Chapter 14

37 1 1
                                    

Bagaimana pun juga dia adalah ayahku
-Adrian

Air keringat terus bercucuran dari dahi laki-laki bernama Adrian, sambil mengemudi sesekali lelaki itu menghapus keringat di dahinya, entah mengapa dinginnya AC Solah tidak berfungsi saat ini. Mendapatkan kabar musibah yang baru saja menimpah orang tuanya membuat Adrian dikelilingi rasa hawatir.

Tak dapat dipungkiri Adrian memanglah menyayangi papahnya itu, meskipun ia terlihat seperti seorang pembangkang terhadap papahnya. Tapi, di dalam lubuk hatinya yang teramat dalam Adrian sangatlah menyayangi orang itu.

Membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di rumah sakit, lelaki itu pun langsung memarkirkan mobilnya, dan dengan terburu-buru Adrian berlari menuju ruang VVIP nomor 01. Tempat di mana papahnya itu di rawat.

Dengan perlahan Adrian membuka pintu ruangan itu, saat pintu sudah terbuka di sana terlihat seorang pria paruh baya yang sedang bersandar di atas ranjang rumah sakit yang nampak sangat nyaman. Dengan perlahan Adrian menutup kembali pintu dengan pelan tanpa menimbulkan suara.

"Saya kira Anda tidak akan datang menemui saya," ujar pria yang sedang terbaring di atas kasur rumah sakit yang terlihat empuk.

"Adrian bawakan buah-buahan segar untuk Papa," Adrian meletakkan buah-buahan itu di atas meja. "Mau Adrian kupas buahnya untuk Papa?" tanyanya kemudian tanpa membalas perkataan yang telah dilontarkan oleh sang papa.

"Tidak usah! letakkan saja di atas meja," perintah Caserdo

Adrian menganggukkan kepalanya, ia melihat kondisi papanya dari ujung kepala hingga bagian kaki, di tubuh papahnya terdapat beberapa luka, lelaki itu dapat merasakan betapa perihnya luka itu, Adrian menatap papanya dengan tatapan pilu, kemudian ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan ranjang tempat Caserdo berbaring.

"Anda benar-benar yakin tidak ingin mengelola perusahaan anak cabang di London," kata Caserdo secara tiba-tiba, "Bukan ‘kah masa depanmu akan lebih tertata jika mengikuti perintah Saya?"

"Pah ... stop berbicara masalah seperti itu untuk sekarang," mohon Adrian. "Apa yang menurut Papa benar belum tentu benar untuk saya."

"Dasar pembangkang, anda sudah saya berikan kenikmatan anda malah tidak mau!" ucap Caserdo dengan penuh penekanan di setiap kata yang terlontar dari mulutnya.

"Tapi, Pah."

"Tidak ada tapi-tapian kamu kan memang pembangkang." Caserdo menatap anaknya dengan tatapan tajam.

Meskipun sedang tertimpa musibah Caserdo tetaplah Caserdo, pria paruh baya yang memiliki ambisi untuk menjadikan anaknya seperti dirinya.

Keheningan terjadi selama beberapa menit di dalam ruangan yang terasa amat dingin itu. Dua orang saling berdiam dalam pikirannya masing-masing, dan sesekali iris mata anak dan bapak itu bertemu.

Mereka menoleh ke belakang saat mendengar suara pintu terbuka, di sana seorang perempuan berjalan ke arah keduanya, perempuan itu tersenyum ke arah mereka silih berganti.

"Kay," sapa Adrian, perempuan itu hanya membalasnya dengan senyuman manis dari bibir merah jambunya yang terlihat sangat alami.

"kamu tahu dari siapa papa saya di bawa kerumah sakit ini?" tanya Adrian kepada perempuan yang baru saja datang.

"Andira yang kasih tahu aku, katanya papah kamu terkena musibah di jalanan," jawabnya. "Oh iya aku bawain bawa obat yang lumayan ampuh untuk mengobati bekas luka, dan ada suplemen juga di sini untuk papa kamu." Kayren meletakkan tote bag berisi obat di atas laci sebelah kiri.

"Oh begitu ya, ngomong ngomong makasih ya Kay, kamu sudah peduli kepada papa saya," ucap Adrian.

"Iya ka, sama sama," balasnya.

"Terima kasih, kamu sudah memperdulikan om." ucap Caserdo kini nada bicara pria paruh baya itu sedikit lebih hangat, dibandingkan saat mengobrol dengan Adrian anaknya.

"Iya om, semoga luka om cepat sembuh ya," ucap Kayren.

____

Gemerlap lampu lalu-lalang menghiasi Jakarta, yang sedang diguyur rintik hujan dari sang pencipta. Sekelompok lelaki muda tengah berada di salah satu restoran bergaya Hindia Belanda. Sebenarnya mereka telah menghabiskan makanan yang telah dipesan. Namun, mereka memutuskan untuk berbincang terlebih dahulu sebelum pergi dari tempat ini.

"Bagaimana keadaan om Erdo, Dri?" tanya Defrian kepada temannya yang bernama Adrian.

Mendengar itu Adrian pun menjawab, "Saya bersyukur luka papah enggak terlalu parah, dan untung saja papah saya langsung dibawa ke rumah sakit oleh masyarakat yang melihat kecelakaan tersebut."

"Puji Tuhan, syukurlah kalau gitu," ucap Haikal

"Alhamdulillah, bokap lo masih dilindungi tuhan," ujar Aldo.

"Gue mau ngomong sesuatu hal yang gue rasa penting untuk gue katakan ke kalian," tutur Haikal, "dan gue rasa ini ada sangkut pautnya dengan kecelakaan yang dialami oleh bokap lo Dri."

"What do you mean?" Adrian mengerutkan keningnya kebingungan.

"Sebenarnya tadi pagi, gue sempat ngeliat mobil bokap lo di Mestro cafe, dan yeah gue melihat seseorang mengendap-endap di sekitar mobil bokap lo, so I think it has something to do with the accident," ungkap Haikal.

"Jadi mungkin saja kecelakaan yang sudah menimpa bokap saya itu perbuatan dari seseorang? gitu," tanya Adrian

Haikal pun berkata, "Iya" untuk menjawab.

Di lain sisi seseorang perempuan berkacamata hitam, dan topi berwarna hitam yang berada di belakang meja mereka tersenyum miring dan beranjak dari sana.

Adrian pun langsung membuka rekaman cctv Mestro cafe yang bisa langsung dilihat dari layar telpon genggamnya. Namun, sayangnya alih-alih mendapatkan rekaman layar mereka justru hanya bisa melihat layar hitam yang tak berguna.

Drett...
Drett

Tiba-tiba sebuah pesan anonyim muncul di layar benda pipih tersebut, Adrian pun melihat pesan anonyim itu, ia mengerutkan keningnya saat membaca pesan yang dikirim oleh username Anonyim.

Instagram

Anonyim

Haha gimana apakah berhasil menemukanku.

"Shit." Adrian melihat sekelilingnya, memastikan apa orang itu ada di sekitar sini atau tidak.

"Gimana Dri, Bener ga orang yang mengendap-endap itu dalang dari terjadinya kecelakaan bokap lo?" tanya Haikal

Adrian menggelengkan kepalanya, dan menunjukkan layar gawai yang tersambung dengan cctv itu kepada teman-temannya, "Saya tidak menemukannya."

"Apa-apaan ini!" marah mereka semua serentak.

"Tapi, tadi saya mendapatkan pesan anonyim di instagram saya, saya rasa saya bisa melacak pelaku tersebut dengan ini," kata Adrian.

"Oke, gue sama temen-temen yang lain bakal bantu lo," ucap Haikal.

"Thanks bro," ucap Adrian.

Setelah itu mereka pun langsung berjalan menuju meja kasir untuk melakukan transaksi pembayaran, dan satu persatu meninggalkan restoran bergaya Hindia Belanda itu.



Terima kasih sudah membaca cerita aku.

jangan lupakan vote, komen, dan follow juga akun author.

Jadilah pembaca yang bijak

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Have a nice day, dan mulai sekarang aku bakal rajin update lagi reader's🤍











Liberta [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang