Chapter 2

895 113 26
                                    

Udara malam terasa menusuk tulang, membuat 2 orang yang tengah duduk di tepi danau merapatkan jaketnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara malam terasa menusuk tulang, membuat 2 orang yang tengah duduk di tepi danau merapatkan jaketnya.

Shyatra menatap danau yang sedikit diterangi cahaya dari kapal yang sedang berkeliling.

"Kenapa kau menerima perjodohan ini?"

Udara yang dingin ternyata tak sedingin sikap dan suara Kaivan, Shyatra sampai membeku saat mendengar suara bariton itu.

"Jawab, jangan hanya diam."

Shyatra menundukan pandangannya. "Karena tidak ada alasan bagiku untuk menolak hal ini." Jawabnya dengan pelan.

"Kau setuju menikah dengan pria asing?" Tanya Kaivan lagi yang tidak puas dengan jawaban Shyatra.

Gadis cantik itu membenarkan rambutnya yang tertiup angin. "Kita mungkin baru berkenalan, tapi setelah menikah kita bukan lagi orang asing."

Kaivan diam mendengarnya, mata elangnya mengamati gadis di sebelahnya.

"Aku sebenarnya belum siap menikah, usiaku masih 28 tahun." Kaivan menatap datar Shyatra saat gadis itu membalas tatapannya.

"Jadi selama pernikahan jangan menuntut apapun padaku, entah itu cinta atau anak. Aku ingin fokus pada perusahaan, hingga usiaku 35 tahun." Lanjut Kaivan saat Shyatra hanya diam.

"Jika kau menikah denganku itu artinya kau siap menungguku selama 7 tahun, jika kau tidak siap maka batalkan pernikahan ini sekarang juga."

Mata cantik Shyatra berkaca-kaca mendengar semua perkataan Kaivan. "Apa maksud perkataanmu dengan menunggu?" Tanyanya, ia mengerti namun ingin Kaivan lebih memperjelasnya.

"Aku tidak akan memikirkan cinta dan anak hingga usiaku 35 tahun, jadi selama pernikahan aku ingin bebas. Kau tidak berhak melarang dan mengaturku begitupun sebaliknya, aku juga tidak akan melarang dan mengaturmu." Kaivan meremas pelan kedua bahu Shyatra agar gadis itu menatapnya.

"Kita hanya menikah di depan semua orang, selebihnya anggap kita orang asing."

Shyatra menatap dalam Kaivan.

Meski tumbuh di pedesaan dan tidak pernah dekat dengan lelaki, Shyatra tahu bagaimana hubungan romantis semestinya.

Harapan untuk hidup bahagia bersama suami dan seorang anak seakan hilang dari benaknya.

Apa yang akan ia lakukan setelah menikah jika bukan mengurus suami dan anak?

Calon suaminya ingin menjadi asing, sedangkan kehadiran seorang anak tentu menjadi sangat mustahil.

Namun mengingat alasannya mau menikah diusia 21 tahun, Shyatra memilih untuk menganggukan kepalanya.

Kaivan menjauhkan kedua tangannya dari batu Shyatra. "Kau tenang saja, selama 7 tahun aku tidak akan menyentuhmu. Tapi ingat.... hanya kita berdua yang tahu tentang semua ini." Tatapan tajam Kaivan berikan.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang