Bibirnya menyesap kopi hitam yang baru saja datang, setelah rasa pahit tertelan ia meletakkan kembali cangkirnya di meja.
Tangan kirinya terangkat untuk melihat arloji mewah di sana.
"Hai Dam, menunggu lama?" Seorang wanita duduk tepat di depan Damara.
"Tidak, aku juga baru saja tiba." Jawab pria tinggi itu.
Rianna tersenyum, ia mengeluarkan beberapa berkas yang akan dibahas. "Tidak seperti biasanya, kenapa bukan sekretarismu yang datang?" Tanyanya heran.
"Kebetulan dia sedang ke luar kota, jadi aku saja yang datang." Damara menyesap kembali kopi miliknya. "Sebenarnya aku ingin berbincang langsung dengan Kaivan, tapi dia sedang pergi ya?"
Wajah Rianna terlihat tidak nyaman saat Damara menyebut nama bosnya itu. "Iya..... dia sedang pergi berlibur dengan keluarganya ke Canada." Jawabnya.
Damara mengangguk mengerti.
Keduanya langsung larut membahas proyek yang sedang perusahaan mereka kerjakan. Mereka sudah kenal cukup lama terlebih perusahaan Kaivan dan Damara sering bekerjasama, hal itu membuat keduanya tidak canggung sama sekali.
"Akhirnya selesai." Rianna mengemasi berkas itu dan memasukkannya ke dalam tas.
Damara memperhatikan Rianna dengan detail, wajah wanita itu terlihat bengkak seperti baru saja menangis.
"Ada apa denganmu? Kau sedang ada masalah?" Tanya Damara.
Rianna terdiam sejenak lalu menggeleng. "Tidak ada."
Damara menyandarkan punggungnya sembari terus menatap Rianna, ia berdeham pelan saat menggingat sesuatu.
"Bagaimana hubunganmu dan Kaivan? Maksudku apakah kalian baik-baik saja setelah dia menikah?"
Bukankah Damara harus memastikan sesuatu? Memastikan apakah Shyatra bahagia bersama Kaivan atau tidak.
Rianna tersenyum miris. "Kaivan mengakhirinya, tapi kami masih bekerja dengan baik."
Damara mengangguk sebagai tanggapan. "Itu keputusan yang baik, Kaivan sudah bahagia, sekarang kau juga harus bahagia."
"Kata siapa Kaivan bahagia? Dia tidak bahagia menikah dengan wanita itu!" Perkataan itu tiba-tiba terucap penuh emosi.
"Apa maksudmu?"
Rianna menatap Damara penuh dengan amarah. "Wanita itu tidak merawat Kaivan dengan baik, dia istri yang sangat egois dan mementingkan dirinya sendiri, Kaivan tidak terurus sama sekali!" Serunya.
Alis tebal Damara menyatu, tidak mungkin hal itu terjadi. Shyatra adalah wanita baik yang penuh perhatian, pada karyawan saja dia begitu lemah lembut apalagi pada suaminya sendiri.
"Kenapa kau berbicara buruk tentang istri Kaivan?!" Tanya Damara seakan tidak terima.
"Aku berbicara begini bukan karena cemburu, tapi aku kesal padanya. Dia tidak tahu apapun tentang Kaivan dan dia selalu menyusahkan Kaivan. Kenapa Kaivan menikah dengan wanita seperti itu, seharusnya dia mencari yang lebih baik dariku agar aku tenang melepaskan!" Napas Rianna memendek karena terlalu emosional.