegang tangan kamu?”

    “pegang tanganku? Kenapa harus memegang tanganku?” Kayren kebingungan.

    “Kamu mengingatkan saya pada seseorang yang sudah lama meninggal, sorot matamu sama seperti dirinya.” Adrian membasahi bibirnya saat berucap. “Maaf maaf seharusnya saya tidak meng-“ Belum selesai ia berbicara Kayren sudah menggenggam lengan bawah Adrian, dan perlahan Adrian pun membalas genggaman tangan lembut gadis di sebelahnya.

     Mereka berjalan bersamaan. Pada saat sudah berada di tempat mereka akan duduk, Adrian melepaskan genggaman tangannya pada lengan Kayren. Mereka berdua duduk di sana, tidaklah lama seorang pelayan menghampiri mereka sambil membawa barcode menu.

     Pelayan memberikan barcode menu kepada mereka, sambil tersenyum hangat, kemudian ia berkata, “Silakan dipesan menunya ya, ka.”

      Adrian mengambil barcode yang diberikan, kemudian langsung melakukan pemindaian barcode menu yang diberikan tadi, dan setelah barcode discan di sana ada banyak menu yang langsung bisa dipesan. Adrian memesan spaghetti bolognese untuk dirinya.

     “Kamu mau makan apa, Kay?” tanya Adrian, sambil menunjukkan menu menu yang ada pada layar gawainya.

     “Terserah kamu aja ka,” ucap gadis itu.

       Adrian menggelengkan kepalanya. “Jangan terserah saya, kan kamu yang mau makan.”

       “Ini biar kamu nggak bingung, kamu lihat-lihat sendiri menunya.” Adrian memberikan gawainya kepada perempuan yang duduk berhadapan dengannya, dan membiarkan perempuan itu untuk memilih menunya sendiri.

       Kayren melihat menu yang ada sampai akhirnya dia memutuskan untuk memesan, Spaghetti Aglio Olio.

      “Minumnya mau apa?” tanya Kayren kemudian.

      “Kalau saya, lime citrus soda,” jawab lelaki itu.

        Setelah Kayren selesai memesan menu, gadis itu langsung mengembalikan kembali gawai kepada pemiliknya.

       “Kak,” panggil Kayren seketika, setelah seperkian menit mereka berdua, Adrian dan Kayren saling berdiam diri.

       “Kenapa, Kay?” sahut lelaki yang sedang bermain dengan ponselnya.

       “Sebelumnya maaf ya ka, pas siang aku enggak sengaja denger percakapan ka Adrian, lagi telponan di cafe Accord Mestro,” ungkapannya.

      “No problem, kamu enggak perlu meminta maaf... sebenarnya saya juga udah tau itu.”

Liberta [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang