Liberta |Chapter 07

72 32 5
                                    

Meskipun hal menyakitkan telah terjadi di masa lalu, aku tetap menyayanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun hal menyakitkan telah terjadi di masa lalu, aku tetap menyayanginya

-Adrian

______

Saya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata di jalanan yang tak begitu ramai. Tujuan saya menuju universitas bina Indonesia untuk melangsungkan ujian akhir semester, dan bertemu dengan Rektor UBI. Namun, pada saat di tengah perjalanan atensi saya teralihkan kepada penjual bubur ayam yang sedang mangkal di pinggir jalan, hati saya pun tergerak untuk sarapan di sana sudah lama sekali saya tidak sarapan bubur ayam.

Lagipula ujian akhir semester akan dimulai pada jam sembilan pagi, sedangkan sekaang masih jam enam lewat dua puluh menit, tentunya Jakarta belum terlalu macet pada jam segini. Saya pun menepikan mobil di pinggir jalan dekat gerobak bubur ayam, lalu saya turun dari dalam mobil, dan menghampiri si penjual bubur ayam itu. Saya berniat untuk memesan satu porsi bubur ayam.

"Pak, bubur ayamnya satu," ucap saya kepada si penjual bubur.

"Makan di sini atau dibungkus, mas?" tanyanya padaku sambil menyajikan bubur untuk pembelilain.

"Makan di sini pak," jawab saya.

Saya pun duduk di kursi yang sudah tersedia di sana, kursi plastik berwarna biru muda. Tak perlu berlama-lama menunggu karena baru padahal saya baru saja saya bermain ponsel sebentar, tetapi penjual bubur sudah menghidangkan bubur ayam itu di meja saya.

Setelah bubur dihidangkan saya langsung menyantap bubur ayam yang masih terasa hangat tanpa mengaduknya, lidah saya merasakan rasa kaldu yang bercampur dengan bubur, dan toping yang melimpah membuat bubur ayam terasa semakin nikmat.

Meskipun tempatnya terletak d pinggir jalan bubur terebut tak kalah nikmat dari bubur yang ada di kios-kios besar.

Setelah saya selesai makan, saya membuka ponsel sebentar untuk mengecek apakah ada orang yang mengirimkan saya pesan, dan benar saja ada beberapa orang yang mengirimkan saya pesan.

Kanaya wa-presma
Dri, jangan lupa proposal pengajuan kegiatan akhir tahun dibawa
Proposalnya jangan lupa dibawa!

Ibunda
Jangan lupa sarapan ka, bunda ayang Kaka

Papa
Siang ini kamu bisa ke kantor saya tidak?
Papa butuh kamu

Netra saya tertuju pada satu pesan dari seseorang yang seharusnya menjadi panutan saya. Ia itu adalah pesan whatsapp dari papa.

"Sebenarnya saya tidak tega melihat papa seperti ini," gumam saya, "tapi saya juga tak mau melihat papa yang selalu memaksakan keinginannya terhadap saya."

Saya pun membalas pesan whatsapp dari bunda, dan Kanaya tana membalas pesan dari papa, kemudian saya berdiri menghampiri si penjual bubur.

"Totalnya berapa pak?" tanya saya.

Liberta [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang