The Reason | Chapter 08

79 32 11
                                    

Jangan lupa vote sebelum atau pun sesudah membaca

Sekitar pukul satu siang, Adrian sudah berada gedung kantor Gstard, tujuan laki-laki itu ke sini hanya untuk menemui papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar pukul satu siang, Adrian sudah berada gedung kantor Gstard, tujuan laki-laki itu ke sini hanya untuk menemui papanya. Lelaki itu masih mengenakan setelan kemeja berwarna nevy yang ia padukan dengan celana hitam, lengan kemejanya sengaja dia gulung sampai siku.

Adrian berjalan menelusuri lantai 28, laki-laki itu masuk ke salah satu ruangan di sana

"Saya pikir kamu tidak akan ke sini," ucap Caserdo kepada Adrian, disaat anaknya sudah menginjakkan kaki di ruang kantornya.

"I am, not here to beat around the bush, apa yang papa butuhkan from me?" tanya Adrian sambil menatap iris mata Caserdo.

"Come on, you must immediately agree to manage the company in 'London'," pinta Caserdo kepada anaknya.

Adrian berucap sekaligus sebagai bentuk tolakkan, ''I was still in college."

"Urusan kuliah gampang, kamu bisa melanjutkannya di sana, bukan 'kah universitas di London jauh lebih bagus?" beber Caserdo mengenai alasan yang dilontarkan oleh anaknya.

"No! Adrian bilang tidak ya tidak!" tolaknya lagi dan lagi, "Apa papa lupa kalau saya benci banget sama kota itu?" Adrian menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Satu alasan Adrian bersikeras menolak tawaran Caserdo untuk mengurus perusahaan di kota London, Inggris. Kejadian 10tahun silam membuat lelaki itu sangatlah terpukul, kehilangan sahabat perempuan yang sangat dicintainya bak boom yang menghantam.

"I know, kamu masih terpuruk atas kepergiannya Esta ... but remember! this happened a long time ago, Adrian!" ucap Caserdo marah. "Sudah sepuluh tahun lalu."

Adrian hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan yang di lontarkan Caserdo, papanya benar kejadian itu sudah sangat lama. Tapi, tak dapat dipungkiri dia masih belum bisa melupakan itu.

"Papa tidak mengerti apa yang saya rasakan, kehilangan sahabat yang paling saya sayang itu menyakitkan, Pah," tuturnya. "She is my first love."

"Damn, kamu menolak mengurus perusahaan papa di London hanya karena cinta monyetmu itu! crazy," murka Caserdo.

"Papa jangan bawa bawa Esta ke masalah ini! semua ini bukan kesalahan Esta!" tangkasnya. "Apa papa lupa atas perbuatan papa kala itu? papa yang membuat saya menjadi seperti ini, papa yang merenggut masa remaja saya... papa yang-,"

Caserdo mendaratkan tangannya tepat di pipi Adrian, membuat Adrian meringis nyeri. "Stop! I did it for your future!" murka Caserdo. This right perkataan yang dilontarkan Adrian tepat sasaran.

Adrian memegang pipinya yang terasa nyeri, pukulan yang dilayangkan oleh Caserdo terasa sangat pedih. Laki-laki itu menyunggingkan senyumnya sebelah. Senyuman smirk.

Liberta [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang